Marlin Dinamikanto
GAGAL PABRIK
Setelah belut hanyut di lobang tikus
ular sawah menjadi asing bertatap
tembok pabrik yang mengangkang
hamparan kering coklat gersang
Entah berapa petani terkubur
derap batako yang terus memanjang
tak menyisa ketika ular sawah
hidup sebatang kara berteman tikus
di pemakaman belut
Ikan wader yang biasa mider-mider
mematuk plankton di kaki jerami
lama menghilang sebelum berpindah
ke buku gambar anak-anak sekolah
Sawah yang terkucil kian mengering
terhimpit batako - anak petani lebih suka
berharap kerja di pabrik. Tak ada padi
bisa dipanen empat bulan lagi
sedangkan gaji bisa dipanen
sebelum uritan pindah ke sawah
hamparan hijau yang kadang menguning
kini tersekat tembok-tembok pabrik
ular sawah yang hidup menyendiri
mati - bangkainya dimainkan anak kucing
di celah runtuhan tembok pabrik
gagal dibangun setelah ekonomi lesu
tak ada padi dipanen esok hari
tak pula gaji bulanan. Hanya terlihat
tikus berloncatan di celah batako rapuh
berserak di hamparan coklat gersang
Ngagel, 31 Juli 2019
Penyair Nasional Marlin Dinamikanto pancen jempolan dalam menulis puisi. Diksinya pilihan, untaian baitnya kaya makna . Pembaca akan mendapat aneka tafsir puisi di atas .
Telah menarik perhatian saya ketika puisinya ditemukan 5 tahun lalu yang berjudul "Pok Ame-ame." Kali ini ia tampil dalam "Gagal Pabrik" sebuah judul yang sangat kaya makna. Baitnya tampak tak beraturan runtut namun secara keseluruhan dapat ditangkap pesan oleh pembacanya bahwa ada perubahan di masa ini. Di alam yang semakin modern ini betapa ada penyebab dari apa yang diceritakan puisi di atas.
Bait yang kedua itu mulai memperjelas makna bahwa ternyata ada yang mengenaskan dimasa ini. Petani tanpa ladang! sedang bait yg lain :
....//hamparan hijau yang kadang menguning
kini tersekat tembok-tembok pabrik
ular sawah yang hidup menyendiri
mati - bangkainya dimainkan anak kucing
di celah runtuhan tembok pabrik
gagal dibangun setelah ekonomi lesu//...
menekan maksud. Marlin Dinamikanto memang megerigisi dalam membuat puisi. Selamat untukmu sang penyair . (Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)
GAGAL PABRIK
Setelah belut hanyut di lobang tikus
ular sawah menjadi asing bertatap
tembok pabrik yang mengangkang
hamparan kering coklat gersang
Entah berapa petani terkubur
derap batako yang terus memanjang
tak menyisa ketika ular sawah
hidup sebatang kara berteman tikus
di pemakaman belut
Ikan wader yang biasa mider-mider
mematuk plankton di kaki jerami
lama menghilang sebelum berpindah
ke buku gambar anak-anak sekolah
Sawah yang terkucil kian mengering
terhimpit batako - anak petani lebih suka
berharap kerja di pabrik. Tak ada padi
bisa dipanen empat bulan lagi
sedangkan gaji bisa dipanen
sebelum uritan pindah ke sawah
hamparan hijau yang kadang menguning
kini tersekat tembok-tembok pabrik
ular sawah yang hidup menyendiri
mati - bangkainya dimainkan anak kucing
di celah runtuhan tembok pabrik
gagal dibangun setelah ekonomi lesu
tak ada padi dipanen esok hari
tak pula gaji bulanan. Hanya terlihat
tikus berloncatan di celah batako rapuh
berserak di hamparan coklat gersang
Ngagel, 31 Juli 2019
Penyair Nasional Marlin Dinamikanto pancen jempolan dalam menulis puisi. Diksinya pilihan, untaian baitnya kaya makna . Pembaca akan mendapat aneka tafsir puisi di atas .
Telah menarik perhatian saya ketika puisinya ditemukan 5 tahun lalu yang berjudul "Pok Ame-ame." Kali ini ia tampil dalam "Gagal Pabrik" sebuah judul yang sangat kaya makna. Baitnya tampak tak beraturan runtut namun secara keseluruhan dapat ditangkap pesan oleh pembacanya bahwa ada perubahan di masa ini. Di alam yang semakin modern ini betapa ada penyebab dari apa yang diceritakan puisi di atas.
Bait yang kedua itu mulai memperjelas makna bahwa ternyata ada yang mengenaskan dimasa ini. Petani tanpa ladang! sedang bait yg lain :
....//hamparan hijau yang kadang menguning
kini tersekat tembok-tembok pabrik
ular sawah yang hidup menyendiri
mati - bangkainya dimainkan anak kucing
di celah runtuhan tembok pabrik
gagal dibangun setelah ekonomi lesu//...
menekan maksud. Marlin Dinamikanto memang megerigisi dalam membuat puisi. Selamat untukmu sang penyair . (Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)