Berikutnya kita ulas puisi karya:
Agus Mursalin
Pekik Merdeka Dalam Kamus
Langkah awalku berniat baik
Pagi di timur sore di barat
Menyaksikan wajah aneka rupa
Memberi arti pembeda
Wajah beda suku beda bangsa beda negara beda
Satu kata yang bisa disepakati pada tangis tanda duka
Tawa tanda bahagia
Bergeleng tak mau mengangguk setuju
Tanpa kamus semua manusia paham
Lalu untuk apa
Mempelajari bahasa lain
Jika mengakibatkan perbedaan paham
Berujung perdebatan kelas tata krama atas nama kata?
Makna kata dari persepsi
Kapan bisa merdeka ?
Kebumen 1 Agustus 2019
Puisi pendek karya Agus Mursalin ini menyoroti kemerdekaan berbahasa. Menarik. Tetapi juga memungkinkan tafsir lain. Ia soroti kenyataan yang ada di masa Indonesia tlah dewasa ini. Mula ia bertanya dan kemudian barisnya mempertegas.
Sebetulnya di hati manusia Indonesia mungkin ada sepaham, tetapi juga banyak beda. Karena lain situasi keadaan, sehingga banyak perbedaan. Agus Mursalin penyair asal Kebumen ini mengajak agar perbedaan itu tak dipermasalahkan agar kita bisa merdeka dalam arti yang sebenarnya.
Berikut cuplikan diakhir puisinya:
//...../Tanpa kamus semua manusia paham
Lalu untuk apa
Mempelajari bahasa lain
Jika mengakibatkan perbedaan paham
Berujung perdebatan kelas tata krama atas nama kata?
Makna kata dari persepsi
Kapan bisa merdeka ?//
(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)
Agus Mursalin
Pekik Merdeka Dalam Kamus
Langkah awalku berniat baik
Pagi di timur sore di barat
Menyaksikan wajah aneka rupa
Memberi arti pembeda
Wajah beda suku beda bangsa beda negara beda
Satu kata yang bisa disepakati pada tangis tanda duka
Tawa tanda bahagia
Bergeleng tak mau mengangguk setuju
Tanpa kamus semua manusia paham
Lalu untuk apa
Mempelajari bahasa lain
Jika mengakibatkan perbedaan paham
Berujung perdebatan kelas tata krama atas nama kata?
Makna kata dari persepsi
Kapan bisa merdeka ?
Kebumen 1 Agustus 2019
Puisi pendek karya Agus Mursalin ini menyoroti kemerdekaan berbahasa. Menarik. Tetapi juga memungkinkan tafsir lain. Ia soroti kenyataan yang ada di masa Indonesia tlah dewasa ini. Mula ia bertanya dan kemudian barisnya mempertegas.
Sebetulnya di hati manusia Indonesia mungkin ada sepaham, tetapi juga banyak beda. Karena lain situasi keadaan, sehingga banyak perbedaan. Agus Mursalin penyair asal Kebumen ini mengajak agar perbedaan itu tak dipermasalahkan agar kita bisa merdeka dalam arti yang sebenarnya.
Berikut cuplikan diakhir puisinya:
//...../Tanpa kamus semua manusia paham
Lalu untuk apa
Mempelajari bahasa lain
Jika mengakibatkan perbedaan paham
Berujung perdebatan kelas tata krama atas nama kata?
Makna kata dari persepsi
Kapan bisa merdeka ?//
(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)