Berikutnya puisi Internasional dari penyair Gilang Teguh Pambudi berjudul Di Balik Mata Angin Harian. Penyair dan juga pengasuh sastra di sebuah stasiun radio di Jakarta ini semakin mengokohkan dirinya dalam deretan penyair-penyair nasional. Mari kita simak :
Gilang Teguh Pambudi
DI BALIK MATA ANGIN HARIAN,
pohon yang tumbuh di atas peraturan daerah
hidupnya seperti apa?
akar, daun, bahkan buahnya seperti apa?
sebab politik disebut-sebut
sering menjadi bencana
seperti saat hilang separuh paru-paru kota
karena peraturan dan politik membenarkannya
sementara semak dan kekumuhan
di atas tanah-tanah sengketa
di tujuh penjuru kota
bisa bertahun-tahun
menjadi hiasan memalukan memilukan
yang juga dibenarkan undang-undang
atau limbah-limbah beracun menguasai sungai
karena keadilan dan politik malu-malu
atau terpaksa mau menunggu waktu
dan kita memang hidup di dalam undang-undang
sambil terus mempertanyakan,
keadilannya punya siapa?
lalu kita berkaca pada undang-undang itu
dan politik kekuasaan yang terus mengikutinya,
seperti apakah wajah kita dalam cetakan?
seperti apa postur dan tinggi badan kita
cara jalan dan ketajaman mata batin kita
dalam haru-biru politik yang minta dimenangkan?
bahkan ibadah-ibadah kita
totalitas penyerahan diri kita
tafsir-tafsir lurus yang terbuka
bisa ditelikung, dianggap melanggar undang-undang
atau perlu dimusuhi lewat pintu-pintu politik
yang sembunyi di balik mata angin harian
agar kelapangan hidup tidak berpihak
Kemayoran, 31 07 2019
Apa yang diusung oleh Gilang Teguh Pambudi adalah perasan tanda tanya akan fenomena yang terjadi di Indonesia. Barisnya menyembunyikan fakta, namun juga gejala. Ia mengungkap bernagai ragam kejanggalan di alam merdeka ini.
Sperti hendak mengungkap sesuatu bahkan tentang lucunya kebijakan dan pemutar balikan hukum dan bahkan agama. Gilang Teguh Pambudi cukup matang mengingat ia terolong penyair berbasic pesantren.
Namun penyair tetap memiliki jiwa seni, ia bungkus semuanya dalam sebuah puisi tanpa menyinggung perasaan siapa pun. Gilang Teguh Pambudi berhasil dalam hal ini.
Berikut bait yang sangat manis : //../seperti apakah wajah kita dalam cetakan?/
seperti apa postur dan tinggi badan kita/...//
(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)
Gilang Teguh Pambudi
DI BALIK MATA ANGIN HARIAN,
pohon yang tumbuh di atas peraturan daerah
hidupnya seperti apa?
akar, daun, bahkan buahnya seperti apa?
sebab politik disebut-sebut
sering menjadi bencana
seperti saat hilang separuh paru-paru kota
karena peraturan dan politik membenarkannya
sementara semak dan kekumuhan
di atas tanah-tanah sengketa
di tujuh penjuru kota
bisa bertahun-tahun
menjadi hiasan memalukan memilukan
yang juga dibenarkan undang-undang
atau limbah-limbah beracun menguasai sungai
karena keadilan dan politik malu-malu
atau terpaksa mau menunggu waktu
dan kita memang hidup di dalam undang-undang
sambil terus mempertanyakan,
keadilannya punya siapa?
lalu kita berkaca pada undang-undang itu
dan politik kekuasaan yang terus mengikutinya,
seperti apakah wajah kita dalam cetakan?
seperti apa postur dan tinggi badan kita
cara jalan dan ketajaman mata batin kita
dalam haru-biru politik yang minta dimenangkan?
bahkan ibadah-ibadah kita
totalitas penyerahan diri kita
tafsir-tafsir lurus yang terbuka
bisa ditelikung, dianggap melanggar undang-undang
atau perlu dimusuhi lewat pintu-pintu politik
yang sembunyi di balik mata angin harian
agar kelapangan hidup tidak berpihak
Kemayoran, 31 07 2019
Apa yang diusung oleh Gilang Teguh Pambudi adalah perasan tanda tanya akan fenomena yang terjadi di Indonesia. Barisnya menyembunyikan fakta, namun juga gejala. Ia mengungkap bernagai ragam kejanggalan di alam merdeka ini.
Sperti hendak mengungkap sesuatu bahkan tentang lucunya kebijakan dan pemutar balikan hukum dan bahkan agama. Gilang Teguh Pambudi cukup matang mengingat ia terolong penyair berbasic pesantren.
Namun penyair tetap memiliki jiwa seni, ia bungkus semuanya dalam sebuah puisi tanpa menyinggung perasaan siapa pun. Gilang Teguh Pambudi berhasil dalam hal ini.
Berikut bait yang sangat manis : //../seperti apakah wajah kita dalam cetakan?/
seperti apa postur dan tinggi badan kita/...//
(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)