Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 November 2016

Penghargaan Sastrawan Utama



Penghargaan Sastrawan Utama
Adalah penghargaan kepada sastrawan yang mengabdikan dirinya pada dunia sastra Indonesia baik dalam bahasa Nasional maupun bahasa Daerah serta pengabdian sastra dalam menjaga kelestarian kearifan lokal yang diberikan oleh Himpunan Masyarakat Gembar Membaca. Penghargan ini diberikan setiap tahun sekali yang diserahkan oleh sastrawan generasi muda sebagai penghormatan dan pernyataan bahwa sastra Indonesia tetap lestari. Menyatakan bahwa kaum muda selalu menghargai suri tauladan sastrawan pendahulunya.

Rabu, 25 Mei 2016

Dokar Kuningan Makin Terdesak dan Nyaris Punah

 Dokar (Delman} di Kabupaten Kuningan Jawa Barat dikhawatirkan punah dan keberadaannya kini makin terdesak. Demikian lambang Kabupaten di Timur Jawa Barat ini bakal mengalami kehilangan apa yang dijadikan masyarakat dan publik sebagai kota yang terkenal dengan sebutan "Kecil-kecil Kuda Kuningan" ini. Kemajuan pembangunan kabupaten Kuningan yang sangat pesat serta peningkatan daya beli masyarakat kabupaten Kuningan menjadikan alat transportasi berkembang menggunakan sepeda motor dan mobil mulai memasyarakat dan terbanyak digunakan. Sedang transportasi umum yang menggunakan tenaga kuda semakin dijauhi.
Keadaan ini sangat terasa bagi para kusir dokar di Kuningan yang mengeluh dan sangat sedikit sekali pengguna jasa alat transportasi tradisional ini.

 Meski Pemda Kuningan masih memberikan keleluasaan bagi operasi jasa angkutan umum seperti delman ini, tetapi pada perkembangannya semakin terdesak oleh kendaraan bermotor lain bahkan kadang sulit leluasa untuk menjalankan dokar di jalan yang banyak dilalui mobil;
Dokar kuningan adalah perlambang kabupaten kuningan dengan kuda yang khas dan berciri kecil dan menarik perhatian ini. Adanya dokar adalah sumber pendapatan bagi beberapa profesi masyarakat seperti peternak kuda, penyabit rumput, pemilik ladang, serta jual beli kuda yang dulu sangat ramai di masyarakat ini disamping profesi pemilik (majikan) dokar serta profesi kusir dokar. Keadaan semakin terdesaknya dokar di kuningan akan berdampak pada penyangga dan pendukung profesi ini. Bahkan pada masa lalu ada profesi lain seperti pembuat/pengrajin  sepatu kuda dan pengrajin dokar yang produk dari kabupaten ini dikenal sampai di Solo dan Yogyakarta.

Akankah kelak dokar kuningan akan kuat bertahan sebagai alat transportasi masyarakat di kabupaten Kuningan atau akan punah tergantung dari kepedulian masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan. Menurut Bapak Suandi (Otong) , tokoh masyarakat dari Awilarangan, mengharapkan agar dokar kuningan yang menjadi lambang kabupaten kuningan ini tetap lestari dan tetap menjadi lambang kabupaten kuningan dengan salah satu usulannya agar dokar diberikan trayek khusus seperti di objek wisata agar dokar kuningan bisa hidup. (Kuningan 25-05-2016 Rg Bagus warsono)

Jumat, 27 November 2015

Tegal patut dibanggakan sebagai gudang sastrawan Indonesia

Hasil gambar untuk teko kuningan talang tegal
‘Tegal pancen laka-laka ‘ itulah barangkali sebutan untuk daerah satu ini. Tegal memang menyimpan banyak potensi seni budaya. Kehadirannya tidak saja meramaikan dunia seni budaya tetapi juga telah mewarnai  seni budaya  Indonesia. Masyarakat  tegal demikian diakui sebagai masyarakat yang kreatif dan penuh karya cipta. Tidak saja dunia industry teknik sederhana tetapi juga di dunia seni budaya. Khusus seni sastra, Tegal patut  dibanggakan sebagai gudang sastrawan Indonesia dewasa Ini. Sastrawan-sastrawan Tegal kehadirannya telah mampu menunjukan eksistensinya sebagai sastrawan yang mampu ‘bertarung’ di dunia sastra Indonesia, dimana dewasa ini telah tumbuh ratusan bahkan ribuan sastrawan-sastrawan Indonesia atau disebut sastrawan nusantara.
Tegal sepertinya tak mau kalah dengan daerah lain, sastrawan Tegal telah mampu menasional. Kesan ini bukan berarti seperti kebanyakan sastrawan menulis buku, mereka telah berjuang dalam kariernya sebagai sastrawan dengan liku kehidupan  dan caranya tersendiri  yang berbeda-beda. 

Senin, 08 Juni 2015

Film 'Kartini'

Film 'Kartini' yang digarap Dapur Film dan Legacy Pictures mendapat dukungan penuh dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,Anies Baswedan.
"Pikiran dan gagasan dari kartini melampaui berbagai era sampai sekarang. Jangan malah terlalu banyak muatan cerita kekinian, " 
Film 'Kartini' disutradarai Hanung Bramantyo , yang saat ini tengah mempersiapkan film terbaru yang mengangkat sosok pahlawan wanita Indonesia, yakni Raden Ajeng Kartini.
Menurut Anies Baswedan kenapa film Kartini dianggap penting karena bisa jadi pelajaran menarik bagi generasi penerus bangsa.

Kamis, 21 Maret 2013

SEGA LENGKO KINI TAK BERDAUN PISANG


INDRAMAYU, 21 Maret 2013
Kuliner khas Indramayu, Jawa Barat, Sega Lengko,  kini tak lagi ditemukan orisinal tradisionalnya oleh perubahan perkembangan dan dinamika kehidupan. Makanan yang dulu identik dengan kuliner sarapan pagi indramayu, sega lengko telah berkembang ke arah yang tak populair.
   Diawali dari menu-nya, doeloe sega lengko mengggunakan tahu kulit (tahu yang berbentuk prisma segi tiga
dan berkulit tebal) khas Indramayu. Tahu tak digoreng namun diiris tipis sebagai bumbu bersama sambel goreng dan kecap. Namun kini berkembang dengan diganti tempe maupun tahu potong putih/kuning yang digoreng lebih dulu.
   Sega lengko yang dibeli dari pedagang nasi sarapan di kampung-kampung di Indramayu bukan main nikmatnya sampai-sampai sanak keluarga yang datang ke Indramayu, nasi lengkolah yang menjadi permintaan utama mereka untuk sarapan pagi. Namun bukan main kagetnya kini sega lengko banyak berubah tak seperti dulu. Dari mulai bumbu lengko, sampai pembungkusnya beda. Nasi lengko kini sudah pakai tahu putih yang digoreng, ada mie-gorengnya/bihun atau suatu tempat dijumpai sega lengko dijumpai pakai tempe dan telor pendang, di sutu tempat lagi sega lengko pakai tempe goreng yang dipotong kecil-kecil. Bumbu yang dicampur dengan tauge dan ketimun yang diiris tipis memang masih melekat, namun kecapnya kini sembarang yakni buatan pabrik modern.
   Makan nasi lengko tentu sangat beda aroma jika sega lengko itu dibungkus daun pisang, ada kesan tradisional dan selera makan, kini sega lengko dibungkus pakai kertas-minyak dan kunci pembungkusnya dengan hacter kawat. Jika makan di warung segalengko, maka akan dilayani langsung dipiring tanpa dialasi daun pisang.
   Menurut hj Umamah (80th), veteran perang kemerdekaan pensiunan  legiun veteran Indramayu yang dulu  sebagai penjual nasi lengko ternama di Sindang Indramayu, nasi lengko sulit untuk dijaga keasliannya, diikarenakan bahan baku, dan juga keinginan penjual dan pembeli yang serba ingin praktis. Ketiadaan daun pisang (daun pisang klutuk  pisang biji) adalah kegagalan pemerintah dalam membangun perekonomian keluarga. Dulu setiap pekarangan rumah hampir dijumpai tanaman pisang, namun kini masyarakat enggan menaman pisang di pekarangan rumah. Apalagi  semua desa dipinggiran kota  kini berkembang menjadi kota menjadi semakin sempit pekarangan rumah. Hj Umamah dulu membeli daun pisang dari tetangga yang memiliki tanaman  pisang untuk pembungkus segalengko.
   Nasi lengko khas Indramayu yang dulu dijumpai di pasar Mambo diwaktu sore menjelang malam kini tak kelihatan lagi. Yang tubuh berkembang adalah warung sega jamblang yang merupakan kuliner khas Cirebon. Akankah sega lengko tetap lestari atau berkembang tergantung dari kemauan warga penerus warisan pendahulu itu. Sega lengko kini saja tetap disebut sega lengko walau tak berdaun pisang. (agus Warsono/masagus)


   

Minggu, 17 Maret 2013

MOCI ITU SEPERTI KEBIASAAN ORANG EROPA



BOLEH jadi medhang teh poci (sebut moci) sambil ngobrol ngalor ngidul (kini terkenal dengan obrolan ndopok) merupakan kebiasaan orang Belanda tempo doeloe yang ketika itu manjajah Indonesia yang berada di Tegal. Kebiasaan ini biasa dilakukan oleh orang-orang Belanda yang kebanyakan mengurus BUMN-nya Belanda di Indonesia seperti parik tepung tapioka, pabrik teh, pabrik gula, dan pabrik rokok/tembakau. Mereka biasa kalau libur , pagi atau sore hari di hari libur berkumpul ditaman atau serambi rumah sambil menikmati hangatnya teh poci dan gula batu. Kesempatan ini biasa digunakan untuk membicarakan hal-hal lain diluar pekerjaannya. Seperti di negeri-nya di Eropa sana.
    Masyarakat Tegal yang ketika itu menyaksikan membuat kegiatan para majikannya itu ditiru dengan penyesuaian sana-sini. Jika orang-orang Belanda menikmati teh poci dan hangatnya pagi atau sore hari sambil bercengkerama, maka orang pribumi membuat acaranya selepas dari kerja atau hari libur. Kemudian mereka tidak berada di taman atau serambi rumah pejabat Belanda, tetapi di warung-warung moci sambil ngobrol ini itu.
    Ternyata ini menjadi budaya orang Tegal hingga kini. Moci itu seperti kebiasaan orang Eropa. Adapun isi obrolan tentu tidak tau apa itu ndopok/goroh atau obrolan serius, yang penting tempat untuk santai sambil menikmati teh poci dan gula batu.
    

Kamis, 14 Maret 2013

TIDAK SEMUA WARTEG PEDAGANGNYA ORANG TEGAL


Tidak semua warteg (warung tegal) pedagangnya orang Tegal, tetapi bisa juga orang Pekalongan, Brebes, Pemalang, atau orang Banyumas. Kadung sing awit-awit dodol iku wong Tegal , Sudah terlanjur yang mempopulairkan warung nasi di kota-kota itu adalah orang Tegal dan disebut Warung Tegal dan populair dengan singkatan warteg maka masyarakat menyebut setiap warung nasi yang menjual nasi dan lauk khas seperti tempe, sayur asem, sayur lodeh, pepes ikan, jamur, peda, bakwan , oreg tempe, dan lalapan itu disebut warung tegal atau warteg. Padahal bukan tidak mungkin pedagang warung nasi itu adalah penduduk sekitar kota itu dan bukan orang tegal asli yang menetap atau datang berdagang di kota itu.
   Inilah yang menjadi suatu pertanyaan mengapa demikian? Tidak seperti rumah makan padang yang dibuka di hampir setiap kota ada, pasti yang mengelola orang padang atau setidaknya orang Minang Sumatra Barat. Kalaupun ada rumah makan padang milik orang jawa, maka juru masaknya pasti orang Padang. Hal ini dikarenakan masakan padang memiliki masakan khas yang hanya dimengerti/ dipelajari oleh orang padang saja.
   Permasalahan ini dikarenakan masakan khash Tegal asli bukan tidak bisa dibuat di luar daerah tegal tetapi khas asli Tegal itu mudah dibaca resepnya atau dimasak aleh orang kebanyakan. Tidak ada menu yang sulit dan memerlukan koki yang khusus. Saya kira membuat tahu aci banyak ibu-ibu pandai membuatnya, begitu kata seorang pedagang  warteg  di daerah Bekasi. Hanya tahu -nya mungkin yang berbeda rasa karena produksi setempat.
   Kemudian sayur asem dan sayur lodeh yang menjadi khas warteg lainnya juga mudah buat oleh ibu-ibu tumah tangga. Jadi yang berbeda apanya?
   Menurut Susanto tokoh budaya nasionalis asal Brebes Jawa Tengah mengatakan bahwa yang membedakan warteg asli Tegal dan warteg dari pedagangnya yang bukan orang tegal adalah karakteristik pelayannya/penjualnya. Yakni bahasa, dialek tegal dan perilaku itu saja , katanya. Menurutnya wong tegal tetap memiliki suara dasar asli Tegal meskipun bicara menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian karakter pelayannya juga terlihat jika orang tegal yakni sopan dan menghargai pembeli, kata-kata monggo, mas, mbak, bapake, mba'e, bune (ibune) sering terdengar di mulut pelayan itu sebagai ucapan mengiring sopan santun.
   Sedangkan karakter lain yaitu perilakunya yang membuat siapa pun berdecak kagum seperti tidak tegaan jika menghadapi pembeli atau oarang yang datang meminta makan dengan uang kurang atau bahkan gratis sekalipun tetap dilayani dengan sopan. Tidak memandang siapa pembelinya, miskin atau orang kaya, pejabat atau buruh, pekerja atau pengangguran tetap dilayani dengan sopan. Pendek kata kekhas tegal ini tak akan terlihat di warteg yang bukan asli wong tegal.
   Khas Tegal lainnya adalah sistem swalayan (melayani sendiri) untuk mengambil lauk teman nasi, pebeli hanya dituntuk mengukur apa yang diambilnya saja. Jika uangnya pas boleh bertanya pada pelayannya, ini berapa Mbak? kalau mengambil telur dadar atau telur asin. Jadi jangan sampai walaupun swalayan nanti bayarnya pake ninggalkan jam tangan atau Kartu Tanda Penduduk (KTP). Dan ini oleh pedagang warteg asli tegal tak dikehendaki. "Jangan pakai ini lagi , kapan-kapan kalau mampir lagi saja bayarnya." Demikian kata Om Santo sambil tertawa.
   (masagus, 14 Maret 2013) 
   

 

Rabu, 13 Maret 2013

WONG TEGAL NGOPENI MANGAN RAKYAT KECIL NUSANTARA AWIT MBIYEN


WONG TEGAL NGOPENI RAKYAT KECIL NUSANTARA AWIT MBIYEN

WONG TEGAL NGOPENI RAKYAT KECIL NUSANTARA AWIT MBIYEN, memang benar gelombang "merantau" besar-besaran itu  sejak mulai Orde Baru. Ini dimulai ketika kala itu di daerah tegal terjadi krisis ekonomi terutama masa transisi dari masa pemerintahan Orde Lama ke Pemerintahan Orde Baru. Kala itu kehidupan di dearah Jawa Tengah terasa sekali menyusahkan rakyat, dimana politik mempengaruhi ekonomi. Termasuk daerah kabupaten tegal dan sekitarnya.
    Kala itu perekonomian jatuh dibanding masa- awal kemerdekaan. Pemerintah tahun 1965-1971-an tak lagi sempat memikirkan kemajuan pertanian , yang kelihatan menonjol justru masalah-masalah politik saja.
Pabrik -pabrik gula, rokok, teh, dan penggilingan beras banyak yang tak aktif dan ditinggalkan pemiliknya yang kebanyakan orang Cina. Mereka lebih memilih menyelamatkan diri ketimbang terbawa arus dan hiruk pikuk politik kala itu.
    Hal diatas sebetulnya adalah ketidak terimaan rakyat atas rasa perjuangan mereka sejak sebelum kemerdekaan dengan dampak dari perubahan  yang dialaminya dimasa transisi itu. Di Jawa Tengah bukan saja rakyat berjuang melawan penjajah tetapi juga banyak pendududk berjuang membela tentara Republik Indonesia baik memberi perlindungan dan juga mencukupi kebutuhan makannya. Namun di tahun-tahun peralihan itu yang didapat hanya tidakan kesewenangan oleh tentara yang justru pada zaman perang kemerdekaan banyak dibantunya. Dengan dalih penumpasan terhadap siapa yang terlibat partai terlarang.
    Dalam sebuah syair lagu keroncong ciptaan Gesang, "Dongengan" terdapat syair sebagai berikut :
"Sinten sing purun kulo dongengi, dongenge sedulur dheso, sugih sawah lan sugih pari, ....
  si kakang lan mbakyu sing nampi ...........suka lan relo .....
  mbesuk yen aman walesmu opo..."
Mereka memberi makan minum dan sebagainya ketika agresi militer II 1949 dengan suka rela tetapi hanya dibalas kekerasan dan penindasan semena-mena.
      Begitu juga di daerah kabupaten/kota Tegal tak jauh beda keadaan dengan di Jawa Tengah pada umumnya. Bagi orang yang berada kala itu mungkin masih bisa bertahan dan tetap berada di desa , namun bagi masyarakat miskin ini menjadi kesusahan yang berdampak pada sanak keluarga. Dengan bekal keberanian dan tekad yang luar biasa mereka mencari penghidupan di daerah lain. Mula mereka mengunjungi sanak keluarga yang terdapat di daerah lain untuk mendapatkan pekerjaan apa saja atau merantau ke kota-kota besar untuk menjadi kuli atau buruh apa saja.
   Disinilah kepiawaian wong tegal, mereka yang memebawa anak istri disamping bekerja apa saja mereka berusaha agar modal yang dibawanya itu dapat bertahan di daerah lain meski harus bisa makan tiap hari. Warisan nenek moyangnya sebagai "juru masak" karena memang orang tegal kebanyakan pandai memasak dipraktekannya dalam masa itu dengan banyak menjual nasi yang kemudian terkenal dengan sebutan "warung tegal" ini karena penjualnya kebanyakan orang tegal.
   Demikian menu makanan di warung tegal demikian sederhananya seperi memberi makan keluarganya sendiri. Sampai kini sayur lodeh, tempa dan tahu akrab di warung tegal sejak doeloe.
   Yang menjadi luar biasa lagi adalah keberanian merantau ke kota-kota lain di seluruh nusantara itu. Mungkin ini dikarenakan rasa solidaritas atar sesama orang tegal, jika di sebuah kota banyak warung tegal maka apabila membuka warung lagi bergeser di kota lain yang berdekatan dengan warung tegal yang sudah berdiri.
    Warung tegal yang mulai berdiri dan tumbuh di setiap kota-kota di nusantara itu mendapat sambutan luar biasa dari warga daerah itu. Nasi warteg menjadi tempat sasaran pekerja-pekerja pembangunan diawal pembangunan orde baru dimulai di kota. Pendek kata setiap ada proyek pembangunan maka pedagang warung tegal mengikutinya. Samapai-sampai mereka mengundang saudara-saudaranya yang di daerah untuk ikut berdagang warung tegal.
    Bukan di Jawa saja mereka bisnis makanan ini, tetapi juga sampai luar jawa se nusantara. Para pekerja pembangunan merasa tak enak jika proyek itu tidak diiringi oleh tukang masaknya dari tegal. Mereka merasa  makan di warung tegal murah harganya sehingga ada lebih upah buruh untuk ditabung/dibawa pulang setelah dipotong makan di tem[pat kerja. Warung tegal ngopeni rakyat kecil nusantara swit mbiyen. *** (masagus, 13 Maret 2013)

Minggu, 10 Maret 2013

KONTROFERSI KULINER SEGA PONGGOL


Wikipedia:Konsensus

KONTROFERSI KULINER SEGA PONGGOL Salah satu makanan khas daerah menjadi kebanggaan
 warga daerah itu. Namun bukan tidak mungkin makanan serupa dibuat di daerah lain. Apalagi daerah
 lain itu merupakan kabupaten/kota tetangga. Inilah yang menjadi kontrofersi asal kuliner dari daerah
mana. Salah satu makanan khas yang sering diperdebatkan adalah SEGA PONGGOL. Makanan ini
 diperdebatkan dari daerah mana berasal. Sebab sega ponggol ada di Brebes, Kota Tegal, dan Pemalang.
Makanan memang berasal menurut kekayaan daerah itu. Baik jenis rasa, rupa, kandungan materi makanan,
 sampai pembungkus makanan. Sega ponggol yang memiliki jenis makanan nasi (bisa untuk sarapan pagi,
 makan siang, sore atau malam) ini rupa dibungkus daun pisang dengan pincukan (lipatan daun) yang
menggunakan biting (lidi) atau tanpa menggunakan lidi pengunci daun tapi dengan melipat daun itu
 ujung-ujungnbya setelah menutupi sega ponggol. Rasa aroma sega ponggol yakni sambelnya
 dan masakan tempe yang beraroma bawang. Dari hal itu ternyata sega ponggol ada diantara
 daerah-daerah tersebut. Jika begitu maka sega ponggol milik ke empat daerah itu. Kuranglah bijak
jika sega ponggol diklaim menjadi kuliner khas daerah tertentu. Kita ambil contoh tempe di daerah
Cilacap dan Banyumas di sana dulu orang membuat tempe menggunakan daun jati, sehingga memiliki
 rasa aroma yang khas, ini disebabkan karena di sana pada saat itu banyak daun jati. Orang yang akan
membuat mendoan disana tinggal menggoreng tempe yang dibungkus daun jati tanpa memotongnya
 dan jadilah mendoan. Hal yang sama juga tempe tersebut diproduksi masyarakat kabupaten Tegal
 dan Brebes dimana di daerah itu terdapat daun jati yang mudah didapat. Sega ponggol zaman dulu
 juga dibungkus daun jati. Karena daun jati itu lebar dan cukup selebar daun jati bisa menutupi sega
 ponggol itu, praktis dan tanpa dikunci biting (lidi) lagi. Makanan ini dulu sengaja dibuat untuk para
 pekerja perkebunan tebu yang kebetulan ada di Kabupaten Tegal dan Brebes. Mereka yang hendak
berangkat ke kebun tebu baik masa tanam maupun panen biasa disediakan sega ponggol oleh
 majikannya atau mandornya. Belakangan sega ponggol dibungkus daun pisang. Ini dikarenakan
 pohon jati sudah mulai jarang ditanam di pekarangan rakyat. Seperti di Kota Tegal dan Kab Pemalang
 serta Brebes dan Kab. Tegal sega ponggol dibungku daun pisang. Tapi di Kab. Tegal masih ada juga
 dijumpai sega ponggol dibungkus daun jati. Sega ponggol juga telah lama populer di Brebes, dimana
 makanan ini menjadi tradisi petani bawang/ lombok (brambang) terutama untuk makan sarapan pagi
 petani yang mau ke kebun. Bahkan sega ponggol menjadi menu diantara rapat-rapat warga desa.
Menurut Mbah Soewarso Ronggo Kastuba (pensiunan matri polisi Brebes diawal kemerdekaan,
 ayah dari Bpk Untung Basuki exs Kepala Trantib Brebes 1980-an dan Bpk Untung Basuki ini adalah
 ayah dari Bpk Yuniar Syamsul Huda anggota DPRD Brebes-2011-2015) tahun 1979 menuturkan pada
 penulis bahwa sega ponggol diberikan untuk para pekerja perkebunan tebu zaman kolonial dulu itu
 dengan maksud supaya adil dan sega sewakul (bakul) itu cukup suntuk sekian pekerja sehingga
dipincuk dan ditakar serta dibungkus dengan sama besarnya dan sama lawuh (teman nasi)-nya.
 Jadi sego ponggol itu sampai sekarang tetap milik Brebes dan Tegal. Apabila ada yang mengklaim
kuliner ini milik daerah tertentu monggo-monggo saja namun bila ditarik sudut kebutuhan pekerja
 perkebunan tebu (pabrik gula) (terdapat sejumlah pabrik gula di Pangkah (Tegal, Jatibarang,
 dan Tersana)dan historis maka sega ponggol milik Kabupaten Tegal dan Brebes) . Penulis tidak bermaksud
 untuk membuat perdebatan namun jika ada yang dapat melengkapi monggo dilengkapi untuk
 perbendaharaan kita semua dengan tujuan persaudaraan. (masagus, 23 Pebreuari 2013)

Minggu, 22 April 2012

GURU INDONESIA MENGHARGAI AMAL BAIKNYA, MEMAKLUMI KEKHILAFANNYA

Kami mengargai amal baikmu, dan kami memaklumi kekhilafanya sebagai manusia biasa. (HM Soeharto, Jenderal Besar  TNI, Presiden Republik Indonesia Kedua, Bapak Pembangunan Indonesia).

Minggu, 18 Maret 2012

HARGA BBM NAIK, PAK GURU AYO KEMBALI BERSEPEDA

Kebijakan Pemerintah yang akan menaikan harga BBM apa pun alasannya akan berdampak terhadap rakyat Indonesiai tak terkecuali kaum guru Indonesia.
Beberapa kawan dapat dipastikan akan beralih menggunakan sepeda onthel untuk melaksanakan tugasnya, Keadaan demikian mengingatkan kaum guru di tahun 70-an.
Alasan yang lain adalah untuk memberikan suri tauladan kepada siswanya akan bahaya polusi udara, memberikan contoh bahwa bersepeda itu sehat, serta memberikan keteladanan bagi masyarakat yakni kepribadian guru yang rendah diri, hemat, dan kesederhanaan.
   Meski guru kini telah mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik dari Pemerintah, serta pandangan masyarakat kepada guru semakin bermartabat, atas perjuangan PGRI, namun tidaklah berarti harus menyamakan kedudukan dengan profesi lain yang penghasilannya lebih tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan penghasilan guru di negara lain, meski guru Indonesia mengalami peningkatan pendapatan tetapi masih jauh jika dibandingkan guru di Malaysia atau Jepang.
    Kembali bersepeda bagi guru tentu disambut dengan suka cita. Apalagi kini mengendarai Sepeda Onthel bukan hal yang karena tidak ada sepeda motor, tetapi justru lebih bergengsi. Pasalnya sepefda onthel boleh jadi harganya lebih dari harga sepeda motor.
   Guru bersepeda onthel akan tampak anggun bagi guru perempuan dan akan tampak bersahaja bagi guru laki-laki.
   "Untunglah sepeda onthel saya masih ada mas," begitu pengakuan seorang guru. Meski dari model lama (onthel) tetapi sangat bagus. Apalagi onthel yang dimiliki bermrk terkenal yang sudah pasi mahal harganya.
   Bersepeda menjadi pilihan yang terbaik bagi kalangan guru.

Rabu, 01 Februari 2012

Selamat Ulang Tahun Kecamatan Pasekan

Tumpeng Ulang Tahun Kecamatan Pasekan dipersermbahkan oleh SDN Pasekan II. Hal ini merupakan kepedulian untuk kecamatan yang paling muda di kabupaten Indramayu. Tumpeng tradisional ini diberikan agar seluruh warga SDN Pasekan II selamat dan memeiliki rasa syukur atas keiklasan para guru dan Kepala sekolah mengabdi di masyarakat kecamatan Pasekan Indramayu. Tumpeng selanjutnya diserahkan di pendopo Kecamatan Pasekan untuk dimakan warga Pasekan. Ulang Tahun Kecamatan Pasekan yang ke 7 ini , tepat pada 2 Pebruari 2012 dimeriahkan oleh Kantor Kecamatan Pasekan dengan Iris Tumpeng dan doa bersama.

Sabtu, 31 Desember 2011

Selamat Ulang Tahun Mingguan Potlot yang ke 2

1 Januari 2012 Ulang Tahun Mingguan Potlot yang ke 2 
sekaligus 
Ulang Tahun Himpunan Masyarakat Gemar Membaca ke 13 . 
Semoga sukses selalu . 
Mitra Pendidikan, Mitra iklan yang bermanfaat, dibaca lebih dari 1000 orang tiap bulannya.

Selamat Tahun Baru 2012 M , Semoga Anda Mendapat Keberuntungan di tahun 2012

Mingguan Potlot mengucapkanm Selamat Tahun Baru 2012 Semoga Anda Mendapatkan Keberuntungan di tahun 2012.Sukses Selalu.

Jumat, 19 Agustus 2011

SENI OBROG KELILING BANGUNKAN MAKAN SAHUR

pemilik kesenian obrog, seni tradisional Indramayu dengan lagu-lagu dangdut jawa, meski bulan Suci Ramadhan sepi manggung dalam bulan puasa ini mereka eksis setiap hari keliling kampung membangunkan masyarakat untuk makan sahur.
Biasanya obrog keliling membangunakan makan sahur itu antara pukul 02.00 pagi sampai pukul 03.00. Namun sebelumnya mereka mangkal di suatu tempat untuk menghibur masyarakat.
Pendapatanm mereka tidak ditanggap seperi hari biasa, mnamun mengharapkan "sawer" dari penonton yang mengerumuninya.
Salah satu grup obrong di desa Pabean Ilir adalah milik Bapak Warma, SPd. Obronya kini dimanfaatkan untuk membangunkan masyarakat utuk sahur.Meski sedikit penghasilan, tergamntung dari hasil saweran, namun kata Bp Warma, SPd. ini sebagian dari partisipasi grup sebagai umat Islam yang harus mendukung yang berpuasa.
Semalam , kata Bpk. Warma, kalau lagi beruntung bisa mendapatkan 10 anggota yang akan memanfaatkan kepopuleran.

Selasa, 16 Agustus 2011

Sentra Industri Kerajinan Khas Kabupaten Indramayu Perlu Promosi Sebagai Daya Tarik Wisatawan

Di Kabupaten Indramayu sentra Industri Kerajinan masih tergolong kedaerahan, dimana daerah pusat industri kerajinan tampak hidup secara trdisional tanpa dorongan peningkatan promosi sebagai daerah wisata belanja masyarakat.
Sebetulnya banyak sekali di Indramayu sentra Industri Kerajinan tradisional seperti Batik Paoman di desa Paoman kec.Indramayu, Anyaman bambu di Rambatan kecamatan Lobener, kerajinan Sabut Kelapa di Blok Gribig Lempuyang kec. Anjatan, Terasi, kulit dan gesek Ikan di desa Brondong kec. Indramayu, Emping melinjo di Karangampel, gerabah di desa Anjun kec. Kandanghaur, dan kerupuk di desa Kenanga kec. Indramayu.
Dukungan promosi dan bantuan pembinaan daerah itu sebagai daerah kunjungan wisata dari pemerintah perlu ditingkatkan. Mereka tidak saja harus diberikan sebagai binaan usaha , tetapi juga promosi daerah.
Potensi kerajinan yang banyak terdapat di Indramayu sebetulnya adalah aset daerah yang sangat besar. Jika dibiarkan boleh jadi nanti terasi Indramayu yang sedap rasanya itu dikirim ke daerah lain dan diberi label/cap di luar daerah. Atau kerupuk kulit ikan dan gesek bilis yang gurih itu menjadi kepunyaan daerah lain dengan kemasan dari perusahaan di daerah lain.