Jumat, 01 Mei 2020

Winar Ramelan RAMADHAN YANG HENING

Winar Ramelan

RAMADHAN  YANG HENING



Seperti daun daun yang jatuh dari pohon

Mereka mendapati takdirnya tanpa suara

Ketika angin menabuhnya

Lalu tanggal dari pohon naungnya

Untuk luruh pada bentang pertiwi



Begitupun hari ini

Dalam ramadhan yang hening

Karena tak ada seremonial buka bersama

Atau tarawih dalam luasnya masjid

Tak ada bedug yang bertalu talu

Juga tadarus dengan pengeras suara



Di dalam rumah, ayat suci didaraskan

Doa doa dilantunkan sederas hujan

Kasih pun berpaut dengan erat

Seerat benang dalam tenunan



Hari hari berlalu begitu saja

Seperti daun yang gugur tanpa suara

Tetapi pagi menjadi hari baru

Laksana tunas daun lalu tumbuh bunga

Begitu pun ramadhan ini

Datang dan pergi menuju kuncup bunga yang wangi

Dan mekar tepat di hari Idhul Fitri nanti



DIRI DAN DIA



Mari kita dirikan tempat suci di dalam rumah

Menatahkan Dia bukan pada megahnya bangunan

Namun pada kelapangan dan kesucian niat dalam diri



Jangan lusuhkan jiwa untuk terlihat megah

Ketika menghadapNya, dengan tatapan tatapan serupa

Tatapan manusia yang ingin dilihat



Rundukkan diri atas keberadaanNya

Meski tak terlihat, Dia ada di dalam diri kita

Yang tak ingin ditinggikan

Karena sudah maha tinggi

Namun seringkali diri merasa sangat tinggi 

Melebihi kepala sendiri
Biodata



Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar.

Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki.

Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit, Saron, A Skyful of Rainy Day, Sebutir Garam Di Secangkir Air, Berbagi Kebahagiaan Dalam Tadarus Puisi, Perempuan Bahari