Minggu, 12 April 2020

Nanang R Supriyatin

SEMBAKO

Ribuan sembako menggantung di udara
Jutaan orang tengadah ke langit

Ribuan orang ikhlas memberi
Jutaan orang siap menerima

Ada anak berteriak lapar
Ada ibu berkata sabar

Ada ibu bertanya pada bapak:
"Kapan kita terima sembako?"
Ada bapak menjawab
"Sabar, semua sedang diatur."

"Kita di rumah saja," ucapnya
Berharap ada kiriman sembako
Sabar, sabar...
"Masih ada Ojol lain yang lewat."

Ribuan sembako menggantung di udara
Jutaan orang tengadah ke langit

"Kapan sembako sampai ke rumah kita, Ayah?"
"Sebentar lagi, Nak, sebentar lagi. Sudah ada sinyal itu... Kita tak akan lapar."

Jutaan orang tengadah ke langit
Ribuan sembako menggantung di udara

11/04/2020


TERKARANTINA

Tuhan,
Saat ini aku terkarantina
Aku tak sakit
Aku percaya pada pemerintah
Dan barangkali ini tujuanMu juga
Agar aku lebih khusyuk
Menjaga diriku dari ancaman-ancaman
Menjaga anak-anakku dari pergaulan
Menjaga orang lain dari virus-virus mematikan

Lebih enak begini, Tuhan
Karantina mandiri
Dari pada masuk penjara
Dalam ruang yang sempit dan mungkin padat
Sementara di rumah aku bebas memilih duniaku
Belajar sejarah dari buku-buku
Belajar dan mengajari anak-anak tentang
Bagaimana beretika dan bercengkerama
Dengan televisi, gadget bahkan laptop

Dalam rumahku sudah Kau sediakan
Masker, sarung tangan dan hand sanitizer
Sudah tersedia juga makanan siap saji
Beras, telor, roti, minyak goreng serta bumbu-bumbu dapur
Menurutku, rumahku sudah bersih
Steril dari virus-virus
Karena aku rutin membersihkan pintu, jendela, lantai dan barang pecah belah

Mungkin ini sudah jalanmu, Tuhan
Agar aku betah di rumah
Menjaga tubuhku dari serangan-serangan
Mungkin ini sudah kehendakmu, Tuhan
Mengajari anak-anakku tentang tata tertib
Mengolah hidup dan kehidupan
Mungkin ini maumu, Tuhan
Menghindar aku dari dunia yang gaduh

Tuhan,
Saat ini aku terkarantina
Tapi aku dapat menari dan menyanyi
Menari tarianMu
Menyanyi nyanyianMu
Jika Kau pinta aku mati
Matilah aku dalam pangkuanMu

06/04/2020


CORONA

Corona, Corona
Kau datang tanpa di undang
Memeluk tubuh musim
Hingga dunia meradang
Menangisi garangmu

Corona, Corona
Virus dalam tubuhmu telah memecah
Bersama angin dan gerak batin
Hidungku mampat
Mulutku merapat
Telapak tanganku kejang
Katakan Corona apa maumu

Corona, Corona
Setiap saat kematian datang
Orang-orang panik
Negara gelisah
Para medis bekerja
Ulama dan pendeta terus berdoa
Tempat ibadah ditutup
Kantor-kantor diliburkan
Oleh karena virusmu, Corona
Kami selalu jaga jarak

Corona, Corona
Telah kami manfaatkan masker
Penutup wajah
Telah kami manfaatkan sarung tangan
Penutup tangan
Disinfektan telah kami buat dan semprotkan
Kami saling menjaga
Buat keamanan kami

Tuhan sudah menegur kita
Dengan cara yang tak biasa
Kumpul dengan keluarga
Bekerja di rumah
Beribadah bersama
Meskipun berjarak
Tapi kami khusyuk

Corona, Corona
Kota kami kini bersih
Gunung dan bukit kian tampak
Tak ada polusi
Tak ada bising mesin
Tak ada hiruk pikuk manusia

Corona, Corona
Sudahlah kita akhiri saja rindu ini
Sebentar lagi datang Ramadan
Pergi kau, Corona
Ini bukan rumahmu
Rumahmu bukan di sini
Pergi jauh Corona
Ke dunia yang tak kusinggahi

11/04/2020
Nanang R. Supriyatin kelahiran Jakarta, 6 Agustus. Menulis puisi, cerita pendek dan esai sastra sejak tahun 1980-an dan dimuat lebih dari 50 media massa. Sudah memiliki buku 7 Antologi Puisi tunggal. Saat ini dipercaya menjadi Dewan Redaksi Tabloid Alinea Baru, di samping itu masih aktif sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).***