Edi Pramono
Mak,
Siapa Yang Merdeka
Mak, kau lihat berita di
tv semalam?
ahh, aku lupa
seminggu yang lalu kau
jual tv satu satunya peninggalan bapak
katamu sekarang sudah
tak cukup lagi hasil panen untuk makan
tak sempat lagi kau main
tawar dengan para tengkulak
sebab cicilan sudah
mendesak, tak bisa lagi ditunggak
apalagi di pasar harga
harga tiba tiba membengkak
entah siapa main santet
pada harga
Mak, tv tv menyiarkan
perayaan kemerdekaan
demikian meriah mak
di mana mana suka cita
di mana mana sorak sorai
di mana mana lomba
mungkin mereka lomba
menutupi luka, anakku
begitu katamu
Mak, mungkin kau benar
subsidi dicabuti seperti
ayam hendak disaji
sementara tunjangan
wakil rakyat semakin nggegirisi
berita di mana mana
orang orang susah beli
tapi diam diam gaji
presiden melonjak tinggi
katanya ekonomi sedang
meroket, Mak
tapi ada yang bilang,
bbm untuk roketnya tak
bisa dibeli
luka sudah menganga di
mana mana, anakku
begitu katamu
mungkin kau benar, Mak
hukum sudah tidak
perduli keadilan
yang berkawan dibela
mati matian, meski harus merusak tatanan
yang berlawan dihabisi
edan edanan, meski harus bermain tipuan
kekuasaan tak ubahnya
preman jalanan
dan orang orang kecil
adalah kelinci percobaan
katanya kita merdeka,
Mak, orang orang berteriak merdeka
ahh, tetap saja kita
bersimbah luka
entah siapa yang merdeka
Jogja, 31 Agustus 2017
Edi Pramono , Sebagian
sajak-sajaknya terbit di antologi bersama: Dari Sragen Memandang Indonesia, Puisi Menolak Korupsi Jilid II, Habis Gelap Terbitlah Sajak, Ensiklopegila Koruptor, Memo
Untuk Wakil Rakyat, Memo Anti
Terorisme, Memo Anti Kekerasan
Terhadap Anak (MAKTA), Madah
Merdu Kamadhatu, Antologi 66
Penyair Teras Puisi. Pengajar
Bahasa & Sastra Inggris pada Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas
Teknologi Yogyakarta (UTY)
Aktif
menulis puisi. Tinggal di dusun Karanganom, Maguwoharjo, Yogyakarta