Rabu, 25 Desember 2013

ANTOLOGI PUISI PEREMPUAN PENYAIR INDONESIA : SAKSI IBU MELIHAT REFORMASI

Panitia Seleksi Puisi untuk Dokumentasi , Antologi "Puisi Saksi Ibu Melihat Reformasi"
Penyair Perempuan yang diselenggarakan Himpunan Masyarakat Gemar Membaca Indonesia memberitahukan bahwa :
1. Keterlambatan pengiriman buku kepada para penulis mohon untuk dapat dimaklumi.
2. Evaluasi atas kegiatan semacam ini diharapkan untuk lebih disiarkan secara luas.
3. Mengucapkan terima kasih atas dukungan para penulis (Perempuan Penyair Indonesia) yang turut mensukseskan kegiatan ini.
4. Mengharap dukungan kritik dan saran untuk agenda kegiatan kedepan.



Selasa, 24 Desember 2013

DISKUSI NASIB SASTRAWAN

Diskusi Sastrawan Indonesia tidak hanya tentang tulis menulis, namun juga memcahkan masalah nasib sastrawan Indonesia. Seperti yang diketengahkan sastrawan asal Indramayu , Rg Bagus Warsono, dalam Temu Karya Sastrawan Nusantara 21-23 Desember lalu di Tangerang. Nasib sastrawan sangat kurang diperhatikan pemerintah, padahal sastra merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sebuah negara. Ia bukan hanya memberikan bacaan wacana semata namun sastra juga memberikan ruh jiwa bangsa ini sebab satra tidak pernah mengajarkan pada bangsa sesuatu yang kotor, justru sastra selalu memberikan suara kepribadian bangsa yang luhur, budaya luhur dan cinta Tanah Air.
   Dalam diskusi itu, nasib sastrawan diperlukan keberanian untuk dapat memperoleh jobnya yang khusus yakni menulis buku-buku sastra. Kesadaran ini diperlukan berkenaan dengan Kementrian Pendidikan Nasional telah menyediakan prosentasenya anggaran pembelian buku dari anggran pendidikan yang telah ditetapkan. Namun ada yang perlu diperjelas tentang anggran pembelian buku ini kepada masyarakat termasuk para sastrawan. Berapa prosen pada tiap jenis dan jenjangnya serta siapa pelaksana penguna anggran itu, apakah APBD kabupaten/kota, APBD propinsi, atau APBD Pusat. Dan mengharapkan pemerintah memberikan keterangan jelas berapa buku fiksi yang diperlukan sehingga sastrawan Indonesia bisa hidup.
(rg.bagus warsono 24-12-2013)











foto : dwi klik

Minggu, 22 Desember 2013

'Dialog Calon Arang dan Bagawat Barada' karya Raka Mahendra meriahkan peluncuran buku kumpulan puisi Sastrawan Nusantara "Bunga Rampai Puisi dan Kreasi Cerita rakyat" pada Temu Karya Sastrawan Nusantara 2013.


Raka Mahendra dramawan asal pulau Dewata yang kini menetap di Jakarta kembali menggebrak seni  teater Indonesia yang mulai lesu di Tanah Air. Lewat " Dialog Calon Arang dan Bagawat Barada" , Raka yang kerap mempertahankan dan mempopulairkan  seni klasik Bali di Jakarta menuturkan pada pagelaran berdururasi 3o menit akan nilai sastra dalam cerita Calon Arang . Menurutnya ada sepenggal tutur dialog kisah Calon Arang yang berisi pentingnya sastra bagi kehidupan.
   Dengan dibantu oleh Putu Swatini, I Wayan, dan Ketut, Raka Mahendra mampu memberikan suguhan yang terbaik dalam acara Temu Karya Sastrawan Nusantara 2013 yang diselenggrakan di Tangerang pada 21-23 Desember 2013 . 

SASTRAWAN SE NUSANTARA BERKUMPUL DI TANGERANG 21-23 DESEMBER 2013

 Temu Sastrawan Nusantara 2013 terselenggra oleh Dewan Kesenian Tangerang bekerja sama dengan Diporabudpar Kabupaten Tangerang. Pertemuan yang berlangsung 21-23 Desember 2013 ini bertempat di Hotel bintang lima FameHotel Gading Tangerang. Diikuti oleh 116 sastrawan yang datang pelosok Indonesia.


Rg Bagus Warsono menerima sumbangan buku-buku sastra dari Perempuan sastrawan Indonesia Nani Tanjung di saat Pertemuan Sastrawan se Nusantara, 21-23 desember 2013 

Kamis, 19 Desember 2013

Sastrawan Indramayu, Rg Bagus warsono wakili Indramayu dalam Temu Karya sastrawan Nusantara Tangerang 2013





Temu Karya Sastrawan Nusantara

Sastrawan Indramayu Rg Bagus warsono (Agus Warsono, SPd.MSi) pengasuh sanggar satra Meronte Jaring Indramayu mewakili Sastrawan Indramayu dalam Temu sastrawan Nusantara yang akan diselenggarakan di Tangerang , Banten, 21-23 desember ini. Rg Bagus Warsono mewakili sastrawan Indramayu tersebut berkenaan dengan  karya sastranyanya tyermasuk dalam Antologi  Bunga Rampai Sastrawan Nusantara yang diterbitkan/diselenggarakan oleh dewan Kesenian Kabupaten Tangerang yang bekerjasama dengan Disporabudpar Kabupaten Tangerang.

Senin, 16 Desember 2013

EVALUASI DIRI PENILAIAN KINERJA GURU DI SD BRONDONG 1 INDRAMAYU

Kesadaran akan tanggungjawab sebagai guru kelas telah melekat pada diri guru-guru SDN Brondong 1 Indramayu. Hal demikian tercermin dalam evaluasi diri pada Penilaian Kinerja Guru (PKG) dengan sebuah pengakuan diri akan kinerjanya selama ini. Dari mulai menyusun perencanaan hingga melakukan perbaikan hasil pembelajaran yang mere lakukan yang dituangkan dalam evaluasi diri PKG  merupakan sebuah teknik penilaian kinerja yang dilakukan oleh Kepala SDN Brondong 1 kecamatan Pasekan Indramayu.
Evaluasi diri bukanlah pengakuan yang dibuat-buat namun memuliki tanggung jawab pribadi akan pernyataan yang ia buat itu. Tentu saja disertai dengan dokumen sebagai portofolio pengakuan diri itu. Sebagai guru yang memiliki tanggung jawab tentunya, maka kekurangan serta kelengkapan administrasi dapat dibuat demngan saling isi mengisi antar guru dengan cara berdiskusi. Pada gilirannya guru akan dapat memiliki semua unsur yang ada dalam penilaian kinerja guru sehingga akan diperoleh hasil maksimal yang diharapkan dengan nilai  'baik sekali'./

 Kendala kegiatan ini apabila guru tidak menghadiri diskusi sehingga kekurangan akan bukti portofolio dari evaluasi diri itu dianggap sebuah problem kesukaran mereka. Oleh karena itu diharapkan peran diskusi atau tanya jawab sesama guru baik dengan pembimbingan maupun dengan tanpa bimbingan dapat diikuti secara kompak di setiap sekolah seperti di SDN Brondong 1 ini.
Diperlukan kepiawaian kepala sekolah untuk membangkitkan usaha guru dalam memenuhi kelengkapan bukti fisik kegiatan pembelajaran tugasnya sebab tanpa bukti fisik maka nilai PKG dapat merugikan guru. 

Minggu, 15 Desember 2013

Maria Walana Maramis

Maria Josephine Catherine Maramis (lahir di KemaSulawesi Utara1 Desember 1872 – meninggal di MaumbiSulawesi Utara22 April 1924pada umur 51 tahun), atau yang lebih dikenal sebagai Maria Walanda Maramis, adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia karena usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20[1].
Setiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan. Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk memperkembangkan daya pikirnya, bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelaki".[2]
Untuk mengenang jasanya, telah dibangun Patung Walanda Maramis yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Di sini, pengunjung dapat mengenal sejarah perjuangan seorang wanita asalBumi Nyiur Melambai ini. Fasilitas yang ada saat ini adalah tempat parkir dan pusat perbelanjaan.[3]
Maria lahir di Kema, sebuah kota kecil yang sekarang berada di kabupaten Minahasa Utara, dekat Kota Airmadidi propinsi Sulawesi Utara. Orang tuanya adalah Maramis dan Sarah Rotinsulu. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dimana kakak perempuannya bernama Antje dan kakak laki-lakinya bernama Andries. Andries Maramis terlibat dalam pergolakan kemerdekaan Indonesia dan menjadi menteri dan duta besar dalam pemerintahan Indonesia pada mulanya.
Maramis menjadi yatim piatu pada saat ia berumur enam tahun karena kedua orang tuanya jatuh sakit dan meninggal dalam waktu yang singkat. Paman Maramis yaitu Rotinsulu yang waktu itu adalah Hukum Besar di Maumbi membawa Maramis dan saudara-saudaranya ke Maumbi dan mengasuh dan membesarkan mereka di sana. Maramis beserta kakak perempuannya dimasukkan ke Sekolah Melayu di Maumbi. Sekolah itu mengajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah. Ini adalah satu-satunya pendidikan resmi yang diterima oleh Maramis dan kakak perempuannya karena perempuan pada saat itu diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga.
Pada akhir abad 19 dan awal abad 20 terbagi banyak klan (walak) yang berada dalam proses ke arah satu unit geopolitik yang disebut Minahasa dalam suatu tatanan kolonial Hindia Belanda. Sejalan dengan hal ini Hindia Belanda mengadakan perubahan birokrasi dengan mengangkat pejabat-pejabat tradisional sebagai pegawai pemerintah yang bergaji dan di bawah kuasa soerang residen.[4] Komersialisasi agraria melahirkan perkebunan-perkebunan kopi dan kemudian kopra membuat ekonomi ekspor berkembang pesat, penanaman modal mengalir deras, dan kota-kota lain tumbuh seperti Tondano, Tomohon, Kakaskasen, Sonder, Romboken, Kawangkoan, dan Langowan.[5]

Ny. Supeni

Supeni (lahir di Tuban, Jawa Timur, 17 Agustus 1917 – meninggal di Jakarta, 25 Juni 2004 pada umur 86 tahun) adalah politikus Indonesia. Supeni dikenal sebagai politikus wanita yang menduduki berbagai jabatan penting di Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai anggota DPR sekaligus anggota Konstituante melalui partai PNI. Sebagai diplomat, ia pernah menjabat sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk Amerika Serikat dan duta besar keliling di zaman Presiden Soekarno.

Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo/ MARIA uLFAH SANTOSO

Mr. Hj. RA Maria Ulfah Soebadio Sastrosatomo (lahir di Serang, Banten, 18 Agustus 1911 – meninggal di Jakarta, 15 April 1988 pada umur 76 tahun) atau dahulu dikenal sebagai Maria Ulfah Santoso adalah salah satu mantan Menteri Sosial pada Kabinet Sjahrir II. Nama Santoso diambil dari nama suami pertama dan nama Soebadio Sastrosatomo diambil dari nama suami kedua setelah suami pertama meninggal dunia.
Maria Ulfah lahir dari pasangan Raden Mochammad Achmad dan Chadidjah Djajadiningrat yakni saudara dari Hoesein dan Achmad Djajadiningrat. Mochammad Achmad adalah seorang dari beberapa saja orang Indonesia yang pada awal abad ke 20 selesai menempuh pendidikan di HBS (setingkat SMA). Mochammad Achmad kemudian menjabat sebagai Bupati Kuningan.
Tahun 1929 Maria Ulfah pergi ke Belanda bersama ayahnya, adik perempuannya, Iwanah dan adik laki-lakinya Hatnan. Ibunya pada waktu itu sudah meninggal. Di Belanda Maria Ulfah memilih studi hukum di Leiden. Pilihan itu jatuh, karena menurutnya, kedudukan wanita secara hukum masih sangat lemah sehingga perlu diperbaiki.
Di Belanda, ia menjadi anggota perhimpunan mahasiswa/I Leiden, Vereeniging van Vrouwelijke Studenten Leiden (VVSL). Keinginan untuk ikut serta dalam gerakan emansipasi wanita berubah menjadi perjuangan menuju emansipasi dan kemerdekaan bagi seluruh bangsa Indonesia.
Tokoh-tokoh nasional kerapkali ia jumpai di Belanda. Maria Ulfah sering ikut terlibat percakapan ayahnya dengan Haji Agus Salim yang untuk beberapa lamanya pernah tinggal di Belanda. Perbincangan mereka berkisar sekitar perkoperasian dan soal buruh. Muhammad Hatta juga sering hadir di sana.
Di Belanda Maria Ulfah mengenal Sjahrir lewat iparnya, Djoehana Wiradikarta. Sjahrir begitu banyak memberikan pengaruh secara ideologis kepada Maria Ulfah. Ia pernah meminjamkan buku karangan seorang gadis pengikut Mao Zedong. Maria Ulfah juga membaca buku pembelaan “Indonesie klaagt aan (Indonesia Menggugat). Bersama Sjahrir Maria Ulfah mengikuti rapat-rapat politik.
Sjahrir juga merencanakan akan membuat wisma buruh seperti di Belanda saat nanti ia kembali ke Indonesia. Ide Sjahrir rupanya paralel dengan keinginan Maria Ulfah yang hendak mengangkat derajat wanita. Sesudah empat tahun belajar, tahun 1933 ia pun menjadi wanita Indonesia pertama yang memperoleh gelar Mesteer/Mr. (sarjana hukum).
Di Indonesia Sjahrir mendirikan Partai Sosialis. Saya belum menemukan data apakah Maria Ulfah juga ikut bergabung dengan Sjahrir. Namun yang jelas, oleh Presiden Soekarno Maria Ulfah diangkat sebagai Menteri Sosial pertama RI.
Maria Ulfah sangat memiliki ikatan emosional dengan Kuningan dan Linggarjati tentunya. Kalau foto Maria Ulfah terpampang di Gedung Perundingan Linggarjati, sudah pasti karena ia memiliki peran, meski bukan dalam kapasitas sebagai juru runding. Dalam perundingan Linggarjati sendiri Sjahrir yang ditunjuk menjadi pimpinan delegasi.
Peran Maria Ulfah ada pada pilihan ia untuk menjadikan Linggarjati sebagai tempat perundingan. Maria Ulfah mengusulkan Linggarjati kepada Sjahrir. Mungkin saja ada keinginan Maria Ulfah untuk bernostalgia dengan kota dimana ia dibesarkan. Tapi yang jelas, Maria Ulfah menganggap Linggarjati secara geografis bisa menjadi alternatif tempat karena baik pihak Indonesia dan Belanda sempat menemui jalan buntu.
Soekarno dan Hatta yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta (sebagai ibu kota sementara), menawarkan Yogya sebagai tempat perundingan. Sudah pasti pilihan itu ditolak mentah-mentah oleh Belanda karena mereka justru menginginkan perundingan dilaksanakan di Jakarta yang saat itu mereka kuasai.
Disamping itu, Maria Ulfah bisa memberikan jaminan dari sisi keamanan. Ini bisa dimengerti karena Residen Cirebon, Hamdani maupun Bupati Cirebon Makmun Sumadipradja, kebetulan berasal dari Partai Sosialis. Artinya mereka adalah “anak buah” Sjahrir. Saat perundingan, Sjahrir menginap di Gedung Sjahrir di dekat kolam renang LInggajati, sementara Soekarno-Hatta bermalam di pendopo Kabupaten Kuningan. Pendek cerita, dilaksanakanlah Perundingan Linggajati yang Draftnya ditandatangani pada 15 November 1946 di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Sementara penandatanganan resmi dilakukan pada 25 Maret 1947.

HR RASUNA SAID

Hajjah Rangkayo Rasuna Said (lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910 – meninggal di Jakarta, 2 November 1965 pada umur 55 tahun) adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga merupakan pahlawan nasional Indonesia. Seperti Kartini, ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
H.R. Rasuna Said adalah seorang muda yang mempunyai kemauan yang keras dan berpandangan luas. Awal perjuangan beliau dimulai dengan beraktivitas di Sarekat Rakyat sebagai Sekretaris cabang dan kemudian menjadi anggota Persatuan Muslim Indonesia (PERMI). Beliau sangat mahir dalam berpidato yang isinya mengecam secara tajam ketidak adilan pemerintah Belanda, sehingga beliau sempat ditangkap dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang.
Pada masa pendudukan Jepang, beliau ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang yang kemudian dibubarkan oleh Pemerintah Jepang.
H.R. Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatera mewakili daerah Sumatera Barat setelah Proklamasi Kemerdekaan, diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sejak 1959 sampai akhir hayat beliau.
H.R. Rasuna diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember 1974.
H.R. Rasuna Said meninggalkan seorang putri (Auda Zaschkya Duski) dan 6 cucu (Kurnia Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Moh. Ibrahim, Moh. Yusuf, Rommel Abdillah dan Natasha Quratul'Ain).
Namanya sekarang diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

SARIJAH BINTANG SOEDIBYO























Saridjah Niung (lahir di SukabumiJawa Barat pada 26 Maret 1908[1] - meninggal tahun 1993 pada usia 85 tahun; dengan nama lengkap Saridjah Niung Bintang Soedibjo setelah menikah dan lebih dikenal dengan nama Ibu Soed) adalah seorang pemusikguru musikpencipta lagu anak-anakpenyiar radiodramawan dan seniman batik Indonesia. Lagu-lagu yang diciptakan Ibu Soed sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-kanak Indonesia.[2]Kemahiran Saridjah di bidang musik, terutama bermain biola, sebagian besar dipelajari dari ayah angkatnya, Prof. Dr. Mr. J.F. Kramer, seorang pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta pada masa itu, yang selanjutnya menetap di Sukabumi dan mengangkatnya sebagai anak. J.F. Kramer adalah seorang indo-Belanda beribukan keturunan Jawa ningrat, latar belakang inilah yang membuat Saridjah dididik untuk menjadi patriotis dan mencintai bangsanya.
Saridjah lahir sebagai putri bungsu dari dua belas orang bersaudara. Ayah kandung Saridjah adalah Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi kemudian menjadi pengawal J.F. Kramer.
Selepas mempelajari seni suara, seni musik dan belajar menggesek biola hingga mahir dari ayah angkatnya, Saridjah melanjutkan sekolahnya di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik. Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Dari sinilah titik tolak dasar Saridjah untuk mulai mengarang lagu. Pada tahun 1927, ia menjadi Istri R. Bintang Soedibjo, dan ia pun kemudian dikenal dengan panggilan Ibu Soed, singkatan dari Soedibjo.Ibu Soed dikenal sebagai tokoh musik tiga zaman (BelandaJepangIndonesia). Kariernya di bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya pertama kali disiarkan dari radio NIROM Jakarta periode 1927-1928.
Setelah menamatkan pendidikan di HKS Bandung, Ibu Soed kemudian menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941). Ia prihatin melihat anak-anak Indonesia yang tampak kurang gembira saat itu. Hal ini membuat Ibu Soed berpikir untuk menyenangkan mereka dengan bernyanyi lagu ceria. Didorong rasa patriotisnya, Ibu Soed ingin mengajar mereka untuk menyanyi dalam Bahasa Indonesia. Dari sinilah Ibu Soed mulai menciptakan lagu-lagu yang bersifat ceria dan patriotik untuk anak-anak Indonesia.
Selain mencipta lagu Ibu Soed juga pernah menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Operette Balet Kanak-kanak Sumi di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955 bersama Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya.
Saat aktif sebagai anggota organisasi Indonesia Muda tahun 1926, Ibu Soed juga membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan untuk menggalang dana untuk acara penginapan mahasiswaClub Indonesia. Aktivitasnya tidak hanya menonjol sebagai guru dan aktivis organisasi pemuda, tetapi juga berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak (1927-1962).
Oleh karena reputasinya yang aktif dalam pergerakan Nasional saat itu, pada tahun 1945 Ibu Soed pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan oleh pasukan Belanda. Rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36 Jakarta saat itu sudah dikepung oleh pasukan Belanda, namun tetangga Ibu Soed yang seorang Belanda meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran, karena profesi Ibu Soed hanyalah pencipta lagu dan suaminya hanyalah pedagang. Walaupun selamat dari penggeledahan tersebut, Ibu Soed dan seorang pembantu tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur.
Ibu Soed juga dikenal piawai dalam seni batik. Atas karya dan pengabdiannya, Ia menerima penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia dan MURI.
Ibu Soed menikah dengan R. Bintang Soedibjo, seorang pengusaha pada tahun 1927. Pada tahun 1954R. Bintang Soedibjo tertimpa musibah kecelakaan pesawat BOAC di Singapura. Di usia tuanya, Ibu Soed hidup ditemani cucu dan cicitnya. Ia bertekad untuk tetap mencipta lagu dan membatik tanpa memedulikan usia. Meskipun bukan pengusaha batik, Ia ingin tetap menghargai nilai seni di balik budaya nasional tersebut. Di hari tuanya ia juga masih gemar berolah raga jalan kaki setiap pagi sekitar tiga kilometer. Ibu Soed tutup usia pada tahun 1993, di usia 85 tahun.
Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu Soed turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Lagu-lagu patriotik yang diciptakannya diilhami peristiwa yang terjadi dalam acara bersejarah tersebut. Pada tahun-tahun perjuangan, Ibu Soed juga bersahabat dengan Cornel SimanjuntakIsmail MarzukiKusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis lain.

Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi lagu populer abadi, beberapa antara lain: Hai BecakBurung Kutilang, dan Kupu-kupu. Ketika genting rumah sewaannya di Jalan Kramat, Jakarta, bocor, ia membuat lagu Tik Tik Bunyi Hujan. Lagu wajib nasional yang dia ciptakan adalah Berkibarlah Benderaku dan Tanah Airku. Lagu-lagunya yang lain banyak yang juga telah menjadi populer, a.l.Nenek MoyangLagu GembiraKereta ApikuLagu BermainMenanam JagungPergi BelajarHimne Kemerdekaan, dll.
Lagu-lagu Ibu Soed, menurut Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, selalu mempunyai semangat patriotisme yang tinggi. Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu itu diciptakan Ibu Soed setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947, dimana Jusuf menolak untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda.
  • Anak Kuat
  • Berkibarlah Benderaku
  • Bendera Merah Putih
  • Burung Kutilang
  • Dengar Katak Bernyanyi
  • Desaku
  • Hai Becak
  • Indonesia Tumpah Darahku
  • Himne Kemerdekaan
  • Kampung Halamanku
  • Kupu-kupu yang Lucu
  • Lagu Bermain
  • Lagu Gembira
  • Main Ular-Ularan
  • Menanam Jagung
  • Naik Delman
  • Naik-Naik ke Puncak Gunung
  • Nenek Moyang
  • Pagi-pagi
  • Pergi Belajar
  • Tanah Airku
  • Teka-Teki
  • Tidur Anakku
  • Tik Tik Bunyi Hujan
  • Waktu Sekolah Usai

Senin, 02 Desember 2013

Guru yang mengampu bidang studi namun tidak sesuai sertifikat profesi yang dimiliki tetap akan diberi tunjangan selama yang bersangkutan mengampu beban kerja setidaknya 24 jam tatap muka sepekan, Keterangan Direktur P2TK Pendidikan Dasar Kemendikbud

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Permendikbud Nomor 62 tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam rangka Penataan dan Pemerataan Guru untuk mengatur pemberian tunjangan profesi guru dalam jabatan yang dipindahkan.
"Dalam ketentuan peralihan Permendiknas itu disebutkan guru yang mengampu bidang studi namun tidak sesuai sertifikat profesi yang dimiliki tetap akan diberi tunjangan selama yang bersangkutan mengampu beban kerja setidaknya 24 jam tatap muka sepekan ," kata Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Pendidikan (P2TK) Pendidikan Dasar Kemdikbud Sumarna Surapranata di Jakarta, Selasa (9/7).
Ia mengatakan guru bersertifikat profesi yang belum linier dengan bidang studi yang diampunya, tetap bisa mendapatkan tunjangan profesi, setidaknya selama dua tahun.
Namun lebih dari itu, tambahnya, guru bersangkutan harus pindah bidang tugas baru sesuai latar belakang sertifikasinya untuk bisa tetap memperoleh tunjangan tersebut.
"Dalam ketentuan peralihan Permendiknas 62/2013 itu disebutkan, guru yang mengampu bidang studi namun tidak sesuai sertifikat profesi yang dimiliki tetap akan diberi tunjangan selama yang bersangkutan mengampu beban kerja setidaknya 24 jam tatap muka sepekan," katanya menambahkan.
Permendikbud 62/2013 ditetapkan pada Juni 2013 namun berlaku surut dihitung mulai Januari 2013 sehingga guru tetap memperoleh haknya sesuai ketentuan peraturan tersebut.
"Permendikbud tersebut ditujukan khususnya bagi guru yang dipindahkan oleh dinas kabupaten/kota, akibat implementasi SKB lima menteri. Namun tetap harus disertai surat keputusan dari bupati atau wali kota setempat," kata Sumarna Surapranata.
Sebab tidak tertutup kemungkinan guru dipindah untuk mengajar yang tidak sesuai dengan bidangnya. Misalnya guru matematika SMA dipindah menjadi guru SD sehingga menjadi wali kelas. "Ini tidak linier," katanya.
Artinya tidak sesuai kriteria untuk mendapatkan tunjangan, maka dengan adanya permendikbud tersebut memberi peluang guru tetap mendapatkan tunjangan".
Terkait pendataan guru di Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Direktorat Pendidikan Dasar Kemendikbud yang menggunakan Data Pokok Pendidikan (Dapopdik) saat ini sudah mendekati 100 persen, katanya.
"Pendataan sudah dilaksanakan sejak April 2012 dan secara manual. Sampai April 2013, Dapodik Dikdas Kemendikbud mendekati hampir 100 persen,tepatnya mencapai 96.9 persen," ujarnya.
Dikatakannya Dapodik digunakan agar tunjangan diberikan sesuai dengan prinsip T3A yaitu tepat waktu, tepat Jumlah, tepat sasaran, dan akuntabel.
Menurut Surapranata, para guru yang memiliki sertifikat pendidik berhak menerima tunjangan profesi apabila memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam PP 74/2005 tentang Guru antara lain mengajar sesuai dengan sertifikat pendidiknya dan mengajar 24 jam.
Sesuai dengan Dapodik, sampai dengan 30 April 2013, jumlah guru PNSD (Pegawai Negeri Sipil Daerah ) yang memenuhi kriteria dan berhak mendapatkan tunjangan profesi mencapai 68,8 persen, tambahnya.
Dikatakan, tunjangan profesi bagi guru non-PNS pendidikan dasar sudah dibayarkan pada 9-16 April.
Direktorat P2TK Dikdas juga sudah menyalurkan 100 persen tunjangan khusus triwulan pertama, 100 persen bantuan peningkatan kualifikasi, dan 100 persen tunjangan fungsional triwulan pertama.
"Dapodik dapat diupdate setiap saat sampai dengan tanggal 30 November 2013. Apabila pemilik sertifikat pendidik pada pendidikan dasar memenuhi kriteria, SK setiap saat dapat dikeluarkan dan haknya untuk mendapatkan tunjang profesi akan dipenuhi," katanya menambahkan.

Minggu, 01 Desember 2013

PUISI MENOLAK KORUPSI Jilid 3, Pelajar Indonesia

Penerbitan Buku
Kumpulan PUISI MENOLAK KORUPSI Jilid 3, Pelajar Indonesia

Salam,

Mencermati berbagai informasi serta menyerap banyak respon menyoal Gerakan PUISI MENOLAK KORUPSI (PMK) utamanya dari kalangan pelajar, kami berencana menerbitkan Buku Kumpulan PMK Jilid 3 yang memuat karya para pelajar dari seluruh pelosok Indonesia.

Penerbitan tersebut mendesak dilakukan sebab makin maraknya tindak korupsi (hingga kasus-kasus terkini), di samping karena korupsi tidak bisa dihentikan dalam waktu singkat serta cenderung membutuhkan perjuangan yang lama dan panjang. Dari sudut pandang inilah pelajar sebagai generasi masa depan memiliki peran penting dan mendasar dalam membangun perikehidupan berbangsa & bernegara yang lebih bermartabat di jaman mendatang.

Proses penerbitan PMK Jilid 3 tersebut akan mengutamakan azas kemandirian berdasar manajemen yang transparan, guna mengawal fungsi & kedudukan puisi (karya sastra) sebagai pembangun watak dan moral manusia ke arah kehidupan yang lebih beradab dan berkebudayaan.

Penerbitan tersebut bersifat nirlaba, tanpa biaya dan terbuka bagi siapa pun yang berstatus Pelajar Indonesia dari tingkat SD, SMP, SMA, dan yang sederajat. Oleh karena itu kami memohon dukungan konkret kawan-kawan pelajar untuk mengirimkan puisi dengan syarat:

1. Puisi adalah karya asli, bukan jiplakan atau saduran (dikuatkan dengan surat pernyataan).
2. Puisi bertema korupsi, ditulis dalam gaya bebas (sesuai ekspresi masing-masing penulisnya).
3. Setiap pelajar diperbolehkan mengirimkan lebih dari 1 judul puisi.
4. Puisi disertai data diri, alamat (rumah & sekolah), copy kartu pelajar serta foto close up dikirim ke:
email: sosiawan.leak@yahoo.com
atau inbox FB: Leak Sosiawan
atau alamat: Sosiawan Leak, Jl. Pelangi Utara III, No 1, Perumnas Mojosongo, Solo 57127.
5. Puisi berikut perlengkapannya dapat dikirim sejak 1 Desember 2013 hingga 1 Pebruari 2014.
6. Puisi yang masuk akan diseleksi secara obyektif, serta diterbitkan pada 31 Maret 2014.
7. Pelajar yang puisinya lolos seleksi akan mendapatkan Buku Kumpulan PMK Jilid 3 masing-masing 2 eksemplar secara cuma-cuma.
8. Setelah perencanaan matang, Buku Kumpulan PMK Jilid 3 tersebut akan di launching secara mandiri & nirlaba di sejumlah kota di Indonesia dengan melibatkan penulisnya.
9. Ketentuan lain yang belum tercantum dalam edaran ini dapat dikomunikasikan langsung kepada kami.

Terima kasih, kami tunggu respon kawan-kawan pelajar. Semoga tuhan selalu melindungi kita.

Salam hangat, doa kuat!

Sosiawan Leak
(Koordinator Gerakan Puisi Menolak Korupsi)