Sabtu, 02 Mei 2020

YOE IRAWAN , FRAGMEN PINTU

YOE IRAWAN



FRAGMEN PINTU



I

Sebutir biji

Sekuncup tunas

Dimatangkan waktu



Menolak sia-sia di piringmu



II

Piring waktu

Tergeletak di meja rumahmu

Kamu sebut ia pintu



Tempat kamu mengunyah usia tanpa jemu



III

Selalu lewat pintu  kamu pergi ke ladang

Meninggalkan rumah berbatas petang

Mengolah rindu tak kepalang



Menabur biji menyemai tunas dalam doa-doa kepayang



IV

Waktu selalu membawamu kembali ke pintu itu

Setelah lapar dan dahagamu

Kamu tuntaskan sepenuh gebu



Ar-Rayyan yang dimatangkan ramadhan



V

Beribu-ribu biji

Beribu-ribu tunas

Kian berisi kian bernas



Kamu buka Ar-Rayyan : ladang abadi bertumbuhan





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H




RUMAH KITA SEMPIT SAJA



Rumah kita memang sempit, Sri

Hari-hari penat kian menghimpit

Tetapi hujan senja ini menumbuhkan bahagia yang lain



Tak perlu kuyup. Di sini kita guyup

Orang-orang berlari menantang cuaca

Kita mereguk teh hangat setelah sesiang berpuasa



Ini bukan soal lapar atau dahaga

Dihantam kemiskinan kita sudah terbiasa

Bertahun-tahun bertahan membuat kita begitu berdaya



Tak ada perayaan untuk lapar dan dahaga kita

Tak ada pula nama kita di data-data

Tak apa. Duka lara kita sudah menyatu pada semesta



Rumah kita memang sempit, Sri

Tetapi kita sama faham benar

Puasa membuat ruang kita berbinar seluas cakrawala





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
PROFIL PENYAIR



Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan sehari-hari selain bekerja juga mengelola sebuah sekolah sepakbola untuk anak-a Yoe Irawan  nak dan remaja.Karya puisinya tergabung dalam: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Kado Cinta (Kumpulan Puisi, Uwais Indie, 2015), Dupa Mengepul Di Langit (Kumpulan Puisi,Oase Pustaka 2015), Aksara Ramadhan (Kumpulan Puisi, Penerbit Nerin Media 2015), Kilau Zamrud Khatulistiwa (Puisi akrostik, Fam Publishing, 2015), Dua Menit Satu Detik (Kumpulan Puisi, Fam Publishing, 2015), Mengungkap Tabir Bumi Khatulistiwa (Kumpulan Puisi, Penerbit Rumah Kita, 2015), Tujuh Puluh Untuk Indonesia (Kumpulan Puisi Kemerdekaan, Penerbit Bintang Pelangi 2015), Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (Kumpulan Puisi,Vio Publisher, 2015), Semangat Baru Untuk Rohingya (Kumpulan Puisi, Penerbit Ernest, 2015), 99 Mutiara Rindu (Kumpulan Puisi, Zukzez exPress, 2015), Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa Buat Abah (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017), Perempuan Yang Tak Layu Merindu Tunas Baru (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017). Matinya Sang Pemuda (Oase Pustaka, 2019), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Antologi Gambang Semarangan (2020), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), Antologi Corona (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2020).Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2  tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).