Selasa, 20 Juni 2017

Mudik Sebisa-bisa , puisi Rg Bagus Warsono

Mudik

Seperti tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini
kami harus pulang di rumah kampung tempat orang tua dan mertua
berada diantara sanak
bertemu selamat bercerita hidup
bahwa sehat dan sakit
hidup dan mati
sedih dan bahagia
melarat dan kaya raya
kumpul keluarga besar
Mudik ke Jawa bukan dekat atau jauh
hanya karena tebal dan tipis dompet
Jakarta hanya pengharapan
di rumah menanti keselamatan
Seperti tahun-tahun sebelumnya dan tahun ini
mudik keluarga
sebisa-bisa. (rg bagus warsono, 19-06-17)

Sabtu, 17 Juni 2017

53. Charmad: Tarawih di Tepi Jalan

53. Charmad

Tarawih di Tepi Jalan

Semburat jingga di ujung puasa
Menyapanya di depan masjid
Tekun menanti bintang menari
Mendendangkan bait-bait tarawih
Namun, ia tak beranjak
Hanya menanti di tepi jalan
Sembari menyalami tangan-tangan rizki
Menempa rupiah di laci
Gema keagungan menyapa
Ia tetap di tepi jalan
Masih tetap bersalaman
Sembari berdendang lantunkan pujian
Tarawihpun meneriakkan syairnya
Ia tarawih, dengan tatapannya
Bersama laci, bersama tetes minyak
Ya, masih di tepi jalan
Desir dadannya berbisik
Bermunajat pada sang Khaliq
Mohon ampunan, mohonkan jalan
Kelak tarawihnya di Masjidil Haram
Mas
 Hebatnya di antologi Tadarus Puisi Ramadhan ini ada karya dari seorang penjual Batagor bernama Carmad. Ternyata Kang Carmad bukan sembarang pedagang gerobak dorong tetapi dia bisa bersyair berpuisi, mari kita simak puisinya , sangat bagus !
RgBagus Warsono Sisi Ramadhan dalam kaca mata seorang pedagang yang juga muslim berada diantara dua kewajiban yakni kewajiban sebagai umat muslim dan kewajiban yang juga tak dapat ditinggalkan sebagai kepala keluarga yang harus mencari nafkah. Hanya Allah yang mengetahui hambanya. Pada bait terakhir ia memasrahkan diri pada Yang Maha Kuasa dan terbesit keinginan yang juga doa. Semoga terkabul.

Sokanindya Pratiwi Wening : Ramadhan Kali Ini

~ ramadhan kali ini ~

nak, ramadan kita seperti pelangi
rupa-rupa warnanya
rupa-rupa rasanya
selalu aku tersenyum
di tengah derai hujan di mata
Tuhan demikian mencinta
selalu diajak-Nya aku bercanda
sedang mripat kalian
selalu bening menatapku
entah iba ikut merasa
ibu kalian yang tak mau
merasa tak berdaya....
nak, seperti biasa
ramadan kita yang penuh warna
akan terasa indah....
percaya padaku!
aku pasti akan selalu mampu!
Krueng Geukueh, 2/06/2017

Rg Bagus Warsono :  Sebaliknya Sokanindya Pratiwi Wening berusaha menghibur diri. Ah itu apresiasiku yang diliputi perasaan saja. Kau memang Ibu yang istimewa ! Bait-baitnya memberi kesan diri penyairnya.

Sutan Iwan Soekri Munaf: Ramadhan Bertanya


1.Sutan Iwan Soekri Munaf

Ramadhan Bertanya

Ramadhan bertanya ke setiap kalbu, apakah ritual berlapar untuk dahaga nafsu atau kembali mendekatiMu?
Ramadhan bertanya ke setiap jejak, sejauh manakah langkah bergerak untuk membunuh nafsu atau menikmati kesejukanMu?
Ramadhan bertanya ke setiap pikir, bagaimanakah merenangi siang dan menyelami malam hanya untuk merasakan fakir atau merasakan renyahnya dzikir menyebut namaMu?
Ramadhan bertanya ke setiap hari, sampai kapankah bermanja dengan bulan atau bercinta hanya denganMu?
31 Mei 2017


RgBagus Warsono Gaya Sutan Iwan Soekri membalik, bukan kita yang bagaimana menghadapi dan melaksanakan Ramadhan, tetapi Ramadhan seolah-olah bertanya pada diri kita. gaya puisi yang sangat menarik. Di masalah lain, misalnya 'pernikahan , bukan pengantennya yang bertanya untuk apa menikah , tetapi pernikahan yang bertanya. Gaya ini sungguh sangat menarik terutama memberi pesan dengan cara yang halus namun menyentuh . Sutan Iwan Soekri memang jempolan

Sutan Iwan Soekri Munaf, lahir di Medan, 4 Desember 1957.
Senang menulis sajak, cerpen, novel dan esei.
Kini tinggal di Kota Bekasi

Wans Sabang - Rindu Alif Ba Ta –

5. Wans Sabang

- Rindu Alif Ba Ta –

masihkah ada riuh anak-anak ke mushola
berkopiah sambil mengepit juzama
kini aku rindu alif ba ta
walau dulu mengejanya terbata
Bogor, Mei 2017



Wadie Maharief Sekarang banyak Taman Pendidikan Alquran (TPA) di mana-mana dan anak-anak tak lagi membawa juz ama (bukan juzama), tapi membawa buku iqra suatu metode belajar membaca Alquran yang lebih praktis. Puisi singkat ini cukup mampu menampilkan kenangan masa lalu, meski sekilas.

Salman Yoga S : Khusus yang Riuh

68. Salman Yoga S

Khusus yang Riuh

Tumakninah nafas dan nafsu
Dari tahun-tahun yang mendengus menggersangkan
Ramadhanku hadir memberi sela
Untuk beriktikaf dalam kekhusu’an yang riuh
Seperti sajian khusus dalam perjalanan yang kelabu
Di bulan khusus yang meneduhkan
Saat-saat khusus pada kesempatan istimewa
Kesyahduan pada kehidupan khusus
Untuk khusuk memindai alfa pada bulan-bulan sebelumnya

Takengon, 2017


RgBagus Warsono Ide mengetengahkan pesan memang sendiri-sendiri. Slalu berbeda dengan yang lain agar menjadi perhatian. Penyair memang pandai menandai peristiwa dari sudut pandang masing-masing. Seperti halnya Mas Salman Yoga S memberi 'garis bawah tetang Ramadhan. Ternyata Ramadhan mampu memberi kesejukan situasi panas, kedamaian ditengah perang, dan keteduhan dikala panas menyengat . Sedikit tanda tetapi mengena.


Salman Yoga S. Lahir dan besar di dataran tinggi Gayo Aceh Tengah. Menulis semua jenis karya sastra dan jurnal, aktif di beberapa organisasi sosial, profesi, seni dan gerakan kebudayaan. Mengajar di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dan di beberapa perguruan tinggi lainnya. Pimpinan lembaga The Gayo Institute (TGI), Komunitas Teater Reje Linge (KomitreL) dan Komunitas Sastra Bukit Barisan Takengon. Tinggal dan menetap di Kampung Asir-Asir Atas No. 70 Takengon - Aceh Tengah sebagai petani kopi.

Ahmad Setyo Bae: Tadarus pagi

69. Ahmad Setyo Bae

Tadarus pagi

pagi diantara deru jalan dan lolong sepi
tak tampak mimpiku tentang Cintamu padaku
hingga sebagian daun yang jatuh semalam enggan pergi

pagi diantara pilar dinding sebuah masjid
meski ku sandarkan luka laraku
tak kujumpai suara suara tinggi di telaga hati
diantara kursi kursi diam tak beraturan, meja meja beriak bekas pesta semalam
pun tak kutemui tangis dan erangan anak anak perawan
pagi dikedalaman mimbar ramadhan
buih nama nama silih berganti timbul tenggelam menghanyutkan sisa makanan dan kotoran
sepi tak bisa dibawa sunyi ke dasar sunyi
Kau yang sembunyi dibalik lengang jalan, di balik batu diam, di ulu pilar masjid, dibawah sajadah sholatku
ada Kau ada Kau ada Kau
sehingga aku leluasa bertanya tanpa orkestra layunya matahari.
Jakarta, 2/6/2017. By Ahmad Setyo

RgBagus Warsono Terjemahan sebuah puisi tergantung apresiasi. Penyairnyalah yang mengetahui maksud pesan pada puisi yang diciptanya. Jika di amati maka puisi ini memberi gambaran tentang Yang Maha Kuasa dari hambanya. Perenungan kadang hanyut dalam kesendirian dan kesendirian membuatnya sepi. Mas Ahmad Setyo Bae 'memasrahkan kepada Allah selalu ada dimana-mana.


Ahmad Setyo lahir dan besar di kota kecil Slawi - Tegal. Namun lebih dari 30 tahun ia hidup dsn tinggal di Jakarta. Komunitas seni Bulungan pernah dirambahnya dengan bergabung di Teater Aquila Jakarta tahun 1987 hingga 1993. Kesukaannya menulis selain dulu sebagai Wartawan, bapak dari 4 orang anak ini , bersama Rd Nanoe Anka seorang dedengkot seniman Bulungan, mendirikan kelompok Alinea Baru Jakarta. sebuah wadah kreatifitas bersastra. 3 buku antologi telah dihasilkan kelompok ini yakni Ketika Daun Jatuh, Daun Bersayap Awan dan Tanah Air Daun. Kini Ahmad Setyo selain berkesenian, menulis beberapa Cerpen dan rencana menerbitkan sketsa sketsa Kisah Cinta"Cinta Suci Sang Gayatri" yang kerangka ceritanya kerap muncul di akun FB nya Ahmad Setyo Bae.

Soei Rusli : Tuhan Dengarkanlah Dzikirku

3.Soei Rusli

Tuhan Dengarkanlah Dzikirku

Rabba ya rabba
Demi hidupku di dunia fana
Berikan fitrah
Bulan ramadhanini
Engkau bertahta di arasy
Tak pernah lupa
Aku sampaikan dzikir langit tinggi
Untuk jalan ke surga
Gurun 2017

RgBagus Warsono Tampak tegas puisi Soei Rusli ini. Ketegasan yang menunjukan kesungguhan. Mula pertama hanya doa pengharapan, tetapi ia menyadari bahwa siapa pun berbuat kebaikan Allah Maha Mengetahui, Jika menyadari Allah Maha Mengetahui tak perlu Allah ditegur agar mendengar. Namun demikian puisi ini padat isi dan enak dibaca serta membangun apresiasi semua kalangan.


Soei Rusli Di lahirkan di padang 20121964 SDN 39 Padang SMPN 9 Padang SMA PGRI 3 Padang 6 orang bersaudara. Aku Ingin tulisanku sebagai wadah amalku untuk sastra nusantara awal tahun 1980 Soei Rusli menguna nama Atang Sonny Harja juga salah seorang anggota HPCP (Himpunan Pecinta Cerpen & Puisi), bersama Pria Takari Utama, Kurnia Effendi, Gus tf Sakai, Aant S Kawisar, Indrawati Basuki. Ary Nurdiana dan banyak lagi. Pendiri Adek Alwi dan Kawan kawan tergabung Himpunan Pecinta Cerpen & Puisi

Alhendra Dy : Mencari Butir Tasbih

6. Alhendra Dy

Mencari Butir Tasbih

Tak rampung aku kumpulkan biji tasbih
yang putus berserak
pada musim shaum ramadhan lalu,
Berulang aku menghitungnya
jumlah tak juga hendak cukup sembilan puluh sembilan
sedang bulir keseratus
mengiba
menatapku,
lalu membisikan kalimah :
" salmamun koulammirrobirrohiim "
( dari tangan kotor dan kurus
aku tutupi wajah kelam )
manalah pantas aku !
dalam geram
aku pukuli wajah batin,
agar bangun
dan bersegera tinggalkan mimpi,
mimpi pasi mimpi kusam.
Dan,
Ramadhan ini
aku masih saja merambah belukar, semak kepicikan
yang mulai meninggi,
Mengaburkan jalan illah
Menutup penjuru arah
Jalan pulang.
Ramadhan kedua 2017








RgBagus Warsono: Jati diri penyair kadang tampak dalam karyanya, Alhendra Dy dalam puisinya bercerita menempatkan sebagai hamba yang serba kekurangan bagaimana sikap hamba terhadap Penciptanya. Ramadhan pun berulang berjumpa, meski menhyambut kedatangan Ramadhan tetapi dalam puisi itu tetap merendah diri, sebab semuanya Yang Diatas yang serba mengetahui. Sebuah keistimewaan untuk direnungkan bahwa diterimanya ibadah kita , kita pasrahkan saja kepadaNya dengan ikhlas.


  Alhendra Dy, Lahir di Jambi 47 tahun silam. Menulis dan melukis di tekuninya sejak tahun 80-an hingga sekarang. Turut mendirikan teater Bohemian ’89 ( warisan Acep Syahril dan Iif Renta Kersa ) di bawah pimpinan Ari Setya Ardi (Alm), selain sebagai jurnalis di media mainstream dan digital juga membangun sekaligus pemimpin disebuah sanggar seni Rumah Kreativ Merangin (RKM). Karya-karyanya puisinya tersebar di berbagai media cetak seperti Merangin Ekspres, Pos Metro, Radar Sarko, Tribun Jambi dan Jambi One, sedang di media online apa pada jambistyle, jambi satu, jejak jambi dan tribun online. Sejumlah antologi puisi bersamanya ada di Pendaras Risau 13 Penyair Jambi Tahun 2015, Senandung Alam Tahun 2012, Lacak Kenduri Tahun 2015, Arus Puisi Sungai Tahun 2016, Memo Anti Teroris Tahun 2016, Aku dan Tulisanku Tahun 2016, Siginjai Kata-Kata Tahun 2016 (43 Penyair Jambi), Pasie Karam (Temu Penyair Nusantara) Tahun 2016, Ije Jela (Tifa Nusantara) Tahun 2016, Antoligi Puisi Penyair Nusantara Aceh 6,4 SR Tahun 2017, sedang antologi tunggalnya "Kesaksian Bukit Keramat" Tahun 2016 . Tinggal di Merangin - Provinsi Jambi.

Sarwo Darmono Pasa .......Ngeposna Rasa

73. Sarwo Darmono

Pasa .......Ngeposna Rasa

Sak iki sasi pasa
Sasi kang kebak Nugroha
Kabeh Pada jaluk ngapura
Kabeh pada Nindakna Pasa
Pasa ora mung ninggalna Upa lan Toya
Pasa kudune isa ngeposna Rasa
Rasa ing Panca Driya
Pasa Ngleremna Hawa Angkara
Angkara ing Jiwa Raga
Pasa manunggaling Rasa, Jiwa lan raga
Maneges marang kang Kawasa
Rasa Rumangsa manungsa kang kebak dosa
Duh.... Gusti kawula yuwun Ngapura
Sedaya Salah lali lan dosa
Kawula nyuwun Sehat Jiwa raga
Kawula nyuwun Yuswa Dhawa
Kangge Manembah Mring Padhuka
Saha gesang Miguna ,
Tumprap Sedaya Titah Alam donya
Pasa tansah tumindak Prayoga
Pasa tansah laku Utama
Laku Utama Kang Nyata
Kanthi Lila Legawa Jruning Wardaya
Gusti Kang Kawasa Paring Nugroha
1 Juni 2017

Sarwo Darmono, penyair tinggal di MagDarmono, penyair tinggal di Magetan, Mas Sarwo Darmono.


RgBagus WarsonoPerhatikan geguritan karya Mas Sarwo Darmono, seperti juga karya Mas Riswo Mulyadi dalam Tadarus Ramadhan ini kedua penyair mengirimkan geguritan dengan bahasa daerahnya. Sarwo Darmono menampilkan geguritannya dengan bahasa Magetan campur dengan diksi kawi yang merupakan pilihan yang mampu mengajak pembacanya untuk lebih memahami puasa di bulan Ramadhan ini. Ramadhan dalam geguritan ini oleh Sarwo Darmono dijadikan sebuah kesempatan yang paling berharga untuk memohon ampunan kepada Allah, memohon doa, dan sekaligus berserah diri. Bahasnya yang luhur membuat geguritan ini sangat berbobot dan merupakan syair Jawi yang dapat didokumentasikan untuk sekarang dan generasi selanjutnya.

Sabtu, 10 Juni 2017

Lawan Terus

Saudaraku para penyair teruslah berkarya, Jangan takut karena kultus individu tokoh sastra, Jangan takut tidak ada pengakuan karena kelompok dan golongan tokoh sastra tertentu, Anda bisa menjadi besar ! bahkan lebih hebat dari tokoh sastra sebelumnya yang tenar karena karbitan. Banyak tokoh pengamat yang tetap independen menilai karya sastra. Publik pembaca-lah yang akan mengadili semuanya. Publik akan tetap menghargai karya Anda yang menarik dibaca. Jangan takut karena monopoli penerbitan, monopoli penayangan/penampilan media. Jangan silau karena nama. Ini negara dengan 250 juta jiwa. Sastrawan daerah perlu diakses kehadirannya. Lawan terus kebijakan pencetakan buku sastra untuk sekolah di pusat oleh kemendikbud dan segera berikan porsinya penerbitan buku-buku sastra pada pemerintah daerah yang ditulis oleh sastrawan setempat!

Jumat, 09 Juni 2017

Telah Terbit Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid V



Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia
Jilid V 2017




Sekumpulan puisi

Rasa Sejati
 






Dokumentasi Puisi Sastrawan Indonesia
oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca
Penulis :
 
1. Aang A.K (Jakarta)
2. Abu Ma’mur MF (Brebes)
3. Ade Sri Hayati (Indramayu)
4.  Andi Surya (Bogor)
5. Agung Wig Patidusa (Semarang)
6. Agus Sighro Budiono (Bojonegoro)
7. Agustav Triono (Banyumas)
8. Af Dhal, Heran (Muara Bungo, Jambi)
9. Anggoro Suprapto ( Semarang)
10. Artvelo Sugiarto (Semarang)
11. Arya Setra (Jakarta)
12. Asep Dani (Cianjur)
13. Bayu Aji Anwari (Semarang)
14. Dasuki Kosim (Indramayu)
15. Djemi Tomuka(Manado)
16. Eddy Pramduane (Jakarta)
17. Eko Saputra Poceratu (Ambon)
18. Eri Syifratmin (Muara Bungo)
19. Gampang Prawoto (Bojonegoro)
20. Harmany (Pamekasan)
21. Hasan Maulana A. G (Subang)
22. Marthen Luther Reasoa, (Ambon Maluku)
23. Mohamad Amrin/Amrin Moha (Cirebon)
24. Mohamad Iskandar (Demak)
25. Muhammad   Daffa,  (Banjarbaru)
26.Muhammad Lefand (Jember)
27. Muakrim M Noer ( P Buru)
28. Munadi Oke (Pesisir Selatan Sumatera Barat)
29. Najibul Mahbub (Pekalongan)
30. Ni Made Rai Sri Artini (Denpasar)
31. Novia Rika (Jakarta)
32. Nunung  Noor El Niel (Denpasar, Bali)
33. Nur Komar (Jepara)
34. Osratus (Sorong)
35. Rahmat Basuni (Solo)
36. Riswo Mulyadi (Banyumas)
37. Salimi Ahmad (Jakarta)
38. Sami’an Adib (Jember)
39. Sapin (Majalengka)
40. Senandung Pusara/Eka Rs (Tasikmalaya)
41. Shonhaji Muhammad  (Sidoarjo)
42. Slamet Unggul (Semarang)
43. Sokanindya Pratiwi Wening (Aceh)
44. Suhaeli (Indramayu)
45. Supi El-Bala (Tangerang)
46. Syahriannur Khaidir (Sampang)
47. Syarif hidayatullah (Banjarmasin)
48. Thomas Haryanto Soekiran (Purworejo)
49. Tosa Poetra (Trenggalek)
50. Wadhie Maharief (Jogyakarta)
51. Wardjito Soeharso (Semarang)
52. Winar Ramelan (Denpasar Bali )
53. Zaeni Boli (Bekasi)