Rabu, 30 April 2014

Wieteke van Dort - Boeroen Kakatua (slaapliedje)

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL 2 MEI 2014

SUDAH WAKTUNYA MENERAPKAN  AMANAT UNDANG-UNDANG DASAR 1945, PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT INDONESIA DAN MEMBIASAKAN  MEMBERI PENGHARGAAN JASA GURU YANG TELAH MENDIDIK GENERASI INDONESIA.

Senin, 28 April 2014

Idris Sardi

Idris Sardi (lahir di Batavia, Hindia Belanda (sekarang Jakarta), 7 Juni 1938 – meninggal 28 April 2014 pada umur 75 tahun) adalah seorang pemain biola Indonesia. Ia adalah anak dari pemain biola Orkes RRI Studio Jakarta, Bp. Sardi.
Pada usia enam tahun, pertama kali mengenal biola. Pada umur sepuluh tahun ia sudah mendapat sambutan hangat pada pemunculannya yang pertama di Yogyakarta tahun 1949. Boleh dikatakan sebagai anak ajaib untuk biola di Indonesia, karena di usia muda sekali sudah lincah bermain biola.
Tahun 1952 Sekolah Musik Indonesia (SMIND) dibuka, dengan persyaratan menerima lulusan SMP atau yang sederajat. Pada tahun 1952, Idris Sardi baru berusia 14 tahun, sehingga ia belum lulus SMP, namun karena permainannya yang luar biasa ia bisa diterima sebagai siswa SMIND tersebut. Bersama temannya yang juga pemain biola, Suyono (almarhum) namun bukan anak ajaib, yang lebih tua 2 tahun merupakan dua orang siswa SMIND yang berbakat sekali.
Pada orkes slswa SMIND pimpinan Nicolai Varvolomejeff, tahun 1952 Indris yang masih memakai celana pendek dalam seharian duduk sebagai concert master pada usia 14 tahun, duduk bersanding dengan Suyono. Rata-rata siswa SMIND berusia di atas 16 tahun.
Guru biola Idris waktu di Yogyakarta (1952-1954) adalah George Setet, sedangkan pada waktu di Jakarta (setelah 1954) adalah Henri Tordasi. Kedua guru orang Hongaria ini telah mendidik banyak pemain biola di Indonesia (orang Hongaria adalah pemain biola unggul).

Ketika M. Sardi meninggal, 1953, Idris dalam usia 16 tahun harus menggantikan kedudukan sang ayah sebagai violis pertama dari Orkes RRI Studio Jakarta pimpinan Saiful Bahri.
Pada tahun 60-an, Idris beralih dari dunia musik biola serius, idolisme Heifetz, ke komersialisasi Helmut Zackarias.
Seandainya dulu Idris Sardi belajar klasik terus pada tingkat kelas master dengan Jascha Heifetz atau Yahudi Menuhin, maka ia akan menjadi pemain biola kelas dunia setingkat dengan Heifetz dan Mehuhin. Namun, meskipun dia belum pernah belajar biola di luar negeri, ia tetap setingkat dengan Zacharias.

Orang Indonesia yang pernah belajar dengan Haifetz adalah Ayke (Liem) Nursalim, kini keadaannya tidak dapat main biola lagi akibat kram pada jari-jarinya, dan merupakan wanita pemain biola Indonesia yang pernah terpandang (dulu di usia 4 tahun/1955 di Yogyakarta sudah main di orkes).
Ia juga ayah dari pemain film Santi Sardi dan pemeran muda Indonesia Lukman Sardi dari pernikahannya Zerlita. Setelah perceraiannya dengan Marini, Perkawinannya yang ketiga adalah dengan Ratih Putri.
Sardi mempunyai seorang murid yang telah sukses menjadi violis perempuan papan atas Indonesia, yaitu Maylaffayza Wiguna. Ia juga pernah terkenal karena memiliki tanda nomor kendaraan "B 10 LA" yang dapat dibaca "biola". Setelah hal ini dipublikasikan secara luas, ia merasa tidak nyaman karena menjadi perhatian masyarakat ke manapun ia pergi. Karena hal ini Sardi mengganti nomor kendaraannya dengan nomor biasa.
Idris Sardi meninggal dunia pada tanggal 28 April 2014 pukul 07:25 WIB di Rumah Sakit Meilia, Cibubur dalam usia 75 tahun menjelang usia 76 tahun. Idris Sardi menderita sakit pada lambung dan liver sejak Desember 2013. Sebelumnya Idris Sardi mengalami kondisi kritis sempat mendapat perawatan di RS Meilia, Cibubur.
Penghargaan yang diraih antara lain sebagai komponis dan ilustrator musik untuk film. Mendapat piala citra untuk Penata Musik Terbaik antara lain dalam film berikut:
"Pengantin Remaja" (1971)
"Perkawinan" (1973)
"Cinta Pertama" (1974)
"Doea Tanda Mata" (1985)

Minggu, 27 April 2014

Kabinet Indonesia Bersatu II

Kabinet Indonesia Bersatu II (bahasa Inggris: Second United Indonesia Cabinet) adalah kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari usulan partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang mendapatkan kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai Golkar yang bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009, serta kalangan profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya. Pada 19 Mei 2010, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober 2011, Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di dalam kabinet. Pada tanggal 13 Juni 2012, Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri Kesehatan dimana pejabat sebelumnya telah meninggal dunia.

Mirip seperti proses penyusunan Kabinet Indonesia Bersatu, SBY kembali memanggil calon-calon anggota kabinet ke kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, untuk melakukan uji kepatutan dan kelayakan serta penandatanganan pakta integritas dan kontrak politik. Yang menjadi tambahan dalam proses penyusunan Kabinet Indonesia Bersatu II ini adalah adanya tes kesehatan sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh para calon. Tes kesehatan dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto. Proses pemanggilan dan tes kesehatan berlangsung pada 17-21 Oktober 2009. Seluruh calon yang dipanggil dan mengikuti tes kesehatan akhirnya menjadi anggota kabinet, kecuali Nila Djuwita Anfasa Moeloek yang awalnya disebut-sebut sebagai calon Menteri Kesehatan



Menteri koordinator
1 Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan : Marsekal TNI (Purn.) Djoko Suyanto 22 Oktober 2009 Petahana
2 Menteri Koordinator Bidang Perekonomian: Hatta Rajasa 22 Oktober 2009 Petahana
3 Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat : Agung Laksono 22 Oktober 2009 Petahana

Menteri
4 Menteri Sekretaris Negara : Letjen TNI (Purn.) Sudi Silalahi 22 Oktober 2009 Petahana
5 Menteri Dalam Negeri : Gamawan Fauzi 22 Oktober 2009 Petahana
6 Menteri Luar Negeri World Economic Forum on East Asia 2011.:  Marty Natalegawa 22 Oktober 2009 Petahana
7 Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro 2011. Purnomo Yusgiantoro 22 Oktober 2009 Petahana
8 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia : Patrialis Akbar 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011;
Amir Syamsuddin 19 Oktober 2011 Petahana
9 Menteri Keuangan : Sri Mulyani Indrawati 22 Oktober 2009 20 Mei 2010;
Agus Martowardojo 20 Mei 2010  19 April 2013;
Hatta Rajasa (Plt.) 19 April 2013 21 Mei 2013
;Muhammad Chatib Basri 21 Mei 2013 Petahana
10 Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Darwin Zahedy Saleh 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011
; Jero Wacik 19 Oktober 2011 Petahana
11 Menteri Perindustrian:  Muhammad Sulaeman Hidayat 22 Oktober 2009 Petahana
12 Menteri Perdagangan : Mari Elka Pangestu 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011
;Gita Wirjawan 19 Oktober 2011 31 Januari 2014
; Bayu Krisnamurthi (Plt.) 31 Januari 2014 14 Februari 2014
; Muhammad Lutfi 14 Februari 2014 Petahana
13 Menteri Pertanian : Suswono 22 Oktober 2009 Petahana
14 Menteri Kehutanan :Zulkifli Hasan 22 Oktober 2009 Petahana
15 Menteri Perhubungan :Freddy Numberi 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011
;Mayjen TNI (Purn.) Evert Ernest Mangindaan 19 Oktober 2011 Petahana
16 Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad.jpg Fadel Muhammad 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011
Syarifcicipsutardjo.jpg Sharif Cicip Sutarjo 19 Oktober 2011 Petahana
17 Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Muhaimin Iskandar 22 Oktober 2009 Petahana
18 Menteri Pekerjaan Umum: Djoko Kirmanto 22 Oktober 2009 Petahana
19 Menteri Kesehatan : Endang Rahayu Sedyaningsih 22 Oktober 2009 30 April 2012 ;Ali Ghufron Mukti (Plt.) 30 April 2012 14 Juni 2012;Nafsiah Mboi 14 Juni 2012 Petahana
20 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(sebelum 19 Oktober 2011 bernama Menteri Pendidikan Nasional):  Mohammad Nuh 22 Oktober 2009 Petahana
21 Menteri Sosial : Salim Segaf Al-Jufri 22 Oktober 2009 Petahana
22 Menteri Agam : Suryadharma Ali 22 Oktober 2009 Petahana
23 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(sebelum 19 Oktober 2011 bernama Menteri Kebudayaan dan Pariwisata): Jero Wacik 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011;
Mari Elka Pangestu 19 Oktober 2011 Petahana
24 Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring 22 Oktober 2009 Petahana
25 Menteri Riset dan Teknologi: Suharna Surapranata 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011;
Gusti Muhammad Hatta 19 Oktober 2011 Petahana
26 Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah : Syarifuddin Hasan 22 Oktober 2009 Petahana
27 Menteri Lingkungan Hidup: Gusti muhammad hatta menristek.jpg Gusti Muhammad Hatta 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011
; Balthasar Kambuaya 19 Oktober 2011 Petahana
28 Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Linda Amalia Sari 22 Oktober 2009 Petahana
29 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi :  E.E. Mangindaan 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011;  Azwar Abubakar 19 Oktober 2011 Petahana
30 Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal: Helmy Faishal Zaini 22 Oktober 2009 Petahana
31 Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional :Armida Alisjahbana 22 Oktober 2009 Petahana
32 Menteri Badan Usaha Milik Negara: Mustafa Abubakar 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011;
Dahlan Iskan 19 Oktober 2011 Petahana
33 Menteri Perumahan Rakyat: Suharso Monoarfa 22 Oktober 2009 19 Oktober 2011
; Djan Faridz 19 Oktober 2011 Petahana
34 Menteri Pemuda dan Olahraga : Andi Mallarangeng 22 Oktober 2009 7 Desember 2012
; Agung Laksono (Plt.) 7 Desember 2012 15 Januari 2013
;Roy Suryo 15 Januari 2013 Petahana

Sabtu, 26 April 2014

GUNUNG SLAMET

Gunung Slamet (3.428 meter dpl.) adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, dan terakhir aktif hingga pada level SIAGA medio pertengahan 2009.
Gunung Slamet cukup populer sebagai sasaran pendakian meskipun medannya dikenal sulit. Di kaki gunung ini terletak kawasan wisata Baturraden yang menjadi andalan Kabupaten Banyumas karena hanya berjarak sekitar 15 km dari Purwokerto.

Sebagaimana gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Slamet terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia pada Lempeng Eurasia di selatan Pulau Jawa. Retakan pada lempeng membuka jalur lava ke permukaan. Catatan letusan diketahui sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar. Sebelumnya ia tercatat meletus pada tahun 1999.
Maret 2014 Gunung Slamet menunjukkan aktifitas dan statusnya menjadi Waspada. Berdasarkan data PVMBG, aktivitas vukanik Gunung Slamet masih fluktuatif. Setelah sempat terjadi gempa letusan hingga 171 kali pada Jumat 14 Maret 2014 dari pukul 00.00-12.00 WIB, pada durasi waktu yang sama, tercatat sebanyak 57 kali gempa letusan. Tercatat pula 51 kali embusan. Pemantauan visual, embusan asap putih tebal masih keluar dari kawah gunung ke arah timur hingga setinggi 1 km.

Sejarawan Belanda, J. Noorduyn berteori bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru, yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa (kata itu merupakan pinjaman dari bahasa Arab). Ia mengemukakan pendapat bahwa yang disebut sebagai Gunung Agung dalam naskah berbahasa Sunda mengenai petualangan Bujangga Manik adalah Gunung Slamet, berdasarkan pemaparan lokasi yang disebutkan .
Gunung ini mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montana, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Jalur pendakian standar adalah dari Blambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jalur populer lain adalah dari Baturraden dan dari Desa Gambuhan, Desa Jurangmangu dan Desa Gunungsari di Kabupaten Pemalang. Selain itu adapula jalur yang baru saja diresmikan tahun 2013 lalu, yaitu jalur Dhipajaya yang terletak di Kabupaten Pemalang.
Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air. Pendaki disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor penyulit lain adalah kabut. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.
Jalur pendakian lainnya adalah melalui obyek wisata pemandian air panas Guci, Kabupaten Tegal. Meskipun terjal, rute ini menyajikan pemandangan yang paling baik. Kawasan Guci dapat ditempuh dari Slawi menuju daerah Tuwel melewati Lebaksiu.
Daftar gunung di pulau  Jawa
Jawa Barat
Gunung Bedil Gunung Bukitunggul Gunung Bangkok Burangrang Gunung Boled Gunung Calancang Gunung Cakrabuana Cereme Cikuray Gunung Cuku Gunung Endut Galunggung Gede Geulis Guntur Halimun Karang Karacak Kancana Kendang Lalakon Lamajang Limbung Malabar Malang Manglayang Mandalawangi Masigit Pangrango Papandayan Patuha Gunung Puncak Besar Riung Salak Sanggabuana Sawal Sedakeling Tampomas Tangkuban Perahu Telaga Bodas Tilu Pangalengan Waringin Wayang Windu
Banten
Aseupan Halimun Gunung Karang Krakatau (di Selat Sunda) Pulosari
Jawa Tengah
Gajah Genuk Lasem Lawu (perbatasan dengan Jatim) Merapi (perbatasan dengan Yogya) Merbabu Muria Prahu Rogojembangan Slamet Sumbing Sundoro Telomoyo Tidar Ungaran
Yogyakarta
Kucir Gunung Merapi (perbatasan dengan Jateng)
Jawa Timur
Anjasmoro Argomayang Argopuro Arjuno Baluran Batok Butak Buring Bromo Ijen Kawi Kembar I Kembar II Kelud Lamongan Lawu (perbatasan dengan Jateng) Liman Lurus Pandan Panderman Penanggungan Raung Semeru Suket Welirang Wilis

Kamis, 24 April 2014

Mendikbud Minta Pemda Salurkan Tunjangan Guru Paling Lambat 30 April 2014


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
10 jam ·
Mendikbud Minta Pemda Salurkan Tunjangan Guru Paling Lambat 30 April 2014
akarta, Kemdikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengirimkan surat edaran kepada bupati dan walikota di seluruh Indonesia untuk segera menyalurkan tunjangan profesi guru (TPG) pegawai negeri sipil daerah (PNSD) triwulan I tahun 2014 dan kurang bayar tahun 2010-2013. Para bupati dan walikota diminta menyalurkan TPG tersebut paling lambat tanggal 30 April 2014.
Dalam surat edarannya, Mendikbud juga meminta para bupati dan walikota untuk melaporkan pembayaran TPG PNSD tersebut kepada Menteri Keuangan paling lambat tanggal 5 Mei 2014, dengan tembusan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri.
Sedangkan untuk pembayaran TPG non PNS, subsidi tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan bantuan peningkatan kualifikasi, dan insentif guru bantu yang disalurkan melalui APBN sudah mulai dibayarkan sejak akhir Maret 2014 melalui nomor rekening masing-masing guru.
Prosedur pembayaran juga dijelaskan dalam surat edaran tersebut. Untuk guru TK dan kelompok bermain, pembayaran TPG disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia. Pencairan untuk guru TK dan kelompok bermain dilakukan dengan membawa KTP dan Surat Keterangan dari satuan pendidikan yang memuat NUPTK/NIGB/Nomor Induk Mahasiswa ke BRI terdekat.
Sementara untuk guru SD/SMP/SDLB/SMPLB/SLB/pengawas, dibayarkan melalui rekening masing-masing. Sedangkan untuk guru SMA dan SMK, pencairan disalurkan melalui Bank BNI 46 sebagai bank penampung/penyalur.
Guru dapat melihat daftar nama penerima TPG PNSD dan atau guru Bukan PNS secara online pada alamat:
Jenjang Dikmen : http://ptkdikmen.kemdikbud.go.id
Jenjang Dikdas : http://p2tkdikdas.kemdikbud.go.id
Jenjang PAUD : http://pptkpaudni.kemdikbud.go.id

Miliki Buku "Jangan Jadi Sastrawan"

Jangan Jadi Sastrawan

Sabtu, 19 April 2014

LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II

LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II
IKUTILAH !!!
PEMBUATAN ATOLOGI BERSAMA LUMBUNG PUISI SASTRAWAN 2014 JILID II

Tema : Kampung halamanku

Ketentuan  :
1. Terbuka bagi siapa saja yang mengaku penyair/sastrawan Indonesia
2. Kirimkan 2 buah puisi terbaik Anda bertema tersebut di atas.
3. Cantumkan biodata singkat
4. Cantumkan alamat rumah Anda
5. Gratis tanpa biaya pendaftaran
6. Kirim puisi ke  gus.warsono@gmail.com
7. Pengiriman puisi dimulai dari sekarang dan ditutup pada 31 Juli 2014

Team seleksi/Juri :
1. Nurochman Soedibyo, YS (Budayawan/wartawan www.teropong.com )
2. Wardjito Soeharso (Widyaswara/Budayawan Semarang)
3. ……(menunggu persetujuan)
4……. (menunggu persetujuan)
Pengumuman :
Puisi yang masuk dala antologi Lumbung Puisi Sastrawan 2014 diumumkan pada 17 Agustus 2014

Fasilitas :
1. Peserta dengan puisi masuk dalam antologi mendapat 1 buah buku antologi
     Lumbung Puisi 2014 Jilid II
2.  Sepuluh peserta terbaik mendapat kaos cindera mata Lumbung Puisi 2014
     Jilid II
3. Peserta masuk dalam antologi dipromosikan baik puisi maupun penyairnya
     di www.ayokesekolah.com ,
         majalahsuluh.blogspot.com,  dan
      lumbungpuisi 2014.blogspot.com
4.  Puisi dan penyair masuk dalam antologi didokumentasikan di
     Perpustakaan Sastra Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM)
 5. Peluncuran buku akan dilaksanakan serentak dari beberapa antologi kegiatan HMGM
      maupun antologi  beberapa penyair agar meriah yang waktunya akan diumukan
      kemudian.
Keterangan:
Kegiatan ini bersifat sosial dan diselenggrakan bersama komunitas sastrawan yang turut peduli terhadap perkembangan sastra.
Panitia menerima sumbangan partisipasi kegiatan asalakan tidak mengikat.
                                                                                                      Indramayu, 18 April 2014
                                                                                                                           Panitia.
                                                                                                                     RgBagus Warsono

Senin, 14 April 2014

Lumbung Puisi sastrawan Indonesia Jilid I

Judul : Lumbung Puisi sastrawan Indonesia 2014
Karya : Sastrawan Indonesia 2014
1.Abdul Wahid,2.Ali Syamsudin Ars, 3.Aloeth Pathi ,
4.Andrian Eka Saputra ,5.CecepNurbani ,
6.Dimas Indiana Senja,7.Dwi Klik Santosa,
8.Eddie MNS Soemanto,  9.eL Trip Umiuki,
10.Fahmi Wahid,11.Fasha Imani Febrianty,
12.Fitrah Anugerah ,13.Gampang Prawoto,
14.Iwan Kusmiadi,15.Julia Hartini, 16Mohamad Amrin. 17.Moh. Ghufron Cholid ,
18.Muhammad Hafeedz Amar Riskha,19.Nieranita,
20.Novy Noorhayati Syahfida ,21.Puji Astuti,
22.Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara,
23.Ridwan Ch. Madris ,24.Roni Nugraha Syafroni ,
25.Soekoso DM,26.Sokanindya Pratiwi Wening,
27.Sus S. Hardjono,28.Syarif hidayatullah,
29.Wadie Maharief, 30.Wardjito Soeharso,

Jilid                       :   1
Desain                   :   Ibro Art
Penerbit              :   HMGM
Cetakan               :  Pertama
Isi                        :  102 halaman
Tahun terbit        :   2014
Desain sapul        :   Ibro Art
Editor                  :  Abdurrachman Daeng M
Hak cipta dilindungi undang-undang
(all right reserved)

Minggu, 13 April 2014

HASIL LOMBA BACA PUISI JENJANG SMA/SMK TINGKAT KABUPATEN INDRAMAYU 2014

Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Tingkat Kab. Indramayu berlangsung 10-12 ASpril 2013 bertempat di SMA PGRI II Indramayu.
Perlaksanaan berlangsung sangat meriah apalagi pelaksanaannya bersama-sama dari semua jenjang sekolah, SD,SMP, dan SMA/SMK.
Khusus Lomba Baca Puisi jenjang SMA/SMK berlangsung tanggal 12 April 2014 diikuti oleh seluruh perwakilan kecamatan dari 30 kecamatan yang ada di Indramayu baik putra maupun putri.
Lomba yang membacakan puisi karya D Kemalawati, Isbedi Styawan dan Acep Zamzam Noor itu berlangsung sangat meriah dan peserta memiliki semangat lomba. Dewan juri yang diketuai oleh Rg Bagus Warsono dari unsur sastrawan, Drs Tasman dari perwakilan SMA/SMK dan Dra.Hj Dasinih dari perwakilan Pengawas memutuskan para pemenang Lomba Baca Puisi jenjang SMA/SMK tingkat kabupaten Indramayu sebagai berikut :
Juara I                 : Yufiwiyanti dari SMAN II Indramayu
Juara II                : Meta Syafira dari SMAN I Jatibarang
Juara III               : Ayu Merliani dari SMAN  I Sukagumiwang
Juara Harapan I   : Khairul Anam dari SMA I Indramayu
Juara Harapan II  : Ade Nofia Asyari dari SMA N I Haurgeulis
Juara Harapan III : Ahmad Naufal Azis dari SMA I Sindang
   Pemenang I-III diberikan piala serta piagam penghargaan dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu. dan Pemenang I berhak mengikuti Lomba Baca Puisi pada event FLS2N tingkat Jawa Barat di Bandung.
Demikian hasil Lomba Baca Puisi FLS2N jenjang SMA/SMK tingkat kabupaten Indramayu 2014.


Sabtu, 12 April 2014

Kekecewaan , Penyesalan dan Keyakinan Penyair Jiwa Kebhinnekaan dari Antologi Puisi Sastrwan Indonesia 2014



Kekecewaan , Penyesalan dan Keyakinan Penyair Jiwa Kebhinnekaan

Ali Syamsudin Arsi seorang penyair asal Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selatan seakan mebuka antologi ini dengan kekhawatiran terhadap negeri dengan terlulis lewat  “Daun-daun di jendela Perpustakaan geriis”  //… -ada libasan bayang-bayang ketika orang-orang berduyun di belakang berebut saling mencengkeram denga jari-jari tajam – kami hilang catatan – negeri ini semakin menuju arah ke curam-curam ketika tebing dengan setia menelentangkan tubuhnya atas keluh dan semua macam resahnya retak-retak embun sampai pecah-pecah cuaca,..// (Daun-daun di jendela Perpustakaan geriis) bahwa perlunya dokumentasi sejarah di masa sekarang (dibuat januari 2014) dan perlunya pengokohan fundamental anak bangsa yang tidak saja menipis tetapi juga mengkhawatirkan dan bahkan mebahayakan keselamatan bangsa.

Lalu Aloeth Pathi dari Sekarjalak-Pati meberikan pembuka jalan agar sedikit optimisme melalui rasa (Tanah Tumpah Darahku II: Daun Kami)
//…bangga apa yang telah diperbuat,
Biarkan yang rontok bercerita
Bahwa kami pernah bersatu menciptakan hijau
Meski kini kering tak memberi sejuk
Tapi pernah menggores catatan
pada batangmu yang mulai rapuh
benih-benih yang aku sebarkan
mulai tumbuh menjadi tunas-tunas
siap menerjang pilar-pilar yang menghadang
biarkan akar itu menjalar
di sisi ruas-ruas jalan….// Aloet Pathi meyakinkan Ada suatu optimisme walau dalam keadaan dan bahkan rintangan, seakan kelak berjalan dengan sendirinya, seakan ia berkata nanti juga aka nada penyelesaian.
apapun itu nama dan jenisnya selalu berserakan.

 CecepNurbani penyair muda berbakat dar Garut memotret negreri dalam pandangan mudanya yang seakan kecewa,  demikian  syairnya:
//…ditrotoar..,
kaki lima mengadu nasib dengan
memasang badan takut takut petugas datang
seperti maling mengintip tuan rumah
gadis cilik bersaudara bernyanyi sambil menghirup udara segar dari kaleng Lem
pengamen jalanan bernyanyi bermuram durjana sambil melihatkan  taringnya berharap uang kertas yang diterima
suungguh konyol dan menyedihkan  negeri ini….//
(Apapun itu Nama dan Jenisnya Selalu Berserakan)
Ada suatu yang menarik untuk disimak sebagai renungan dalam mengapresiasi buku ini seperti

Melihat Tanah Air sendiri dari pandangan setiap orang Indonesia adalah warna-warni. Suka dan tak suka, puja dan cerca, senang dan bosan, sanjung dan kritik. Penyair  Dwi Klik Santosa memotret Indonesia dala kepahitannya, seperti tertuang dalam “Berita Para Pemabuk”
“Akukah tak layak hidup.
//…Di bumiku yang kaya
janji-janji seperti nyanyian iblis.
Tak benar aku hendak dibawa ke sana.
Tapi lihat aku kini.
Melulu mengais-ngais sampah
di negeri sendiri.”//
Dwi Klik Santosa ingin mengajak untuk enengok kepahitan itu. Kepahitan  hidup adalah pengalaman kegetiran seseorang agar ditempa menjadi kuat dan tak terulang.

Lalu penyair eL Trip Umiuki menuliskannya dala sebuah syair yang sangat mendalam bahwa keadaan – keadaan Indonesia dengan berbagai problema seperti
“Sumur Tanpa Dasar”, demikian syairnya penutupnya:
//…sarjono namanya
sarjana sains, ekonomi, sekaligus psikologi
sayang pengalaman kerja takpunya
bersimpan bara di kepala minta kerja ia kepada tetangganya
mandor bangunan di kota
mengaduk pasir dan semen ternyata bukan kerja sederhana
dengan dendam membara
mencangkul dia mencangkul
menggali lubang di kebunnya
takpeduli darah berlumur terus mencangkul
menggali sumur
senin selasa rabu kamis jumat sabtu
tak ada minggu dan hari libur ia
terus mencangkul terus//.
Demikian kebhinnekaan menjadi warna-wani dari sudut pandang sastrawan kita. Seperti Fahmi Wahid mencoba mengingatkan akan Indonesia sesungguhnya sebagai negeri maritime negeri bahari yang pernah Berjaya. Lewat “Tangis Keberagaman”, ia menuturkan :
//…di hunjur kuningnya ladang
pada tebaran kicau kepodang
semasa hembus sejuk angin gunung
melipur musim yang kian gamang
petuah dan petitih enggan dimengerti
dan kebersamaan kini tak punya arti
sebab semua manusia tak lagi punya nurani
menyelamatkan kearifan budaya bahari
yang hampir tak terjamah lagi….//

Penyair Gampang Prawoto juga menulis bahwa merasakan semua itu adalah rasa dan aroma setiap manusia yang kadang tak mengerti hitam dan putihnya apa yang terjadsi. Seua adalah rasa katanya seperti dituturkan dalam syair :
 “Secangkir Rasa”
//…jangan hanya manis di pantai bibir
pahit di pusara hati
lidahku belum kelu
pemanis tak biasa tersuguh di meja rasa
walau tanpa gula
aroma kopimu aku baca tanpa mengeja
panas – hangatnya warna.//.

Di puisi Moh. Ghufron Cholid memberi kekuatan utuk meyakinkan pandangan-pandangan itu bahwa Indonesia itu meiliki kekuatan yang tak akan goyah walau dalam kegetiran papa pun. Seperti tertuang dalam :
 ‘Sebab Indonesia Adalah Kita”
//…tumbuh di tiap mata
mata hari
mata jiwa
mata doa
yang tak kenal purba
Indonesia takkan musnah dalam peta
jika kita tak mengamini ramalan-ramalan asing
yang menanam benih-benih asing
dalam jiwa kerontang….//.

Senada dengan Moh. Ghufron Cholid, penyair Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara mengajak utuk saling menjaga keistimewaan Indonesia itu.
“Bhinneka Tunggal Ika adalah Aku”
//…di mana lagi kami tanam bulir harapan
bila seluruh kehijauan hutan bunda
telah habis digeser bangunan-bangunan
berbaju kawat, baja, semen dan beton
ke mana jua kami layarkan perahu kebersamaan
sebab semua kolam susu pertiwi
keruh sampah payau berbisa
bagaimana kami menegakkan tugu pertahanan
karena kini tiap jengkal tanah terbongkar
di keteragisan reruntuhan negeri inilah
mari, kita bergenggam dan saling gandeng bersama
mempertahankan hakikat dan keutuhan bangsa…//.


Roni Nugraha Syafroni dalam “Semboyan” di bait terakhir syairnya seakan mengambil keputusan tentang slogan kebangsaan kita agar menjadi semboyan yang tidak saja sebagai slogan tetapi dihayati, seperti dalam syair ini:
//…Semboyan ini tampak tak berguna dan usang,
tapi ada secercah keyakinan tak akan dibuang.
Terus dihayati diamalkan hingga usia petang,
agar berguna teruntuk generasi mendatang.//.

Ada sebab-sebab pemberian keputusan itu tentu dari pengalaman dan sejarah bangsa. Seakan tak terima juga jika bangsa ini mengalami keretakan dari rantai kebhinnekaan itu. Soekoso DM  menulisnya dalam syair “Sajak Trenyuh Kala Sayap Garuda Nyaris Runtuh”, demikianj bunyi cuplikannya:
//…biarkan beda adat jadi rahmat beda budaya jadi taman bunga                                                                                     sebab Tuhanlah yang telah menanam benihbenihnya
Orangorang bertegursapa                                                                                                                        saling menjabat saling cinta
(Di ruangruang kelas dan di tanah lapang anakanak bernyanyi                                                                                      lagu Satu Nusa Satu Bangsa dan Bagimu Negeri).//

Pujian pun diberikan penyair Syarif hidayatullah lewat
“Rangkaian ikatan huruf, Indonesiaku” seperti dalam cuplikan ini://…Alif yang tegak mampu jadi hutan esok hariNun tanpa titik menjadi danau yang melegenda. Baa nan mungil tempat transportasi membelah sungai negeriku. Gunung-gunung memperindah goresan Tuhan dalam ikatan satu Ika….//

Bahkan Wadie Maharief  meyakinkan akan kecintaan terhadap bangsa ini, Ia tuliskan lewat syair “Lima Ekor Merpati Menembus Mendung” demikian bunyi cuplikannya dalam bait terakhir :
//…Lima ekor merpati melesat
Lubang ozon mencairkan es di kutub
Tujuh lapis langit terluka
Lima ekor merpati kehilangan sayap
Jatuh di pulau-pulau terbakar
Api cintamu yang berkobar.//

Masih banyak puisi lain yang menarik dan enak dibaca dalam buku ini seperti karya-karya dari : Ridwan Ch. Madris, Sokanindya Pratiwi Wening, Sus S. Hardjono, Abdul Wahid, Andrian Eka Saputra, Dimas Indiana Senja, Eddie MNS Soemanto , Fasha Imani Febrianty, Iwan Kuswandi, Julia Hartini, Mohamad Amrin, Muhammad Hafeedz Amar Riskha, Nieranita, Novy Noorhayati Syahfida, Puji Astuti.

Akhirnya Wardjito Soeharso mengajak kita seua untuk merenungkan seperti judul puisinya “Ngudarasa” //Sadalan dalan
Anane mung gronjalan
Mergo akeh kedokan
Salurung lurung
Anane mung bingung
Mergo adoh gurung
Yen dalan wis kebak kedokan
Lurung wis akeh sing suwung
Gurung wis pedot sakdurunge diulur…// bahwa banyak tanda-tanda zaman ini untuk dapat tidak saja untuk direnungkan tetapi juga untuk disikapi generasi uda sekarang.
//…Tan ana asile kang mapan
Mula ta tansah elinga
Bebrayan iku tansah sangga sinangga
Abot enteng nora rinasa
Arepa awan panase sumelet
Bengine peteng ndedet lelimengan
Kabeh lumaku kanti rahayu.//.

Demikian jika sastrawan mengungkapkan apa yang dirasakan pancainderanya memberikan suguhan rasa tersendiri, semoga dapat memberikan penyejuk dan apresiasi mendalam terhadap buku ini.

                                                     Rg Bagus Warsono
Kurator sastra di HMGM














Minggu, 06 April 2014

Pemberitahuan Pengisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2014



Panitia Seleksi Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2014 menyampaikan :
Terima kasih kepada para penyair nusantara yang turut mengisi kegiatan pembuatan Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2014.

Beberapa hal patut menjadi cacatan utuk kegiatan serupa selanjutnya :
1.Banyak karya masuk tidak memiliki relefansi dengan tema kegiatan
2.Pengiriman secara Email dengan copy paste dari blog penyair mengakibatkan rusaknya materi
   /naskah
3.Banyak naskah yang telah dipublikasikan sebelumnya di web/blog/akun public lainnya dan
    ada juga yang telah dipublikasikan lewat  media cetak.
4.Panitia tetap mengutamakan memandang isi naskah dan tidak memandang  riwayat/biodata.

I. Mengumukan nama-nama penyair yang terseleksi ke Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2013 sebagai berikut :  

1.Abdul Wahid (Karanganyar)
2.Ali Syamsudin Arsi (Banjar Baru)
3.Aloeth Pathi (Pati)
4.Andrian Eka Saputra (Boyolali)
5.CecepNurbani (Garut)
6.Dimas Indiana Senja(Brebes)
7.Dwi Klik Santosa (Sukoharjo)
8.Eddie MNS Soemanto (Padang) 
9.eL Trip Umiuki (Tangerang)
10.Fahmi Wahid (Hulu Sungai Tengah)
11.Fasha Imani Febrianty (Bandung)
12.Fitrah Anugerah (Bandung)
13.Gampang Prawoto (Bojonegoro)
14.Iwan Kusmiadi (Bandung)
15.Julia Hartini (Bandung)
16.Mohamad Amrin  (Indramayu)
17.Moh. Ghufron Cholid (Sampang)
18.Muhammad Hafeedz Amar Riskha (Indramayu)
19.Nieranita (Kuwait)
20.Novy Noorhayati Syahfida (Bandung)
21.Puji Astuti(Cianjur)
22.Rezqie Muhammad AlFajar Atmanegara (Hulu Sungai Tengah)
23.Ridwan Ch. Madris (Bandung)
24.Roni Nugraha Syafroni (Cimahi)
25.Soekoso DM (Purworejo)
26.Sokanindya Pratiwi Wening (Medan)
27.Sus S. Hardjono (Solo)
28.Syarif hidayatullah (Barito Kuala)
29.Wadie Maharief (Yogyakarta)
30.Wardjito Soeharso (Semarang)

II. Antologi kini tengah dalam proses editing dan proses cetak. Masing-masing peserta mendapatkan  1 buku Antologi yang akan dikirim ke alamat penyair tanggal 17 April 2014 stepel pos, termasuk  sebuah kaos cinderamata untuk 10 peserta dengan puisi pilihan panitia.
Bagi penyair tersebut di atas yang belum melengkapi alamat rumah dapat mengirimkan alamatnya lewat agus.warsono@ymail,com.
Nama-nama penyair yang mendapat kaos cinderamata adalah sebagai berikut : Ali Syamsudin Arsi, Aloeth Pathi, CecepNurbani, Dimas Indiana Senja, Dwi Klik Santosa, Gampang Pranoto, Moh. Ghufron Cholid, Wardjito Soeharso, Wadie Maharief, Soekoso DM
III. Buku antologi terarsip sebagai dokumentasi Sastrawan Indonesia di HMGM  dan
       nama- nama penyairnya tercatat dalam daftar penyair HMGM

IV.Puisi dan penyair  termuat dalam antologi dipublikasikan di www.ayokesekolah.com dan majalahsuluh.blogspot.com

Bagi yang menghendaki buku antologi lebih dari satu dapat mengirikmanbiaya ganti cetak dan transport  pengiriman.
Demikian pemberitahuan ini, terima kasih.

Indramayu, 6 April 2014
Panitia,
Rg Bagus Warsono


Rabu, 02 April 2014

Mengenal Raden Adjeng Kartini

RADEN ADJENG KARTINI


Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini[1] adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[2], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.V

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagaiGedung Pramuka.
\


Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah denganHumanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.
Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.
Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.
Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuanbumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.
Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.


Habis Gelap Terbitlah Terang


Sampul buku versi Armijn Pane.
Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara.
Pada 1938, buku Habis Gelap Terbitlah Terang diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari Door Duisternis Tot Licht. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa danbahasa Sunda. Armijn Pane menyajikan surat-surat Kartini dalam format berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Ia membagi kumpulan surat-surat tersebut ke dalam lima bab pembahasan. Pembagian tersebut ia lakukan untuk menunjukkan adanya tahapan atau perubahan sikap dan pemikiran Kartini selama berkorespondensi. Pada buku versi baru tersebut, Armijn Pane juga menciutkan jumlah surat Kartini. Hanya terdapat 87 surat Kartini dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Penyebab tidak dimuatnya keseluruhan surat yang ada dalam buku acuan Door Duisternis Tot Licht, adalah terdapat kemiripan pada beberapa surat. Alasan lain adalah untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Menurut Armijn Pane, surat-surat Kartini dapat dibaca sebagai sebuah roman kehidupan perempuan. Ini pula yang menjadi salah satu penjelasan mengapa surat-surat tersebut ia bagi ke dalam lima bab pembahasan.
Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
Surat-surat Kartini juga diterjemahkan oleh Sulastin Sutrisno. Pada mulanya Sulastin menerjemahkan Door Duisternis Tot Licht di Universitas Leiden, Belanda, saat ia melanjutkan studi di bidang sastra tahun 1972. Salah seorang dosen pembimbing di Leiden meminta Sulastin untuk menerjemahkan buku kumpulan surat Kartini tersebut. Tujuan sang dosen adalah agar Sulastin bisa menguasai bahasa Belanda dengan cukup sempurna. Kemudian, pada 1979, sebuah buku berisi terjemahan Sulastin Sutrisno versi lengkap Door Duisternis Tot Licht pun terbit.
Buku kumpulan surat versi Sulastin Sutrisno terbit dengan judul Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya. Menurut Sulastin, judul terjemahan seharusnya menurut bahasa Belanda adalah: "Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsa Jawa". Sulastin menilai, meski tertulis Jawa, yang didamba sesungguhnya oleh Kartini adalah kemajuan seluruh bangsa Indonesia.
Buku terjemahan Sulastin malah ingin menyajikan lengkap surat-surat Kartini yang ada pada Door Duisternis Tot Licht. Selain diterbitkan dalam Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya, terjemahan Sulastin Sutrisno juga dipakai dalam buku Kartini, Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan Suaminya.
Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat Kartini adalah Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904. Penerjemahnya adalah Joost Coté. Ia tidak hanya menerjemahkan surat-surat yang ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Joost Coté juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir. Pada buku terjemahan Joost Coté, bisa ditemukan surat-surat yang tergolong sensitif dan tidak ada dalam Door Duisternis Tot Licht versi Abendanon. Menurut Joost Coté, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan pada dirinya sudah saatnya untuk diungkap.
Buku Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 memuat 108 surat-surat Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH Abendanon. Termasuk di dalamnya: 46 surat yang dibuat Rukmini, Kardinah, Kartinah, dan Soematrie.
Panggil Aku Kartini Saja

Sampul Panggil Aku Kartini Saja, dikompilasi oleh Pramoedya Ananta Toer.
Selain berupa kumpulan surat, bacaan yang lebih memusatkan pada pemikiran Kartini juga diterbitkan. Salah satunya adalah Panggil Aku Kartini Sajakarya Pramoedya Ananta Toer. Buku Panggil Aku Kartini Saja terlihat merupakan hasil dari pengumpulan data dari berbagai sumber oleh Pramoedya.
Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
Akhir tahun 1987, Sulastin Sutrisno memberi gambaran baru tentang Kartini lewat buku Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya. Gambaran sebelumnya lebih banyak dibentuk dari kumpulan surat yang ditulis untuk Abendanon, diterbitkan dalam Door Duisternis Tot Licht.
Kartini dihadirkan sebagai pejuang emansipasi yang sangat maju dalam cara berpikir dibanding perempuan-perempuan Jawa pada masanya. Dalam surat tanggal 27 Oktober 1902, dikutip bahwa Kartini menulis pada Nyonya Abendanon bahwa dia telah memulai pantangan makan daging, bahkan sejak beberapa tahun sebelum surat tersebut, yang menunjukkan bahwa Kartini adalah seorang vegetarian.[3] Dalam kumpulan itu, surat-surat Kartini selalu dipotong bagian awal dan akhir. Padahal, bagian itu menunjukkan kemesraan Kartini kepada Abendanon. Banyak hal lain yang dimunculkan kembali oleh Sulastin Sutrisno.
Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903
Sebuah buku kumpulan surat kepada Stella Zeehandelaar periode 1899-1903 diterbitkan untuk memperingati 100 tahun wafatnya. Isinya memperlihatkan wajah lain Kartini. Koleksi surat Kartini itu dikumpulkan Dr Joost Coté, diterjemahkan dengan judul Aku Mau ... Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903.
"Aku Mau ..." adalah moto Kartini. Sepenggal ungkapan itu mewakili sosok yang selama ini tak pernah dilihat dan dijadikan bahan perbincangan. Kartini berbicara tentang banyak hal: sosial, budaya, agama, bahkan korups

 Peringatan Hari Kartini di tahun 1953.
Ada kalangan yang meragukan kebenaran surat-surat Kartini. Ada dugaan J.H. Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan saat itu, merekayasa surat-surat Kartini. Kecurigaan ini timbul karena memang buku Kartini terbit saat pemerintahan kolonial Belanda menjalankan politik etis diHindia Belanda, dan Abendanon termasuk yang berkepentingan dan mendukung politik etis. Hingga saat ini pun sebagian besar naskah asli surat tak diketahui keberadaannya. Menurut almarhumah Sulastin Sutrisno, jejak keturunan J.H. Abendanon pun sukar untuk dilacak Pemerintah Belanda.
Penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar juga agak diperdebatkan. Pihak yang tidak begitu menyetujui, mengusulkan agar tidak hanya merayakan Hari Kartini saja, namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember. Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya, karena masih ada pahlawan wanita lain yang tidak kalah hebat dengan Kartini seperti Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu,Dewi Sartika dan lain-lain.Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Sikapnya yang pro terhadap poligami juga bertentangan dengan pandangan kaum feminis tentang arti emansipasi wanita. Dan berbagai alasan lainnya. Pihak yang pro mengatakan bahwa Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja, melainkan adalah tokoh nasional; artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah melingkupi perjuangan nasional.