Sugeng Joko Utomo
PULANG
Sudarmin renta duduk terdiam
Bersandar tangan mata terpejam
Terhanyut angan di lamun kelam
Menembus masa silam
Tentang istri teramat dicinta
Tiga anak buah kasihnya
Sebentar lagi akan bersua
Pada rumah bambu telah tua
Di atas kapal melancar pulang
Rindu menari dicumbu gelombang
Beriring cericit camar-camar terbang
Hari pun menjemput siang
Sepuluh tahun ia terhumbalang
Merantau jauh di negeri seberang
Sebab sepetak kecil sawah ladang
Tak lagi memberi harapan panjang
Panen hanya setahun sekali
Itu juga tiada pasti
Air seperti malu mengaliri
Hijau subur menjauh pergi
Angin bertiup menerpa wajah
Lamunan segera tergugah
Ia bangkit berdiri terperangah
Rupanya sampailah sudah
Segera baris berdesak-desakan
Menjinjing barang bawaan
Di emplasemen dermaga pelabuhan
Gejolak di dada semakin tak tertahan
Sudarmin renta tertegun diam
Tak mampu mengurai gumam
Melihat desa tanah kelahiran
Tenggelam di telan air bendungan
Tasikmalaya, 27 April 2020
Sugeng Joko Utomo
LENTERA BELUM MENYALA
Terbayang pintu bercat hijau pandan
Mulai terbuka perlahan
Sayap-sayap rindu berkepakan
Mengerumuni jasadku dalam diam
Berpuluh ratus bahkan ribuan
Menggugah angan menjemput kenyataaan
Aku menghambur segera
Pada kedua tangan terbuka
Milikmu yang senantiasa
Menanti pulangku dengan setia
Menumpahkan selaksa rasa
Selama ini terpaksa ditunda
Senyum kau suguhkan
Bersama segelas cerita tentang Intan
Putri kita yang bukan lagi anak ingusan
Beranjak menjadi remaja kekinian
Selalu mengharap segunung perhatian
Dariku seorang ayah perantauan
Kunikmati peluk mesra darimu
Kuresapi cium takdim anakku
Kubenamkan jiwa pada lautan syahdu
Yang tetiba ombaknya menggulung haru biru
Kukunyah rindu yang tersaji
Kureguk segelas cinta suci
Terpejam mata menikmati
Getar asmara meresapi sanubari
Namun...
Hari ini kanda belum bisa pulang adinda
Saat ini ayah tak jadi datang ananda
Tak diperkenankan oleh aturan negara
Konon untuk memutus pandemi corona
Jika wabah sudah mereda
Kelak ada sempat untuk bersua
Akan kunyalakan lentera
Terangi segala penjuru rumah kita
Tasikmalaya, 25 April 2020
Sugeng Joko Utomo
BAITUL JANNAH
Wahai isteriku
Puasa baru berjalan seminggu
Tetapi kau telah belanja gula telur dan terigu
Juga beberapa macam rempah bumbu
Sibuk pula membuat kue ini itu
Untuk lebaran nanti
Katamu membela diri
Sambil tetap asyik mengolesi
Alat panggang cetakan roti
Sementara makna dari puasa terlewatkan
Engkau bergunjing sambil mengaduk adonan
Mulut tiada henti mengatakan
Si ini atau si anu telat bayar arisan
Rumah berantakan
Di ember bertumpuk cucian
Di teras sampah berserakan
Pekerjaan lain terabaikan
Istriku tersayang
Puasa dan lebaran itu satu pasang
Saling bertautan berbayang
Melengkapi bak angin dan layang-layang
Rusak puasa rusak pula lebaran
Tak berkumandang lagi kemenangan
Terkoyak oleh mudharat kebiasaan
Digerus nafsu buruk keseharian
Maka berhati-hati saja
Tulus menjaga sikap dan bicara
Tuntas menjalani ibadah mulia
Niat bersihkan jiwa raga dari dosa
Tasikmalaya, 14 April 2020
Sugeng Joko Utomo
YANG ASYIK MUDIK
Di penghujung akhir bulan puasa
Gemanya panggili para pengembara
Untuk pulang ke desa-desa
Segala moda transportasi
Motor bus dan mobil pribadi
Berebut cepat tak pandai mengantri
Cerita tentang kota
Perihal bermacam duka
Dilipat di balik senyum pura-pura
Pura-pura kaya
Pura-pura bahagia
Kompensasi dari hidup menderita
Herman memboyong anak istri
Dengan motor sendiri
Hasil menabung berhari-hari
Simin mengendarai inova
Sepertinya mobil sewa
Mengajak keluarga semua
Prapti naik bus AKAP
Berpengemudi kurang cakap
Di padat kemacetan terperangkap
Adakah yang naik kereta api
Tiket online tak pernah terbeli
Sebab jaringan internet bikin sakit hati
Mereka para pemudik
Berkumpul bercerita asyik
Saling berbagi kisah unik
Aku hanya diam mendengar
Senyum sendiri tanpa sadar
Menyimak perubahan desa jadi hingar-bingar
(Semua ini pasti tak lama
Sepekan lagi mereka balik ke kota
Melanjutkan berburu nasib menderita
Untuk kembali mudik lebaran berikutnya)
Tasikmalaya, 6 April 2020
Sugeng Joko Utomo
PULANG
Sudarmin renta duduk terdiam
Bersandar tangan mata terpejam
Terhanyut angan di lamun kelam
Menembus masa silam
Tentang istri teramat dicinta
Tiga anak buah kasihnya
Sebentar lagi akan bersua
Pada rumah bambu telah tua
Di atas kapal melancar pulang
Rindu menari dicumbu gelombang
Beriring cericit camar-camar terbang
Hari pun menjemput siang
Sepuluh tahun ia terhumbalang
Merantau jauh di negeri seberang
Sebab sepetak kecil sawah ladang
Tak lagi memberi harapan panjang
Panen hanya setahun sekali
Itu juga tiada pasti
Air seperti malu mengaliri
Hijau subur menjauh pergi
Angin bertiup menerpa wajah
Lamunan segera tergugah
Ia bangkit berdiri terperangah
Rupanya sampailah sudah
Segera baris berdesak-desakan
Menjinjing barang bawaan
Di emplasemen dermaga pelabuhan
Gejolak di dada semakin tak tertahan
Sudarmin renta tertegun diam
Tak mampu mengurai gumam
Melihat desa tanah kelahiran
Tenggelam di telan air bendungan
Tasikmalaya, 27 April 2020
Sugeng Joko Utomo
LENTERA BELUM MENYALA
Terbayang pintu bercat hijau pandan
Mulai terbuka perlahan
Sayap-sayap rindu berkepakan
Mengerumuni jasadku dalam diam
Berpuluh ratus bahkan ribuan
Menggugah angan menjemput kenyataaan
Aku menghambur segera
Pada kedua tangan terbuka
Milikmu yang senantiasa
Menanti pulangku dengan setia
Menumpahkan selaksa rasa
Selama ini terpaksa ditunda
Senyum kau suguhkan
Bersama segelas cerita tentang Intan
Putri kita yang bukan lagi anak ingusan
Beranjak menjadi remaja kekinian
Selalu mengharap segunung perhatian
Dariku seorang ayah perantauan
Kunikmati peluk mesra darimu
Kuresapi cium takdim anakku
Kubenamkan jiwa pada lautan syahdu
Yang tetiba ombaknya menggulung haru biru
Kukunyah rindu yang tersaji
Kureguk segelas cinta suci
Terpejam mata menikmati
Getar asmara meresapi sanubari
Namun...
Hari ini kanda belum bisa pulang adinda
Saat ini ayah tak jadi datang ananda
Tak diperkenankan oleh aturan negara
Konon untuk memutus pandemi corona
Jika wabah sudah mereda
Kelak ada sempat untuk bersua
Akan kunyalakan lentera
Terangi segala penjuru rumah kita
Tasikmalaya, 25 April 2020
Sugeng Joko Utomo
BAITUL JANNAH
Wahai isteriku
Puasa baru berjalan seminggu
Tetapi kau telah belanja gula telur dan terigu
Juga beberapa macam rempah bumbu
Sibuk pula membuat kue ini itu
Untuk lebaran nanti
Katamu membela diri
Sambil tetap asyik mengolesi
Alat panggang cetakan roti
Sementara makna dari puasa terlewatkan
Engkau bergunjing sambil mengaduk adonan
Mulut tiada henti mengatakan
Si ini atau si anu telat bayar arisan
Rumah berantakan
Di ember bertumpuk cucian
Di teras sampah berserakan
Pekerjaan lain terabaikan
Istriku tersayang
Puasa dan lebaran itu satu pasang
Saling bertautan berbayang
Melengkapi bak angin dan layang-layang
Rusak puasa rusak pula lebaran
Tak berkumandang lagi kemenangan
Terkoyak oleh mudharat kebiasaan
Digerus nafsu buruk keseharian
Maka berhati-hati saja
Tulus menjaga sikap dan bicara
Tuntas menjalani ibadah mulia
Niat bersihkan jiwa raga dari dosa
Tasikmalaya, 14 April 2020
Sugeng Joko Utomo
YANG ASYIK MUDIK
Di penghujung akhir bulan puasa
Gemanya panggili para pengembara
Untuk pulang ke desa-desa
Segala moda transportasi
Motor bus dan mobil pribadi
Berebut cepat tak pandai mengantri
Cerita tentang kota
Perihal bermacam duka
Dilipat di balik senyum pura-pura
Pura-pura kaya
Pura-pura bahagia
Kompensasi dari hidup menderita
Herman memboyong anak istri
Dengan motor sendiri
Hasil menabung berhari-hari
Simin mengendarai inova
Sepertinya mobil sewa
Mengajak keluarga semua
Prapti naik bus AKAP
Berpengemudi kurang cakap
Di padat kemacetan terperangkap
Adakah yang naik kereta api
Tiket online tak pernah terbeli
Sebab jaringan internet bikin sakit hati
Mereka para pemudik
Berkumpul bercerita asyik
Saling berbagi kisah unik
Aku hanya diam mendengar
Senyum sendiri tanpa sadar
Menyimak perubahan desa jadi hingar-bingar
(Semua ini pasti tak lama
Sepekan lagi mereka balik ke kota
Melanjutkan berburu nasib menderita
Untuk kembali mudik lebaran berikutnya)
Tasikmalaya, 6 April 2020
Sugeng Joko Utomo