Dari Bungbulang (Garut) pantai Selatan Jabar kita lihat puisi-puisi internasional Perjalanan Merdeka karya Suhendi RI penyair muda berbakat , kita simak puisinya :
Suhendi RI,
MATA PENA
Menatap hampa ke sudut ruang
Sebuah kitab tergeletak
Tak berdaya di atas meja
Sedang sang darwis lelap
Dipeluk sunyi
Tinta yang menoreh jejak sejarah
Menjadi ayat-ayat kekal
Biarpun musnah dibaca rayap-rayap zaman
Kisahnya terekam diingatan purba
Ketika fajar menyibak tirai pagi
Jiwa mengembara ke jiwa lain
Mencari alif lam mim
Pada mushaf fayakun
Sebelum mata pena disilaukan
Kilauan cahaya emas dan permata
Sadarkanlah dari kefanaan dunia
Bila tiba di halaman akhir
Pahami arti sebenarnya kata-kata
Kebon Jeruk, 19 Juli 2019
Suhendi memberikan puisinya dengan sesuatu yang berada dihadapannya , dihadapan kita, sebuah benda yang menyimpan rahasia alam ini, sebuah yang menjadi pegangan dan panutan hidup di dunia.
Pilihan diksi yang sangat apik dalam usia pengalamannya yang masih muda ini mampu menatanya dan memilih dengan pilihan yang membuat puisi ini menarik dan cukup membuat orang terkesima.
Suhendi membiarkan puisinya untuk ditafsir sesuka pembaca namun memudian pembaca menemukan apa yang diributkan dan di bicarakan itu akhirnya kembali ke Yang Maha Kuasa.
//..../Ketika fajar menyibak tirai pagi
Jiwa mengembara ke jiwa lain
Mencari alif lam mim
Pada mushaf fayakun/....//
Demikian siapa yang mampu menggali apa yang diberikan Yang Maha Kuasa (Al Kitab) sebetulnya terdapat keindahan tiada habis-habisnya. (bersambung. Rg Bagus Warsono , kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)
Suhendi RI,
MATA PENA
Menatap hampa ke sudut ruang
Sebuah kitab tergeletak
Tak berdaya di atas meja
Sedang sang darwis lelap
Dipeluk sunyi
Tinta yang menoreh jejak sejarah
Menjadi ayat-ayat kekal
Biarpun musnah dibaca rayap-rayap zaman
Kisahnya terekam diingatan purba
Ketika fajar menyibak tirai pagi
Jiwa mengembara ke jiwa lain
Mencari alif lam mim
Pada mushaf fayakun
Sebelum mata pena disilaukan
Kilauan cahaya emas dan permata
Sadarkanlah dari kefanaan dunia
Bila tiba di halaman akhir
Pahami arti sebenarnya kata-kata
Kebon Jeruk, 19 Juli 2019
Suhendi memberikan puisinya dengan sesuatu yang berada dihadapannya , dihadapan kita, sebuah benda yang menyimpan rahasia alam ini, sebuah yang menjadi pegangan dan panutan hidup di dunia.
Pilihan diksi yang sangat apik dalam usia pengalamannya yang masih muda ini mampu menatanya dan memilih dengan pilihan yang membuat puisi ini menarik dan cukup membuat orang terkesima.
Suhendi membiarkan puisinya untuk ditafsir sesuka pembaca namun memudian pembaca menemukan apa yang diributkan dan di bicarakan itu akhirnya kembali ke Yang Maha Kuasa.
//..../Ketika fajar menyibak tirai pagi
Jiwa mengembara ke jiwa lain
Mencari alif lam mim
Pada mushaf fayakun/....//
Demikian siapa yang mampu menggali apa yang diberikan Yang Maha Kuasa (Al Kitab) sebetulnya terdapat keindahan tiada habis-habisnya. (bersambung. Rg Bagus Warsono , kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)