Jumat, 09 Agustus 2019

Moh Zaeni Boli Kota yang dingin

Berikut sebuah puisi Internasional karya Zaeni Boli penyair dan seniman kelahiran flores berbakat akting dan baca puisi. Penyair yang dibesarkan di Bekasi di bengkel sastra Kalimalang asuhan Ane Matahari ini semakin terkenal di Flores sebagai pegiat sastra. Berikut puisinya :

Moh Zaeni Boli

Kota yang dingin

Belum jam 6 pagi

Daun kering jatuh di jalan

Angin membawa bahasa tubuhnya sendiri

Bagi kota tua kematian adalah hal biasa

Nyala lilin di depan rumah

Adalah untuk memberi terang bagimu yang tiada

Kesakralan keimanan memilikmukah yang mencintai dunia

Siapa yang merobek hati leluhur demi rupiah

Kita sudah merdeka bahkan sebelum kau menjual tanahmu

Keinginan demi keinginan adalah penjara

Dan surga bukan sekedar airmata yang tumpah saat berdoa

Tapi bumi dengan segala isinya yang dicintai dan mencintai

Rawat dengan hati dan kerja keras

Demi batu dan batu yang keras dan bercahaya

Gaya menulis puisi adalah pencarian jati diri, Zaeni BoliBoli kali ini semakin mantap sebagai penyair . Barisnya sudah bernas dan tampak setiap kata memiliki beragam arti. Ia berputar namun menuju satu tema dalam antologio ini yakni perjalanan merdeka.

Zaeni Boli bermain perumpamaan yang manis untuk dibaca, tetapi ada memberi personafikasi sebagai majas yang apik memberi hidup dalam puisi ini.

//....

/Dan surga bukan sekedar airmata yang tumpah saat berdoa

Tapi bumi dengan segala isinya yang dicintai dan mencintai

Rawat dengan hati dan kerja keras

Demi batu dan batu yang keras dan bercahaya/...//



Zaeni Boli memang pandai menempatkan diksi menjadi baris apik, selamat untuku Zaeni Boli. (Rg Bagus Warsono, kurator sastra di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)