Senin, 18 Mei 2020

7. Silivester Kiik Rumah Tua Adalah Jalan Hening

7. Silivester Kiik

Rumah Tua Adalah Jalan Hening

Pada celah-celah dinding bambu rumah tua,
dosa-dosa kian menerawang pikiran,
bahkan perkataan yang menjadi tempat salah,
dengan seperangkat perih dan tangis,
yang belum tuntas terbaca oleh suara-suara kemenangan.
Jiwa bagai karang-karang tajam,
bahkan semak yang menyendiri dalam kematian,
tanpa pertolongan untuk menunggu jalan hening,
yang perlahan memacu roh dari batas bumi dan cakrawala,
untuk bersujud pada Tuhan,
bahwa hembusan kedamaian baru saja berkumandang di ufuk timur.
Dari sudut kamar yang penuh rahmat,
tangan menengadah padaMu,
dengan bait-bait yang walau tak pantas,
namun itulah sejumlah ucapan kejujuran,
yang selalu terpatri di hadapanMu.
Atambua, 09 Mei 2020











Silivester Kiik

Air Mata di Bulan Berkat

Tanpa secangkir mahal yang tersimpan di meja tamu,
sarung mewah yang terlilit pada pinggang,
sejumlah tetesan air mata adalah hadiah,
untuk mengakhiri bulan berkat ini dengan keikhlasan.
Padamu hal duniawi yang sering berkeliaran di tubuh ini,
menyingkirlah bersama debu-debu kotor,
pergi pada ngarai di batas perkampungan,
untuk lenyap bersama catatan senja.
Dan aku akan tetap menatap jejak esok,
dengan puji-pujian ke hadiratMu,
sebagai album dari kisah hari ini,
bahwa tanpa sekeping emas,
aku adalah insan bermartabat di mataMu.

Atambua, 09 Mei 2020















Silivester Kiik, lahir di sebuah Desa terpencil yang jauh dari pusat hiruk-pikuk suara keramain yakni Bani-Bani (Tunmat) Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka pada tanggal 14 September 1987. Saat ini tinggal di Kota Perbatasan RI-RDTL (Atambua-Belu-NTT). Beberapa buku antologi yang telah hadir di tangan para pembaca yakni: Antologi Puisi: “Sepotong Hati yang Terluka, Tetes Embun Masa Lalu, Seutas Memori dalam Aksara, Warna-Warni Aksara (Jilid II), Laki-Laki Perkasa yang Tak Pernah Menangis, Diam yang Bersuara, Prelude, Romantisme Perahu Kertas, Montase Kenangan, Berapi, Pucuk-Pucuk Harapan, Bercengkerama di Musim Rindu, Topeng Jiwa, Sepasang Tangan yang Terpasung, Sajak-Sajak Penaku dan yang Bersemayam dalam Diri, Segelintir Kesucian, Selamat Datang Mas Nadiem: Gagasan Literasi Maju untuk Menteri Baru), Amor, Menyalibkan Cemburu, DEBU (dan Sebuah Pesan yang Belum Sempat Terbaca Oleh Rembulan), HIDUP ITU PUISI dan Sajak-Sajak yang Terlempar di Tengah Kampung, dan beberapa buku antologi lainnya yang sedang dalam proses penerbitan”. Karya-karya lain juga hadir melalui media cetak maupun online. Selain itu, penulis bersama teman-teman penggiat Relawan Literasi Belu mendirikan sebuah komunitas yang dinamakan dengan “Komunitas Pensil”. Komunitas ini terbentuk dengan tujuan memberikan nuansa baru dalam menumbuh dan mengembangkan kreativitas dan minat baca anak-anak di wilayah perbatasan Kabupaten Belu-NTT dengan menyediakan bahan-bahan bacaan. Penulis dapat dihubungi melalui via email: kiiksilivester@gmail.com; geographicaoflove@gmail.com; instagram: @silivester_kiik; facebook: @Silivester Kiik, @Pecinta Sastra dan Budaya Lokal; twitter: @kiik_silivester; dan WA: +6285239940460.