Mari kita lihat puisi Syahriannur Khaidir dalam puisi-puisi internasional .
Berikut puisinya:
berjudul :
Syahriannur Khaidir
AGUSTUS DAN WANGI MERAH PUTIH.
Agustus dan wangi merah putih
Kau tersenyum sambil memegang dada
Entah luka
Entah duka
Entah desakan tanya
Merdekakah kemiskinan
Merdekakah kebodohan
Merdekakah
O pejuang
Tetaplah rapatkan barisan
Hingga merah
Hingga putih
Tak lagi tertatih menahan rintih
Sampang, Juli 2019
Puisi pendek Syahriannur Khaidir yang berjudul Agustus dan wangi Merah putih pantas sebagai puisi internasional. Gayanya cukup mengulas satu yaitu bendera Merah Putih. Di bendera merah putih ini tersimpan berbagai sejarah kesaksian dari sebuah bendera merah putih.
Ia merah putih, yang menyimpan kesaksian panjang sejarah negeri ini, berbagai peristiwa lara hingga perjalanan merdeka,
Pokoknya merah putih tetap berkibar di rumah si miskin dan di rumah si lapar. Di meja si bodoh dan di meja si pintar. Seakan merah putih tak membedakan siapa.
//.../Tetaplah rapatkan barisan
Hingga merah
Hingga putih
Tak lagi tertatih menahan rintih//. Demikian samian Syahriannur Khaidir piawai , hanya satu benda merah putih mampu membawa puisi ini syarat makna. Selamat untukmu Syahriannur Khaidir. (Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)
Berikut puisinya:
berjudul :
Syahriannur Khaidir
AGUSTUS DAN WANGI MERAH PUTIH.
Agustus dan wangi merah putih
Kau tersenyum sambil memegang dada
Entah luka
Entah duka
Entah desakan tanya
Merdekakah kemiskinan
Merdekakah kebodohan
Merdekakah
O pejuang
Tetaplah rapatkan barisan
Hingga merah
Hingga putih
Tak lagi tertatih menahan rintih
Sampang, Juli 2019
Puisi pendek Syahriannur Khaidir yang berjudul Agustus dan wangi Merah putih pantas sebagai puisi internasional. Gayanya cukup mengulas satu yaitu bendera Merah Putih. Di bendera merah putih ini tersimpan berbagai sejarah kesaksian dari sebuah bendera merah putih.
Ia merah putih, yang menyimpan kesaksian panjang sejarah negeri ini, berbagai peristiwa lara hingga perjalanan merdeka,
Pokoknya merah putih tetap berkibar di rumah si miskin dan di rumah si lapar. Di meja si bodoh dan di meja si pintar. Seakan merah putih tak membedakan siapa.
//.../Tetaplah rapatkan barisan
Hingga merah
Hingga putih
Tak lagi tertatih menahan rintih//. Demikian samian Syahriannur Khaidir piawai , hanya satu benda merah putih mampu membawa puisi ini syarat makna. Selamat untukmu Syahriannur Khaidir. (Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)