Baiklah kita ulas kembali puis-puisi Internasional. Wanto Tirta tokoh penyair Ajibarang Bamyumas ini menampilkan Catatan Darah. Sebuah 'catatan puisi yang cukup menarik dan perlu dibaca oleh pecinta sastra Indonesia. Berikut karya Wanto Tirta dalam :
CATATAN DARAH
kubuka catatan dari lembarlembar
buku harian
dentuman bom
mengalir darah
di tanah darah
jiwa anakanak piatu
jandajanda papa
suamisuami pedang
bermandi darah
membangun jiwa baja
langit mesiu runtuh menutup masa
atap rumah awan
tangis dan desingan peluru
menyatu keseharian menyayat hati
doa bumi teraniaya
sampaikan ke tanganmu
maha pembebas tanah milik negeri
airmata darah leleh derita
tak lelah bersandar pada kemuliaan Tuhan
kesatuan asa dan tekad
membungkus cinta perjuangan menyatukan merah putih dalam genggam
masihkah garuda memeluk kasih
sembuhkan lukaluka menahun
oleh sayatan pisau keserakahan maupun nafsu angkara yang membabibuta merebut kebebasan peradaban anak bangsa
ada tangis angin dari nisan nenek moyang
yang rapuh tertutup rerumputan
terlupakan oleh sanak keturunannya
ada sebatang bambu runcing masih jelas terpampang bertulis darah
terpatri di pusara
seolah berkata
ini pusar bumi tempat paku cinta
menancap bebas dari belenggu ketidak adilan dan kesewenang-wenangan rezim kekuasaan
Simak bait terkhirnya
01082019
Simak bait terkhirnya
//...//ada tangis angin dari nisan nenek moyang
yang rapuh tertutup rerumputan
terlupakan oleh sanak keturunannya
ada sebatang bambu runcing masih jelas terpampang bertulis darah
terpatri di pusara
seolah berkata
ini pusar bumi tempat paku cinta
menancap bebas dari belenggu ketidak adilan dan kesewenang-wenangan rezim kekuasaan//....//.
Salah satu bait Wanto Tirta dalam puisi itu dengan pilihan diksi yang cermat ia menulis tentang keadaan Indonesia. Bahwa pencarian itu ditemukan untuk diungkap yakni sebuah kecintaan terhadap Tanah Air itu sebuah cinta yang sudah tertanam sekan bambu yang menancap di puser bumi Indonesia.
Kemerdekaan tak berarti dari tangis dan penyesalan, tetapi karena kebijakan. Perumpamaannya dalam puisi itu ketara di tiap baitnya, memberi jelas tentang kemerdekaan sekarang ini.
Wanto Tirta menyadari sepenuhnya bahwa ada perintah atau mereka iba sendiri bila ketidak-nyamanan, apala bila ada kesewenang-wenangan dari pemerintahan sekaramg ini. Ia menyangka pemerintah atau juri sudi lebih banyak Memanusiakan ,manuisia. Beriku bari-baris terakhi puisinya. Simak bait terkhirnya:
ini pusar bumi tempat paku cinta
menancap bebas dari belenggu ketidak adilan dan kesewenang-wenangan rezim kekuasaan. (Rg Bagus warsono, kurator sastra di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca.
CATATAN DARAH
kubuka catatan dari lembarlembar
buku harian
dentuman bom
mengalir darah
di tanah darah
jiwa anakanak piatu
jandajanda papa
suamisuami pedang
bermandi darah
membangun jiwa baja
langit mesiu runtuh menutup masa
atap rumah awan
tangis dan desingan peluru
menyatu keseharian menyayat hati
doa bumi teraniaya
sampaikan ke tanganmu
maha pembebas tanah milik negeri
airmata darah leleh derita
tak lelah bersandar pada kemuliaan Tuhan
kesatuan asa dan tekad
membungkus cinta perjuangan menyatukan merah putih dalam genggam
masihkah garuda memeluk kasih
sembuhkan lukaluka menahun
oleh sayatan pisau keserakahan maupun nafsu angkara yang membabibuta merebut kebebasan peradaban anak bangsa
ada tangis angin dari nisan nenek moyang
yang rapuh tertutup rerumputan
terlupakan oleh sanak keturunannya
ada sebatang bambu runcing masih jelas terpampang bertulis darah
terpatri di pusara
seolah berkata
ini pusar bumi tempat paku cinta
menancap bebas dari belenggu ketidak adilan dan kesewenang-wenangan rezim kekuasaan
Simak bait terkhirnya
01082019
Simak bait terkhirnya
//...//ada tangis angin dari nisan nenek moyang
yang rapuh tertutup rerumputan
terlupakan oleh sanak keturunannya
ada sebatang bambu runcing masih jelas terpampang bertulis darah
terpatri di pusara
seolah berkata
ini pusar bumi tempat paku cinta
menancap bebas dari belenggu ketidak adilan dan kesewenang-wenangan rezim kekuasaan//....//.
Salah satu bait Wanto Tirta dalam puisi itu dengan pilihan diksi yang cermat ia menulis tentang keadaan Indonesia. Bahwa pencarian itu ditemukan untuk diungkap yakni sebuah kecintaan terhadap Tanah Air itu sebuah cinta yang sudah tertanam sekan bambu yang menancap di puser bumi Indonesia.
Kemerdekaan tak berarti dari tangis dan penyesalan, tetapi karena kebijakan. Perumpamaannya dalam puisi itu ketara di tiap baitnya, memberi jelas tentang kemerdekaan sekarang ini.
Wanto Tirta menyadari sepenuhnya bahwa ada perintah atau mereka iba sendiri bila ketidak-nyamanan, apala bila ada kesewenang-wenangan dari pemerintahan sekaramg ini. Ia menyangka pemerintah atau juri sudi lebih banyak Memanusiakan ,manuisia. Beriku bari-baris terakhi puisinya. Simak bait terkhirnya:
ini pusar bumi tempat paku cinta
menancap bebas dari belenggu ketidak adilan dan kesewenang-wenangan rezim kekuasaan. (Rg Bagus warsono, kurator sastra di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca.