Senin, 12 Agustus 2019

Sami'an Adib Taman Makam Pahlawan

kali ini kita simak puisi Sami'an Adib , penyair muda asal Jember yang cukup produktif dan namanya mulai dikenal di jajaran penyair elit Jawa Timur . Berikut puisinya :

Sami'an Adib

Taman Makam Pahlawan

Sebelum koloni penjajah datang menjarah

bumi ini gemah ripah loh jinawih

buah meruah, rempah melimpah

tapi penjajah telah menoreh catatan kelam

di dinding dada ini dengan luka mendalam

jiwa terpasung dalambebayang laku kejam

setelah para penjarah asing terusir

negeri ini tak jera mengangkat pamor

tambang bertebaran, tanah lahan kian subur

tapi gemuruh gundah yang menyesaki dada ini tak jua reda

sebab pengorbanan para pejuang belum setara tanah merdeka

ketika rakyat masih terperangkap dalam kubang jerat derita:

sering kita dengar jerit petani di tumpukan hasil panennya

tertimbun sisa-sisa komoditi impor yang datang tiba-tiba

dengan dalih bahan kebutuhan masyarakat mulai langka

sementara di gedung parlemen tak mereka temukan sesiapa

mungkin masih sibuk bersafari mempersiapkan bilik niaga

untuk memajang kursi jabatan dengan segala rahasianya

kucoba menghimpun serpih juang di kelopak kamboja

taman kenangan makam pahlawan yang nyaris dilupa

untuk kutebar kembali di persemaian persada jiwa

seketika gairah hidup tenteram tercipta

api dendam pun padam tanpa bara

terlimbur rinai doa

:”Tuhan, mereka telah sampai di kampung merdeka

ijinkan aku esok lusa menemukan sejati maknanya

hidup terbebas dari belenggu prasangka dan curiga”

Jember, 2019



Sami'an Adib mencoba mengkritisi zaman perjalanan merdeka negeri ini. Bermula dari masa negeri ini dijajah bangsa asing, kemudia ia mulai mengisi puisinya dengan perjalanan merdeka. Apa yang ditulisnya adalah gambaran cacatan penyair dengan bidikannya tersendiri. Kaca mata penyair mungkin lebih teliti dan lebih terang. Berbagai fenomena kejanggalan negeri setelah merdeka. Sami'an Adib menyorotinya adar puisinya menjadi saksi kehidupan ini.

Sami'an Adib menggugah agar bangsa ini ingat akan perjuangan pahlawan hingga seperti masa ini, namun juga memberi catatan :

//.../kucoba menghimpun serpih juang di kelopak kamboja

taman kenangan makam pahlawan yang nyaris dilupa

untuk kutebar kembali di persemaian persada jiwa//...

//.../seketika gairah hidup tenteram tercipta

api dendam pun padam tanpa bara

terlimbur rinai doa/...//

manusia untuk ingat jasa orang lain yaitu pahlawan . Perumpamaannya agak terang . Akhirnya ia merenung dan menyadari makna hidup di bumi Indonesia ini.

/...//”Tuhan, mereka telah sampai di kampung merdeka

ijinkan aku esok lusa menemukan sejati maknanya

hidup terbebas dari belenggu prasangka dan curiga” //.

(Rg Bagus Warsono, kurator sastra di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)