Kamis, 09 April 2020

SILIVESTER KIIK CORONA DAN SEBUAH RITUAL DI PERKAMPUNGAN PARA LELUHUR

83.SILIVESTER KIIK

CORONA DAN SEBUAH RITUAL DI PERKAMPUNGAN PARA LELUHUR

Dari sudut perkampungan para leluhur

Sebuah ritual bermantra doa kepada Sang Pencipta

Melalui tetesan darah ayam merah

Tembok penahan membentang dari pantai ke gunung

Dari lembah-lembah yang menganga

Dan dari tanah ke cakrawala saling menatap

Melenyapkan penderitaan (Corona) di tempat kehidupan ini

Naiklah nakhodamu untuk pulang pada ketiadaan

Sebab kami tak lagi sanggup menatap kehadiranmu

Jangan lingkar persahabatan ini menjadi renggang

Dan jangan merampas hak Tuhan untuk mencabut nyawa kami

Sebab tiada pengampunan bagimu di kerajaanNya

Apa kesalahan dunia ini hingga kau begitu egois?

Membuat semuanya harus berdiam diri

Tanpa genggaman tangan

Dan kami bagai anak yatim piatu yang berdiam diri dalam kesedihan

Lepaskan kami untuk terus bernapas

Biarkan anak-anak kami kembali menatap jejak perjalanannya

Biarkan pergumulan kami di tempat-tempat ibadah terjadi lagi

Sebab kami telah berseru dengan damai

Untukmu pulanglah

Atambua, 07 April 2020







MENGENANG TUHAN DALAM TANGAN CORONA

Tuhan, pada keagunganMu

Lilin-lilin kecil ini tetap bernyala dalam kamar

Untuk mengenangMu dalam sebait doa yang sederhana dan tetesan air mata

Aku berseru padaMu: berilah kekuatan kepada hamba-hambaMu

Untuk selamat dari ancaman Corona ini

Sebab aku tidak paham maksudnya

Dan hanya padaMu aku berharap

Tuhan, ribuan nyawa telah tiada

Apa salah dan dosa mereka?

Sebab aku tidak mampu menjelaskannya padaMu

Bagaimana dengan jiwa mereka?

Semoga ada kediaman yang tenang dalam kerajaanMu

Tuhan, Engkau sendiri yang mengetahuinya

Ke dalam tanganMu yang mulia aku serahkan peristiwa yang sedang terjadi ini

Atambua, 07 April 2020

TANGISAN IBU PERTIWI

Ibu pertiwi dalam pangkuan pilu

Menatap ruang-ruang yang kini menjadi hampa

Di isi oleh penderitaan

Air mata

Kelaparan

Dan masih banyak lagi yang mengantri

Wajahmu kini mengerut oleh amarah-amarah duniawi

Atap rumahmu diganti dengan berbagai dosa

Bahkan yang lainnya sedang sibuk menenun ketidakpedulian padamu

Jika peristiwa-peristiwa yang terjadi saat ini adalah teguranmu

Beri kami waktu untuk membenah diri

Sebab air matamu adalah sebuah anugerah terindah

Atambua, 07 April 2020


Silivester Kiik, lahir di sebuah Desa terpencil yang jauh dari pusat hiruk-pikuk suara keramain yakni Bani-Bani (Tunmat) Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka pada tanggal 14 September 1987. Saat ini tinggal di Kota Perbatasan RI-RDTL (Atambua-Belu-NTT). Beberapa buku antologi yang telah hadir di tangan para pembaca yakni: Antologi Puisi: “Sepotong Hati yang Terluka, Tetes Embun Masa Lalu, Seutas Memori dalam Aksara, Warna-Warni Aksara (Jilid II), Laki-Laki Perkasa yang Tak Pernah Menangis, Diam yang Bersuara, Prelude, Romantisme Perahu Kertas, Montase Kenangan, Berapi, Pucuk-Pucuk Harapan, Bercengkerama di Musim Rindu, Topeng Jiwa, Sepasang Tangan yang Terpasung, Sajak-Sajak Penaku dan yang Bersemayam dalam Diri, Segelintir Kesucian, Selamat Datang Mas Nadiem: Gagasan Literasi Maju untuk Menteri Baru), dan Amor”. Karya-karya lain juga hadir melalui media cetak maupun online. Selain itu, penulis bersama teman-teman penggiat Relawan Literasi Belu mendirikan sebuah komunitas yang dinamakan dengan “Komunitas Pensil”. Komunitas ini terbentuk dengan tujuan memberikan nuansa baru dalam menumbuh dan mengembangkan kreativitas dan minat baca anak-anak di wilayah perbatasan Kabupaten Belu-NTT dengan menyediakan bahan-bahan bacaan. Penulis dapat dihubungi melalui via Email: kiiksilivester@gmail.com; Instagram: @silivester_kiik; Facebook: @Silivester Kiik, @Pecinta Sastra dan Budaya Lokal; Twitter: @kiik_silivester; dan Handphone/WA: +6285239940460.