Mari kita ulas puisi-puisi Internasional. Berikut karya Heru Mugiarso, penyair nasional dikenal sebagai penyair dari kalangan akademika dan karyanya banyak dipelajari di fakultas-fakultas pendidikan di Indonesia. Berikut karyanya:
Ziarah Waktu
Kepada Mujahid Negeri ini
Ingin rasanya aku mengajakmu, anakku
Di sini sejenak menikmati ziarah waktu
Karena aku yakin bahwa segala sesuatu kini telah banyak berubah
Dan kita perlu membuka ulang catatan kaki pada halaman sejarah
Di depan makam ini aku tak berniat mengajarimu menjadikan berhala
Kepada mereka yang telah damai bersemayam di dalamnya
Tapi jika tulang belulang yang kini memutih itu mampu bercerita
Maka ia akan berkisah tentang cinta luar biasa kepada tanah airnya
Darah dan airmata mungkin telah bercampur rupa
Nyawa (barangkali) adalah barang tak lagi berharga
Ketika nyanyian tanah air yang sayup dan terluka
Memanggil putera puterinya untuk tulus berbakti kepadanya
Rentang perjalanan mereka, aku dan kamu terlalu jauh, anakku
Maka wajar jika engkau tak utuh dalam memahaminya
Sayangnya mereka bukan selebriti dan kerna itu tak sempat jadi tokoh
Yang membuatmu jatuh hati dan terpesona hingga melegenda
Tak sedikit dari mereka hanya orang-orang biasa
Dan terkadang tak tercatat namanya pada nisan
Tapi di hadapan Sang Khalik mereka adalah syuhada
Sedang di hati insan mulia mereka ialah pahlawan
Ingin sesekali aku mengajakmu sejenak tafakur di depan makam
Untuk setiapkali menolak lupa bahwa negeri ini nyaris tak pernah ada
Jika mereka dulu tak mengangkat senjata dan maju ke palagan
Dan di jiwa mereka hanya ada satu kata : kemerdekaan!
Semarang, 2019
Makna " Ziarah Waktu Kepada Mujahid Negeri Ini" mendalam bila hayati. Puisi dengan alur dapat dicerna dengan mudah oleh pembaca budiman. Heru Mugiarso mengajak untuk merenung tentang 'catatan kaki bangsa ini. Sebuah perjalanan merdeka republik ini dalam kaca mata penyair yang enak dinikmati. Hingga akhirnya usia pun semakin bertambah dan rekam jejak pun semakin tersamar dan bahkan ada diantaranya yang asing bagi generasi sekarang. Mereka yang tak tercatat dalam perjuangan merebut kemerdekaan negeri ini.
Heru Mugiarso memang pandai mengemas puisi hingga alurnya semakin jelas maksud. Sehingga bila membacanya dengan apresiasi baik akan tertangkap pesan yang mendalam, Bahasanya yang tenang, dengan pilihan diksi yang tepat menjadikan puisi ini pantas sebagai puisi bertaraf internasional. (Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)
Ziarah Waktu
Kepada Mujahid Negeri ini
Ingin rasanya aku mengajakmu, anakku
Di sini sejenak menikmati ziarah waktu
Karena aku yakin bahwa segala sesuatu kini telah banyak berubah
Dan kita perlu membuka ulang catatan kaki pada halaman sejarah
Di depan makam ini aku tak berniat mengajarimu menjadikan berhala
Kepada mereka yang telah damai bersemayam di dalamnya
Tapi jika tulang belulang yang kini memutih itu mampu bercerita
Maka ia akan berkisah tentang cinta luar biasa kepada tanah airnya
Darah dan airmata mungkin telah bercampur rupa
Nyawa (barangkali) adalah barang tak lagi berharga
Ketika nyanyian tanah air yang sayup dan terluka
Memanggil putera puterinya untuk tulus berbakti kepadanya
Rentang perjalanan mereka, aku dan kamu terlalu jauh, anakku
Maka wajar jika engkau tak utuh dalam memahaminya
Sayangnya mereka bukan selebriti dan kerna itu tak sempat jadi tokoh
Yang membuatmu jatuh hati dan terpesona hingga melegenda
Tak sedikit dari mereka hanya orang-orang biasa
Dan terkadang tak tercatat namanya pada nisan
Tapi di hadapan Sang Khalik mereka adalah syuhada
Sedang di hati insan mulia mereka ialah pahlawan
Ingin sesekali aku mengajakmu sejenak tafakur di depan makam
Untuk setiapkali menolak lupa bahwa negeri ini nyaris tak pernah ada
Jika mereka dulu tak mengangkat senjata dan maju ke palagan
Dan di jiwa mereka hanya ada satu kata : kemerdekaan!
Semarang, 2019
Makna " Ziarah Waktu Kepada Mujahid Negeri Ini" mendalam bila hayati. Puisi dengan alur dapat dicerna dengan mudah oleh pembaca budiman. Heru Mugiarso mengajak untuk merenung tentang 'catatan kaki bangsa ini. Sebuah perjalanan merdeka republik ini dalam kaca mata penyair yang enak dinikmati. Hingga akhirnya usia pun semakin bertambah dan rekam jejak pun semakin tersamar dan bahkan ada diantaranya yang asing bagi generasi sekarang. Mereka yang tak tercatat dalam perjuangan merebut kemerdekaan negeri ini.
Heru Mugiarso memang pandai mengemas puisi hingga alurnya semakin jelas maksud. Sehingga bila membacanya dengan apresiasi baik akan tertangkap pesan yang mendalam, Bahasanya yang tenang, dengan pilihan diksi yang tepat menjadikan puisi ini pantas sebagai puisi bertaraf internasional. (Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)