Sami’an Adib
Membaca
Ulang Puisimu
Entah
mengapa aku selalu merinding setiap membaca ulang puisimu
tentang
kanibal di sekitar kita
:negeri
ini dipenuhi lelaki kanibal
rakus
memangsa anak gadisnya
padahal
aku tak pernah yakin hal itu ada
Entah
mengapa hatiku selalu teriris setiap membaca ulang puisimu
tentang
robohnya nurani para kesatria pemangku negeri
:dengan
dalih kemakmuran bersama
jutaan
kubik pasir terus-menerus digerus
dikirim
untuk reklamasi pantai negara tetangga
meski
belum habis bumi ini terkikis
tapi
perlahan teritorial hidup kita terpangkas
padahal
tak pernah terkalkulasi dalam ritus niagaku
Entah
mengapa hatiku selalu tersayat setiap membaca ulang puisimu
tentang
sebentang negeri yang tergadai
:para
cukong berlidah lihai
menjajakan
pesona alam
beserta
jengkal-jengkal tanahnya
kaum
pribumi terusir dari pukau pulau rintisan leluhurnya
menjadi
manusia perahu
hidup
terempas di rentang pasang gelombang
padahal
tak pernah terbenak dalam tafakur sosialku
Entah
mengapa bopeng wajah negeriku tak hilang-hilang
meski
telah mencoba bersolek berulang-ulang
barangkali
sudah terlalu kronis
atau
memang sengaja tak digubris
Jember,
2015-2017