62.HERISANTO BOAZ
LUSASTRA MELAWAN CORONA
peperangan ini telah dibentangkan
tanpa senjata, tanpa musuh kelihatan
tapi mencekam, para korban bergelimpangan
tanpa pandang muka, semua bisa diserang
dikepung kematian, keyakinan dipertaruhkan
ini bukan perang antar negara di bumi
juga bukan serangan planet antar galaksi
ini ciptaan terhebat lawan yang nano mini
tapi bisa menyusup, dan tak mudah diketahui
menyergap nafas, dan paru-paru pun terinfeksi
ini perang senyap, tapi bisa terekam dalam puisi
markas perang ini di rumah sakit bertanda siaga
hidup dan maut berkecamuk, dalam takut fana
semua wajib taat dan patuh pada protokol negara
anggaran besar digelontorkan, tangani bencana
di sudut rumahnya, Lusastra doa melawan Corona
@Teater Holistik, Bandung, 27 Maret 2020
ELEGI MEMBACA PANDEMIK
dengan huruf kecil melambangkan nurani
kutulis kembali, elegiku membaca pandemik
catatan tragedi banyak bangsa di muka bumi
di Wuhan, China, wabah itu berasal, kota dikunci
meski tak religi, rakyatnya tertib mengatur diri
pemulihan dan kesembuhan masal cepat terjadi
di Iran, Inggris, India, Belanda, USA, Arab dan Itali
dan banyak negara lainnya, korban tiada henti
meski katanya religi atau modern dan teruji
di Indonesia, religi berwarna, komen merajalela
mulai si mulut zonk, yang banci dungu jika bicara
hingga stasiun tv serak, debat berak sok kuasa
semuanya dan pengikutnya, hanya nyinyir berbusa
mereka akan ditagih nyawa oleh korban kelak di sana
di bait seni ini, di sudut kota tak punya tradisi puisi ini
sajakku mencatat, rakyat banyak, dan pemimpin, sehati
menghadang pandemik, dengan kerja, doa, dan nurani
@Bait Seni Hereditas, Bandung, 28 Maret 2020
LUSASTRA MELAWAN CORONA
peperangan ini telah dibentangkan
tanpa senjata, tanpa musuh kelihatan
tapi mencekam, para korban bergelimpangan
tanpa pandang muka, semua bisa diserang
dikepung kematian, keyakinan dipertaruhkan
ini bukan perang antar negara di bumi
juga bukan serangan planet antar galaksi
ini ciptaan terhebat lawan yang nano mini
tapi bisa menyusup, dan tak mudah diketahui
menyergap nafas, dan paru-paru pun terinfeksi
ini perang senyap, tapi bisa terekam dalam puisi
markas perang ini di rumah sakit bertanda siaga
hidup dan maut berkecamuk, dalam takut fana
semua wajib taat dan patuh pada protokol negara
anggaran besar digelontorkan, tangani bencana
di sudut rumahnya, Lusastra doa melawan Corona
@Teater Holistik, Bandung, 27 Maret 2020
ELEGI MEMBACA PANDEMIK
dengan huruf kecil melambangkan nurani
kutulis kembali, elegiku membaca pandemik
catatan tragedi banyak bangsa di muka bumi
di Wuhan, China, wabah itu berasal, kota dikunci
meski tak religi, rakyatnya tertib mengatur diri
pemulihan dan kesembuhan masal cepat terjadi
di Iran, Inggris, India, Belanda, USA, Arab dan Itali
dan banyak negara lainnya, korban tiada henti
meski katanya religi atau modern dan teruji
di Indonesia, religi berwarna, komen merajalela
mulai si mulut zonk, yang banci dungu jika bicara
hingga stasiun tv serak, debat berak sok kuasa
semuanya dan pengikutnya, hanya nyinyir berbusa
mereka akan ditagih nyawa oleh korban kelak di sana
di bait seni ini, di sudut kota tak punya tradisi puisi ini
sajakku mencatat, rakyat banyak, dan pemimpin, sehati
menghadang pandemik, dengan kerja, doa, dan nurani
@Bait Seni Hereditas, Bandung, 28 Maret 2020