44.Sami’an Adib
SAYAP CAHAYA
bila ada yang bertanya ke mana hendak mencari Ramadhan
ketika gerbang masjid rapat tertutup tirai-tirai kecemasan
ketika rentang jarak merenggangkan ikatan persaudaraan
katakan saja Ramadan tak pernah pergi ke mana-mana
ia senantiasa hadir di mana pun para pencarinya berada
bahkan di kesunyian ruang pengasingan paling rahasia
ia datang dengan segenap aksesoris kemuliaannya
malam-malam yang riuh rendah oleh rubaiat cinta
: senandung terindah dari ayat-ayat Mahasempurna
siang pun bukan semata tentang lapar dan dahaga
tapi sebagai arena pembuktian diri paling hamba
di rumah saja, Ramadhan tak akan kehilangan makna
sebab ia gesit bergerak dengan sayap-sayap cahaya
yang menerangi hingga ke kedalaman palung jiwa
kesendirian adalah rute paling lempang
bebas dari rambu-rambu bernada sanjung
yang sering menciptakan arah rumpang
masih adakah celah keraguan
tentang keagungan Ramadhan
penyulut terang lentera iman:
suluh terbaik menyusuri jalan
menuju puncak Keanggunan Tuhan
Jember, 2020
DEMI
dalam kesendirian
dalam keterasingan
di rumah sendiri
malam belum mati
meski ada geram
tapi bukan dendam
tarawihku terlaksana meski tanpa imam
tadarrusku berkumandang dalam diam
di teras depan
luruhan daun
kehendak Tuhan
kidung kematian
manusia merancang
takdir tak terhadang
napasku tersaring masker kecemasan
langkahku terhambat aral kepanikan
sampai kapan
tanpa kepastian?
dalam kepasrahan
kuhampar harapan
meraih kemenangan
di puncak Ramadhan
tak ada kesedihan yang tersirat dari laparku
tak ada keluhan yang terucap sebab dahagaku
dalam keterasingan
dalam kesendirian
tulus kulakukan
penghambaan
atas Kuasa-Mu
demi Kasih-Mu
Jember, 2020
Sami’an Adib, lulusan Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (Unej) ini lahir di Bangkalan pada tanggal 15 Agustus 1971. Prestasi kepenulisan antara lain: pernah memenangkan Juara III lomba mengarang cerpen yang diadakan BEM Fakultas Sastra Unej, Juara I Lomba Cipta puisi Gus Dur yang diselenggarakan Pelataran Sastra Kaliwungu, Puisi Pilihihan II Poetry Prairie Literature Journal#5, Puisi Pilihan III Poetry Prairie Literature Journal#6. Sejak SMA ia aktif menulis di buletin sekolah. Ia pernah menjadi Pemimpin redaksi Mading Sekolah. Puisi-puisinya terpublikasikan di beberapa media cetak dan on line. Antologi puisi bersama antara lain: Menuju Jalan Cahaya (2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Kata Cookies pada Musim (2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (2015), Memo Anti Terorisme (2016), Ije Jela Tifa Nusantara 3 (2016), Malam-malam Seribu Bulan (2016), Requiem Tiada Henti (2017), Negeri Awan (DNP 7, 2017), Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata (2017), Menderas Sampai Siak (2017), Timur Jawa: Balada Tanah Takat (2017), Hikayat Secangkir Robusta (2017), Perjalanan Sunyi (2017), Negeri Bahari (DNP 8, 2018), Lumbung Puisi VI:Indonesia Lucu (2018), Menjemput Rindu di Taman Maluku (2018), Gus Punk (2019), Negeri Pesisiran (DNP 8, 2019), Risalah Api (2019), Bulan-bulan dalam Sajak (2019), Tambak Gugat (2019), 100 Penyair Indonesia dalam Antologi Puisi Binjai (2019), Risalah Tubuh di Ladang Kemarau (2019), Perjalanan Merdeka (2020), Setangkai Bunga Padi (2020), Wong Kenthir (2020), dan lain-lain. Aktivitas sekarang sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember.
SAYAP CAHAYA
bila ada yang bertanya ke mana hendak mencari Ramadhan
ketika gerbang masjid rapat tertutup tirai-tirai kecemasan
ketika rentang jarak merenggangkan ikatan persaudaraan
katakan saja Ramadan tak pernah pergi ke mana-mana
ia senantiasa hadir di mana pun para pencarinya berada
bahkan di kesunyian ruang pengasingan paling rahasia
ia datang dengan segenap aksesoris kemuliaannya
malam-malam yang riuh rendah oleh rubaiat cinta
: senandung terindah dari ayat-ayat Mahasempurna
siang pun bukan semata tentang lapar dan dahaga
tapi sebagai arena pembuktian diri paling hamba
di rumah saja, Ramadhan tak akan kehilangan makna
sebab ia gesit bergerak dengan sayap-sayap cahaya
yang menerangi hingga ke kedalaman palung jiwa
kesendirian adalah rute paling lempang
bebas dari rambu-rambu bernada sanjung
yang sering menciptakan arah rumpang
masih adakah celah keraguan
tentang keagungan Ramadhan
penyulut terang lentera iman:
suluh terbaik menyusuri jalan
menuju puncak Keanggunan Tuhan
Jember, 2020
DEMI
dalam kesendirian
dalam keterasingan
di rumah sendiri
malam belum mati
meski ada geram
tapi bukan dendam
tarawihku terlaksana meski tanpa imam
tadarrusku berkumandang dalam diam
di teras depan
luruhan daun
kehendak Tuhan
kidung kematian
manusia merancang
takdir tak terhadang
napasku tersaring masker kecemasan
langkahku terhambat aral kepanikan
sampai kapan
tanpa kepastian?
dalam kepasrahan
kuhampar harapan
meraih kemenangan
di puncak Ramadhan
tak ada kesedihan yang tersirat dari laparku
tak ada keluhan yang terucap sebab dahagaku
dalam keterasingan
dalam kesendirian
tulus kulakukan
penghambaan
atas Kuasa-Mu
demi Kasih-Mu
Jember, 2020
Sami’an Adib, lulusan Strata I pada jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Jember (Unej) ini lahir di Bangkalan pada tanggal 15 Agustus 1971. Prestasi kepenulisan antara lain: pernah memenangkan Juara III lomba mengarang cerpen yang diadakan BEM Fakultas Sastra Unej, Juara I Lomba Cipta puisi Gus Dur yang diselenggarakan Pelataran Sastra Kaliwungu, Puisi Pilihihan II Poetry Prairie Literature Journal#5, Puisi Pilihan III Poetry Prairie Literature Journal#6. Sejak SMA ia aktif menulis di buletin sekolah. Ia pernah menjadi Pemimpin redaksi Mading Sekolah. Puisi-puisinya terpublikasikan di beberapa media cetak dan on line. Antologi puisi bersama antara lain: Menuju Jalan Cahaya (2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Kata Cookies pada Musim (2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (2015), Memo Anti Terorisme (2016), Ije Jela Tifa Nusantara 3 (2016), Malam-malam Seribu Bulan (2016), Requiem Tiada Henti (2017), Negeri Awan (DNP 7, 2017), Lumbung Puisi V: Rasa Sejati (2017), PMK 6 (2017), Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata (2017), Menderas Sampai Siak (2017), Timur Jawa: Balada Tanah Takat (2017), Hikayat Secangkir Robusta (2017), Perjalanan Sunyi (2017), Negeri Bahari (DNP 8, 2018), Lumbung Puisi VI:Indonesia Lucu (2018), Menjemput Rindu di Taman Maluku (2018), Gus Punk (2019), Negeri Pesisiran (DNP 8, 2019), Risalah Api (2019), Bulan-bulan dalam Sajak (2019), Tambak Gugat (2019), 100 Penyair Indonesia dalam Antologi Puisi Binjai (2019), Risalah Tubuh di Ladang Kemarau (2019), Perjalanan Merdeka (2020), Setangkai Bunga Padi (2020), Wong Kenthir (2020), dan lain-lain. Aktivitas sekarang sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember.