Minggu, 11 Agustus 2019

Fahmi Wahid

PERJALANAN MERDEKA

Tanah ini adalah jalan peperangan

yang pernah dilalui oleh tapak pejuang kita

dengan berbekal sebilah bambu runcing

berkibar jubah semangat menyelimutinya

tak ada gentar dan getir di genderang dadanya

untuk berjuang dengan segala cara dan upaya

merebut pulau-pulau dan samudera dari jajahan

Semesta berkabut hitam di lembah api itu

sudah sangat hapal di pendengaran pejuang

bertaruh nyawa untuk generasi penerus

meski gugur di derasnya gerimis peluru

walau tulang bersanding di tanah sendiri

Di perjalanan merebut kemerdekaan

magis perjuangan yang tak terbayangkan

kurasakan dari nisan-nisan sunyi di kubur pejuang

selalu dikenang pada peringatan Hari Pahlawan

rangkaian seribu bunga tanda terima kasih

tetap tak terbayar oleh jasamu pada negeri

Kita harus tetap berkaca di perjalanan ini

bahwa belum apa-apa kerja kita untuk bangsa

dibandingkan para kesatria di medan laga berapi

seperti pejuang kita yang kini telah tenang abadi

Tapi sampai hari ini kubaca di raut wajah koran pagi

masih menayangkan kebencian antar sesama rakyat

memutus rantai persaudaraan dan memecah perbedaan

padahal ini bumi Nusantara: tanah hidup mati kita tercinta

kembalilah bersatu saling menggenggam erat bersama

pada gelombang merah putih di puncak kemerdekaan

di jejak pengabdian menjaga keutuhan Indonesia

Balangan-2019



Wajar jika Fahmi Wahid memulai puisinya dengan sejarah. Karena Fahmi berasal dari Balangan. Orang sana termasuk Fahmi Wahid masih terngiang pertemputran Perang Banjar dimana banyak orang Balangan ikut serta berjuang dalam Perang Banjar membela Tanah Air. Gambarn itu terlihat dalam bait nya yang meberi gambaran rakyat Indonesia melawan penjajahan.

//..../Semesta berkabut hitam di lembah api itu

sudah sangat hapal di pendengaran pejuang

bertaruh nyawa untuk generasi penerus

meski gugur di derasnya gerimis peluru

walau tulang bersanding di tanah sendiri/...//

buah bait yang berisi dengan pilihan diksi yang alik mampu menyentuh b hati pembaca. Bagaimana pembaca merasakan perjuangan yang banyak mengorbankan nyawa .

Fahmi Wahid mengajak membandingkan orang pada masa ini dengan irang perjuangan saat itu. Batapa para pejuang itu tak terbayarkan jasanya ketika berjuang dulu.

Akirnya Fahmi mengajak pembaca untuk menyadari pentingnya persaudaraan dan persatuan, Kita tibang menikmati kemerdekaan tampa harus bersusah payah berperang, Kita tinggal mempertahan kan dan mengisi Indonesia dengan pengabdian yang tulus.

Puisi Fahmi Wahid enak dibaca dan cepat dipahami, maksudnya tetapi tetap dalam kesatuan puisi yang bagus.

//.../ api sampai hari ini kubaca di raut wajah koran pagi

masih menayangkan kebencian antar sesama rakyat

memutus rantai persaudaraan dan memecah perbedaan/...//

(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)