Kubuka mata yang masih sayuh
Menjelajah masa lalu dengan sepeda waktu yang kukayuh
Kuingat masa-masa kala itu, riuh gemuruh namun tetap teduh
Bernostalgia dengan sebatang rokok yang tinggal separuh
Tepat disamping air kali rumahku yang sudah keruh
Kutinggalkan kopi ku yang seperempat penuh
Pergi ke kamar mandi, membasuh wudhu pada anggota tubuh
Puisi berhenti sejenak, saatnya waktu Subuh
Terbangun di siang hari setelah bangun setelah sahur
Kulihat ibu ingin membeli sayur mayur
Seketika aku mengucap syukur
Tentu aku hanya ingin duduk, hampir tersungkur
Ingin membaca buku, berkontemplasi dengan para leluhur
Buku-buku ini menyelamatkanku dari kutukan tuan takur
Yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur
Namun sebelum itu menjadi hancur, ini sudah masuk waktu Dzuhur
Sore hari, rasa dahaga mulai menjalar
Namun tak sebanding dengan rasa lapar akan pengetahuan nalar
Semua keresahan ku tahan didalam kamar
Rasa resah yang masih samar-samar
Sejujurnya, aku sangat ingin keluar
Namun terhalang, mereka berkata jangan sampai rakyat terpapar
Lagi lagi aku kembali ke kamar, diam terkapar
Hingga terdengar suara Adzan Ashar
Hampir masuk waktu berbuka
Aku masih tak mengerti apa dan kenapa
Terkurung seperti ini mulai membuat jiwa ku menjadi gila
Namun tak apa, ini demi kebaikan bersama
DUG DUG DUG, Adzan Maghrib telah mengudara
Kuambil teh manis untuk melawan rasa dahaga
Dengan beberapa buah es batu tentu saja
Saatnya sholat Maghrib, semoga tuhan mengampuni segala dosa
Malam telah tiba, aku sangat rindu dengan mushola
Aku teringat ketika kecil untuk meminta tanda tangan imam untuk buku sekolah
Sayang sekali, kali ini kurang memungkinkan untuk pergi kesana
Aku tetap dirumah, beribadah, serta memohon ampun kepada-Nya
Setelahnya kupanjatkan doa, semoga dunia kembali ke semestinya
Aku merindukan suasana diluar sana, bercengkrama, mengikuti irama
Sudah cukup, saatnya kembali pada fokus utama
Puisi ini berakhir setelah waktu Isya