Marthen Luther Reasoa
Doa dan Ketukan Pintu
Aku hidup di depan
banyak pintu, dengan satu tangan untuk mengetuk
aku mengetuk dan
mengetuk, namun pintu tetap tertutup
di dalamnya, ribuan
pejabat pemerintahan terlalu sibuk mencatat dan lupa membuka pintu
hingga bau korupsi juga
nepotisme menjalar di disepanjang dinding dan lantai mereka
kantor ibarat rumah
tangga, seperti keluarga cendana
bapak dan ibu tidur di
satu kamar dengan nyenyak
dan lupa pada anak-anak
yang gelisah sepanjang malam,
menanti kasih sayang itu
terbuka dari pintu kamar
Pejabat-pejabat terlihat
megah, jas dan dasi mengkilap hiasi tubuh mereka
namun rakyat penuh
derita
Rakyat itu berteriak di
depan pintu, dengan air mata di mangkuk tanpa nasi
sedang bapak dan ibu
negara hanya sibuk bercerita
di antara suara-suara
kelaparan dan kesusahan yang merembes melalui dinding
Pada tembok-tembok kota,
ibu kami terus mendoakan pemerintah
kepada Tuhan yang ada di
balik pintu, doa terantuk pada gagang pintu
sedang pada jalan di
pingir-pinggir kota, mulut-mulut asyik tertawa
mereka menganggap lucu
suara ketukan di depan pintu
seperti suara kucing
kelaparan orang-orang saling merobek tulang
sementara para pejabat
melahap daging hingga keluar bau badan
meski disemprot
deodorant, bau mereka tetap saja menyengat
Ibarat bau kambing yang
menempel pada tubuh laki-laki pencuri
busuk dan menjalar ke
mana-mana diterbangkan angin
hingga mengendap
diselangkangan
menjadi daki
Kasihan kami yang tak
punya kunci
tak punya apapun selain
doa dan ketukan di depan pintu
Biodata
Marthen Luther Reasoa, lahir di Saparua, 31 Oktober 1988 tinggal di Ambon