M I Firdaus
DUKA KITA
Sang surya terbit
Ubin-ubin bergetar
Mawar layu, enggan lagi mekar.
Terlihat bocah kehausan
menyedot embun fajar
dalam matanya terlihat samudera ketakutan,
ketiadaannya masa depan.
Lantas apa yang bisa ia bayangkan?
Bertanya pada kesedihan tanah air
mengapa dunia mengemut nisan?
Tetapi jawabannya terkubur dalam argumen orang pintar.
yang ada di atas mimbar
yang ada di meja bundar
yang ada di kamera tv orang kekar
yang ada di air comberan!
Di mana kita bisa tidur? Sedangkan kebohongan itu selalu ada: dimana-mana!
Di bawah atap-atap emas
Surat-surat keluhan dibaca sambil tertawa
sambil memakan daging-daging saudara.
Berduka kita kini di sini,
ketika bayangan mengikat kita di kelam sunyi
tanpa musik klasik dan sebuah dasi.
Berduka kita kini di sini,
saat lihat bocah compang-camping
main kejaran dengan trotoar.
Berduka kita kini di sini,
melihat politik-politik negeri dianggap remeh
bagai dongeng sebelum tidur orang-orang di kardus usang.
Dalam buku-buku pelajaran
terdengar sayup-sayup kata: Apa arti tut wuri handayani?
Jika guru hanya ingin menerima gaji
bukan mengabdi!
Di jalanan, orang miskin bergelantungan
di spanduk pemilu dan visi misi.
Berduka kita kini di sini,
dianggap ilegal di negeri sendiri.
Bogor, 24 Agustus 2017
Mohammad Ikhsan Firdaus
Nama Pena : M I Firdaus
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 30 Oktober 2002
Sekolah : SMAN 1 MEGAMENDUNG
Karya : Puisi, Anekdot, Dan Haiku
DUKA KITA
Sang surya terbit
Ubin-ubin bergetar
Mawar layu, enggan lagi mekar.
Terlihat bocah kehausan
menyedot embun fajar
dalam matanya terlihat samudera ketakutan,
ketiadaannya masa depan.
Lantas apa yang bisa ia bayangkan?
Bertanya pada kesedihan tanah air
mengapa dunia mengemut nisan?
Tetapi jawabannya terkubur dalam argumen orang pintar.
yang ada di atas mimbar
yang ada di meja bundar
yang ada di kamera tv orang kekar
yang ada di air comberan!
Di mana kita bisa tidur? Sedangkan kebohongan itu selalu ada: dimana-mana!
Di bawah atap-atap emas
Surat-surat keluhan dibaca sambil tertawa
sambil memakan daging-daging saudara.
Berduka kita kini di sini,
ketika bayangan mengikat kita di kelam sunyi
tanpa musik klasik dan sebuah dasi.
Berduka kita kini di sini,
saat lihat bocah compang-camping
main kejaran dengan trotoar.
Berduka kita kini di sini,
melihat politik-politik negeri dianggap remeh
bagai dongeng sebelum tidur orang-orang di kardus usang.
Dalam buku-buku pelajaran
terdengar sayup-sayup kata: Apa arti tut wuri handayani?
Jika guru hanya ingin menerima gaji
bukan mengabdi!
Di jalanan, orang miskin bergelantungan
di spanduk pemilu dan visi misi.
Berduka kita kini di sini,
dianggap ilegal di negeri sendiri.
Bogor, 24 Agustus 2017
Mohammad Ikhsan Firdaus
Nama Pena : M I Firdaus
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 30 Oktober 2002
Sekolah : SMAN 1 MEGAMENDUNG
Karya : Puisi, Anekdot, Dan Haiku