YOE IRAWAN
FRAGMEN PINTU
I
Sebutir biji
Sekuncup tunas
Dimatangkan waktu
Menolak sia-sia di piringmu
II
Piring waktu
Tergeletak di meja rumahmu
Kamu sebut ia pintu
Tempat kamu mengunyah usia tanpa jemu
III
Selalu lewat pintu kamu pergi ke ladang
Meninggalkan rumah berbatas petang
Mengolah rindu tak kepalang
Menabur biji menyemai tunas dalam doa-doa kepayang
IV
Waktu selalu membawamu kembali ke pintu itu
Setelah lapar dan dahagamu
Kamu tuntaskan sepenuh gebu
Ar-Rayyan yang dimatangkan ramadhan
V
Beribu-ribu biji
Beribu-ribu tunas
Kian berisi kian bernas
Kamu buka Ar-Rayyan : ladang abadi bertumbuhan
Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
RUMAH KITA SEMPIT SAJA
Rumah kita memang sempit, Sri
Hari-hari penat kian menghimpit
Tetapi hujan senja ini menumbuhkan bahagia yang lain
Tak perlu kuyup. Di sini kita guyup
Orang-orang berlari menantang cuaca
Kita mereguk teh hangat setelah sesiang berpuasa
Ini bukan soal lapar atau dahaga
Dihantam kemiskinan kita sudah terbiasa
Bertahun-tahun bertahan membuat kita begitu berdaya
Tak ada perayaan untuk lapar dan dahaga kita
Tak ada pula nama kita di data-data
Tak apa. Duka lara kita sudah menyatu pada semesta
Rumah kita memang sempit, Sri
Tetapi kita sama faham benar
Puasa membuat ruang kita berbinar seluas cakrawala
Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
PROFIL PENYAIR
Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan sehari-hari selain bekerja juga mengelola sebuah sekolah sepakbola untuk anak-a Yoe Irawan nak dan remaja.Karya puisinya tergabung dalam: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Kado Cinta (Kumpulan Puisi, Uwais Indie, 2015), Dupa Mengepul Di Langit (Kumpulan Puisi,Oase Pustaka 2015), Aksara Ramadhan (Kumpulan Puisi, Penerbit Nerin Media 2015), Kilau Zamrud Khatulistiwa (Puisi akrostik, Fam Publishing, 2015), Dua Menit Satu Detik (Kumpulan Puisi, Fam Publishing, 2015), Mengungkap Tabir Bumi Khatulistiwa (Kumpulan Puisi, Penerbit Rumah Kita, 2015), Tujuh Puluh Untuk Indonesia (Kumpulan Puisi Kemerdekaan, Penerbit Bintang Pelangi 2015), Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (Kumpulan Puisi,Vio Publisher, 2015), Semangat Baru Untuk Rohingya (Kumpulan Puisi, Penerbit Ernest, 2015), 99 Mutiara Rindu (Kumpulan Puisi, Zukzez exPress, 2015), Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa Buat Abah (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017), Perempuan Yang Tak Layu Merindu Tunas Baru (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017). Matinya Sang Pemuda (Oase Pustaka, 2019), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Antologi Gambang Semarangan (2020), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), Antologi Corona (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2020).Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2 tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).
FRAGMEN PINTU
I
Sebutir biji
Sekuncup tunas
Dimatangkan waktu
Menolak sia-sia di piringmu
II
Piring waktu
Tergeletak di meja rumahmu
Kamu sebut ia pintu
Tempat kamu mengunyah usia tanpa jemu
III
Selalu lewat pintu kamu pergi ke ladang
Meninggalkan rumah berbatas petang
Mengolah rindu tak kepalang
Menabur biji menyemai tunas dalam doa-doa kepayang
IV
Waktu selalu membawamu kembali ke pintu itu
Setelah lapar dan dahagamu
Kamu tuntaskan sepenuh gebu
Ar-Rayyan yang dimatangkan ramadhan
V
Beribu-ribu biji
Beribu-ribu tunas
Kian berisi kian bernas
Kamu buka Ar-Rayyan : ladang abadi bertumbuhan
Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
RUMAH KITA SEMPIT SAJA
Rumah kita memang sempit, Sri
Hari-hari penat kian menghimpit
Tetapi hujan senja ini menumbuhkan bahagia yang lain
Tak perlu kuyup. Di sini kita guyup
Orang-orang berlari menantang cuaca
Kita mereguk teh hangat setelah sesiang berpuasa
Ini bukan soal lapar atau dahaga
Dihantam kemiskinan kita sudah terbiasa
Bertahun-tahun bertahan membuat kita begitu berdaya
Tak ada perayaan untuk lapar dan dahaga kita
Tak ada pula nama kita di data-data
Tak apa. Duka lara kita sudah menyatu pada semesta
Rumah kita memang sempit, Sri
Tetapi kita sama faham benar
Puasa membuat ruang kita berbinar seluas cakrawala
Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
PROFIL PENYAIR
Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan sehari-hari selain bekerja juga mengelola sebuah sekolah sepakbola untuk anak-a Yoe Irawan nak dan remaja.Karya puisinya tergabung dalam: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Kado Cinta (Kumpulan Puisi, Uwais Indie, 2015), Dupa Mengepul Di Langit (Kumpulan Puisi,Oase Pustaka 2015), Aksara Ramadhan (Kumpulan Puisi, Penerbit Nerin Media 2015), Kilau Zamrud Khatulistiwa (Puisi akrostik, Fam Publishing, 2015), Dua Menit Satu Detik (Kumpulan Puisi, Fam Publishing, 2015), Mengungkap Tabir Bumi Khatulistiwa (Kumpulan Puisi, Penerbit Rumah Kita, 2015), Tujuh Puluh Untuk Indonesia (Kumpulan Puisi Kemerdekaan, Penerbit Bintang Pelangi 2015), Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (Kumpulan Puisi,Vio Publisher, 2015), Semangat Baru Untuk Rohingya (Kumpulan Puisi, Penerbit Ernest, 2015), 99 Mutiara Rindu (Kumpulan Puisi, Zukzez exPress, 2015), Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa Buat Abah (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017), Perempuan Yang Tak Layu Merindu Tunas Baru (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017). Matinya Sang Pemuda (Oase Pustaka, 2019), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Antologi Gambang Semarangan (2020), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), Antologi Corona (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2020).Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2 tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).