Bhara Martilla Rully
Ardian
Gantung Diri!
Pagut
pagut itu tak kunjung susut,
membuat
lekas lekas menjadi memburu waktu yang cepat lepas,
aku
di keranjang sampah masa depan, berenang!
Mayat
mayat riwayat tak mengumat, tak sempat!
Esok
itu sejarah menderu, konsonansi pergerakan perubahan, memekik!
Kemarin
itu mimpi, anjing tidur di kolong alasan keladi, menari!
Emak!,
aku di puncak payudara bumi, berenang!, di punting menari bersama celeng.
Emak?,
aku di lembah, di dubur tabiat!, berdoa bersama segerombol mani.
Bapak?,
apa itu emak?. Lalu di mana kasihku pak?,
tidak
punyakah aku sandaran kepastian?
Pak,
emak, aku seharusnya punya kenangan,
semestinya
punya riwayat,
setidaknya
tape compo bobrok itu pernah merekamku sebelum mati.
Lihat!,
Hebat Pak, Mak, aku punya cucu!
Dia
tidur pulas di khayalan buruh,
siang
itu dia menyeka keringatku,
aku
siap berpeluh di pabrik milik para pelit itu Pak!
gantung
diri!