Amrin Moha
Sajak Tempat Tinggal
Aku
berdiri di tanah legenda
Menengadah
menahan amarah
Menggigit
mulai sempit
Tanahku
rimbun ladang keserakahan
Persembahan
para penguasa pembangunan
Taman
bermain
tempat
ibadah
Ditutupi
jaring-jaring kabel
Tanah
legenda yang malang
Ceritamu
digerus cerita hayal
Krisis
moral membanggakan bangsa
Usia
muda lebih manja dan sok tua
“Anak-anak
kebanyakan nonton”
Seru
Orang tua dalam batin
Kita
sudah terlupakan lebih cepat
Sejarah-sejarah
sulit didengar dan diceritakan
Semuanya
dilindas atas nama moralitas
Aku
masih berdiri di tanah legenda
Terlalu
banyak noda di jari-jari modernisasi
Mimpi-mimpi
hanya masuk penampungan
Senyum-senyum
ramah diperjualbelikan
Air
mata jadi sarapan
Bahasa-bahasa
mulai sulit di terjemahkan
Duduk
di tanah legenda
Orang-orang
miskin di jalanan
Mengangkat
tangan bernyanyi sumbang
Anak-anak
Orang
tua
Mengadu
nasib dalam pergulatan jaman
Karena
diledek mimpi dan ditinggalkan
Hidup
di tanah legenda
Antara
martabat perjuangan bangsa
Dan
tuntutan memanjakan dunia
Waktu
melaju lebih cepat mendera
Berakhir
sengsara atau terhina
Aku
merindukan keajaiban pancasila.
Cirebon,
dalam bingkai Agustus 2017
AMRIN
MOHA, Lahir di Karangampel Indramayu dan lulus dari Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNWIR
Indramayu. Puisi-puisi dimuat di Harian Radar Cirebon (Jawa Pos Group).
Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (2014), Antologi Pusi Penyair
Indonesia Bertema Margasatwa (2016), Antologi Bersama Moratorium Senja (2016),
Antologi Bersama Kolaborasi Karya (2016), Antologi Bersama Di Balik Tulisanku
Aku Bercerita (2016), Antologi Bersama Di Balik Jendela Demokrasi (2016),
Antologi Bersama Satu Nusa Satu bangsa (2016), Antologi Bersama Sajak Pujangga
Negeri (2016), Antologi Negeri yang Terluka (2016). Antologi bersama Rasa
Sejati (2017), Antologi Bersama Tadarus Puisi (2017). Tinggal di Desa Sampiran
Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon dan menjadi jurnalis media elektronik.