49.Sih Utami
RAMADAHAN PARA PANDAWA
Waktu menutun kami berlima
Ibu sedang terluka parah, menangis sangat dalam
Bersandar pada tembok lapuk rumah yang dingin dan pengap
Para Pandawa ini belum punya senjata sakti apapun, Ibu …
Kami masih sekumpulan anak-anak yang bersandar di bahunya yang ringkih
Kemarin kami mendengar teriakan, keluh kesahnya
Melihatnya dalam uraian air mata
Terluka karena cinta yang diingkari
Dia sedang memeluk periuk kosong tempat beras
Percayalah, itu akan terisi sebentar lagi, entah oleh siapa
Lupakan saja lukamu sejenak, sandarkan lelahmu
Perut kami kosong, tak apa. Hibur kami
Tuhan membuat kami berjumpa lagi dengan Ramadhan
Kami riang menanti malam seribu bulan, banyak pinta terucap pada-Nya
Ini bulan penuh Rahmat
Meski takdir tidak inginkan kami menikmati Ramadahan seperti tahun lalu
Semua memang tidak lagi sama, seperti tidak ada ruang bagi kami untuk bernafas
Tetapi kami bertanya di mana Tuhan dan sedang apa?
Dia sedang membebat luka kami,
Dia itu Hening yang Bening dalam tangis kami
Dia itu Ramadahan yang menghampiri kami dengan sejuta Rahmat
Sidoarjo, 19 Mei 2020
RAMADHAN DALAM SETANGKUP RINDU
Inilah yang kusukai dari semesta
bulan bersinar di atasku, cahaya bintang menghujani kepala
anak-anak berlarian di jalanan kampung
aku mandi hujan Rahmat, memetik begitu saja nikmatnya dari udara
Aku tertawa sepanjang hari
malamnya aku dikepung penyesalan di atas sajadah
sementara mulut komat kamit mengucap doa entah apa
Lihat Tuhan, betapa banyak ingin dalam hatiku
Berikanlah kelegaan nafas, pada kami yang sedang sesak
Pada jiwa yang hampir terenggut pademi ,
atau pada yang sudah pergi karenanya
Puaskan dahaga kami akan kebebasan, mudik dan jajanan kampung halaman
Lihat, Tuhan, Aku bukan pecinta sejati-Mu, meski aku ingin
Aku hanya peminta, lantas kapan aku bisa berlaku ihsan?
Siapakah aku ini? Hingga Kasih-Mu sedemikian besar atasku?
Dalam sujud kubawa setangkup rindu pada Ramadhan yang segera berlalu
Sih Utami, Ibu pekerja di pabrik swasta, pekerja sosial. Seseorang yang mencintai sastra dan semua tentangnya., Pengagum para penyairnya.
Dia penulis dalam bahasa sederhana. Berusaha membagi kisah dengan tulus, sekiranya mampu memberi hiburan, menjadi teman dan inspirasi.
RAMADAHAN PARA PANDAWA
Waktu menutun kami berlima
Ibu sedang terluka parah, menangis sangat dalam
Bersandar pada tembok lapuk rumah yang dingin dan pengap
Para Pandawa ini belum punya senjata sakti apapun, Ibu …
Kami masih sekumpulan anak-anak yang bersandar di bahunya yang ringkih
Kemarin kami mendengar teriakan, keluh kesahnya
Melihatnya dalam uraian air mata
Terluka karena cinta yang diingkari
Dia sedang memeluk periuk kosong tempat beras
Percayalah, itu akan terisi sebentar lagi, entah oleh siapa
Lupakan saja lukamu sejenak, sandarkan lelahmu
Perut kami kosong, tak apa. Hibur kami
Tuhan membuat kami berjumpa lagi dengan Ramadhan
Kami riang menanti malam seribu bulan, banyak pinta terucap pada-Nya
Ini bulan penuh Rahmat
Meski takdir tidak inginkan kami menikmati Ramadahan seperti tahun lalu
Semua memang tidak lagi sama, seperti tidak ada ruang bagi kami untuk bernafas
Tetapi kami bertanya di mana Tuhan dan sedang apa?
Dia sedang membebat luka kami,
Dia itu Hening yang Bening dalam tangis kami
Dia itu Ramadahan yang menghampiri kami dengan sejuta Rahmat
Sidoarjo, 19 Mei 2020
RAMADHAN DALAM SETANGKUP RINDU
Inilah yang kusukai dari semesta
bulan bersinar di atasku, cahaya bintang menghujani kepala
anak-anak berlarian di jalanan kampung
aku mandi hujan Rahmat, memetik begitu saja nikmatnya dari udara
Aku tertawa sepanjang hari
malamnya aku dikepung penyesalan di atas sajadah
sementara mulut komat kamit mengucap doa entah apa
Lihat Tuhan, betapa banyak ingin dalam hatiku
Berikanlah kelegaan nafas, pada kami yang sedang sesak
Pada jiwa yang hampir terenggut pademi ,
atau pada yang sudah pergi karenanya
Puaskan dahaga kami akan kebebasan, mudik dan jajanan kampung halaman
Lihat, Tuhan, Aku bukan pecinta sejati-Mu, meski aku ingin
Aku hanya peminta, lantas kapan aku bisa berlaku ihsan?
Siapakah aku ini? Hingga Kasih-Mu sedemikian besar atasku?
Dalam sujud kubawa setangkup rindu pada Ramadhan yang segera berlalu
Sih Utami, Ibu pekerja di pabrik swasta, pekerja sosial. Seseorang yang mencintai sastra dan semua tentangnya., Pengagum para penyairnya.
Dia penulis dalam bahasa sederhana. Berusaha membagi kisah dengan tulus, sekiranya mampu memberi hiburan, menjadi teman dan inspirasi.