Roymon
Lemosol
Menggugat Tuhan
mengapa
redupkan pelita di tengah kegelapan
ketika
setan-setan mulai kepayahan
menghadapi
deras gelombang cahaya
sedang
api yang menjarah hutan-hutan
dan
asap yang mengaburkan kekayaan
kau
biarka merambah perkantoran
dan
pusat-pusat pemerintahan
juga
gedung-gedung dewan
melahap
habis kejujuran, keadilan
dan
keberihakan pada kaum jelata
maka
kita tetap hidup dalam tirai kemiskinan
mengeram
hutang di kepak sayap burung-burung kapitalis
yang
sok humanis
jadilah
kita segolongan angsa
kehausan
di tengah telaga
Ambon, 31 Agustus 2017
Roymon Lemosol, dilahirkan di Lumoli Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku
pada tanggal 24 Agustus 1971. Sejak kecil sudah menyukai puisi. Karya-karyanya
pernah menghiasi halaman sejumlah media lokal dan nasional, antara lain,
majalah Fuly, Assau, Lombok Post, Suara NTB,
Koran Seputar Indonesia, Harian Umum Media Indonesia, cecephari.com dan
lain-lain. Sebagian lagi termaktub dalam beberapa buku antologi bersama, antara
lain : Biarkan Katong Bakalae (Kantor Bahasa Maluku 2013), Puisi
Menolak Korupsi Jilid 4 (Forum Sastra Surakarta 2015), Memo Untuk Wakil
Rakyat (Forum Sastra Surakarta 2015). Memo Anti Terorisme (Forum
Sastra Surakarta 2016), Ije Jela (Pustaka Senja 2016), Memo Anti
Kekerasan Terhadap Anak (Forum Sastra Surakarta, 2016), Nyanyian Puisi
Untuk Ane Matahari (Imaji Indonesia 2017). Bunga Rampai PMK Bergerak
Dengan Nurani (Forum Sastra Surakarta 2017), Akar Cinta Tanah Air (Penerbit
D3M Kail Tangerang, 2017), Dari Loksado Untuk Indonesia (Loksado
Writers, 2017), Puisi Menolak Korupsi 6 (Forum Sastra Surakarta,
2017). Masih Ada Bulan Yang Akan Bersinar (D3M Kail Tangerang,
2017), dan Mazhab Rindu (Harazi, 2017). Bersama penyair lainnya, Roymon
berperan aktif menggerakkan gairah sastra di Maluku. Saat ini ia bekerja
sebagai guru di SMA Negeri 4 Ambon.