Sajian nasional informasi ilmu pengetahuan dan teknologi ,informasi umum, informasi pendidikan dan budaya.
Laman
- REDAKSI
- Berita Hari Ini
- Daftar Propinsi di Indonesia
- Daftar Negara-negara di Dunia
- Sastrawan Indonesia
- Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
- Kumpulan Syair Lagu Keroncong
- Perguruan Tinggi Islam Negeri di Indonesia
- Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kementerian
- Daftar Penerima Nobel
- Daftar Gunung di Indonsia
- Daftar Juara All England
- Daftar Juara Thomas Cup
- Daftar Presiden Amerika Serikat
- Daftar Lagu Nasional
- Daftar Sastrawan
- Penyair Tadarus Puisi
Minggu, 24 November 2019
Senin, 18 November 2019
Sabtu, 16 November 2019
Penggusuran di dunia Sastra.
JIka Anda mendengan kata ini, Anda membayangkan penderitaan mereka yang digusur. Dan pada kata "Ganti Rugi" akan melupakan penggusuran itu dan bahkan kegembiraan yang ada.
Sebetulnya penggusuran dan ganti rugi sama-sama memiliki dampak lingkungan yakni memperluas area penguasa dan mempersempit 'sosial kehidupan masyarakat di daerah itu.
Di kalangan ekonomi lemah, kata ganti rugi justru 'diarep-arep tanpa memikirkan dampak,. Sebuah respon masyarakat yang tidak berfikir jauh ke depan. Padahal dengan penggusuran itu ruang gerak kehidupan sosial masyarakat menjadi sempit. Ada yang kehilangan mata pencaharian, bahkan kehilangan budaya di suatu tempat.
Jangan berkata bahwa penggusuran itu untuki memperbaiki lingkungan dan pencegahan banjir. Sebagai contoh kembalikan Jakarta pada 100 tahun lalu, ketika belum banyak gedung megah, Jakarta tidak mengalami banjir berkepanjangan. Ketika hujan lebat datang, satu dua hari sudah surut. Dan Ciliwung tidak pernah disalahkan.
Jadi tetap banjir itu bukan karena masyarakat kecil tetapu karena ulah para penguasa juga dan orang-orang kaya.
Bicara penggusuran, di dunia sastra pun terjadi manakala kekuatan raksasa media dan kekuatan ekonomi si kaya yang mampu menggusur kearifan lokal budaya khusus sastra di Tanah Air ini. Yaitu ketika media koran mulai tersisih. Doeloe penyair memiliki tradisi dimuat di koran sebagai tempat menuangkan karyanya disamping mendapatkan upah honorarium, dan sekarang tradisi ini mulai menurun dratis. Ruang penyaluran karya ini dugusur oleh media elektronik.
Penggusuran pun kembali di dunia sastra yaitu banyak dilalangan pelaku sastra penyair dan sastrawan lainnya yang karena sudah tua tak dapat bertahan dan hilang dari peredaran serta namanya nyaris disebut manakala hilangnya ladang pendapatam kritikus di koran.
(rg bagus warsono, 16-11-19)
Tiga Dara, karya Rg Bagus Warsono
Tiga Dara,
tiga dara anak anak Bali
Dalam kecak di latar pure
menghadang dolar orang orang bule
Tiga dara bola mata
seserius pandang menatap
dua jari ditekuk lalu jarinya mekar
menerkam
Tiga dara dalam alunan
terdengar sayup mengumpulkan orang orang
berhenti dari berjalan
diam dari bicara
tersenyum kagum.
Kemudian Tiga dara dilukis
kali ini bukan Isi dompet bule dan turis lokal
tetapi galery ke galery yg menentukan.
Kalian Tiga dara lokal yg tiba tiba melejit dan menghilang.
Minggu, 10 November 2019
Anisah Menulis Puisi dengan Nuansa Kearifan Lokal
Puisi dengan Nuansa Kearifan Lokal
(sebuah pengantar puisi-puisi Anisah)
Sebuah rekam jejak yang baik bagi seorang penyair daerah dengan karya menasional yaitu melekatkan namanya dengan kondisi tempat tinggalnya. Sebuah teknik pengenalan nama penyair yang kokoh sekokoh dan abadi nama daerahnya.
Banyak orang (penyair) bermimpi bahwa ibukota menjadi corong yang baik popularitas seseorang. Ternyata di masa ini anggapan itu adalah kekeliruan. Justru daerah menjadi pijakan yang baik untuk menuju tangga popularitas nasional. Berikut kita tampilkan puisinya :
Anisah
Candi Borobudur
Berdiri tegak di perut Bukit Menoreh
Penuh pesona
Menggelora
Di hati semua
Wisatawan datang silih berganti
Menimati kemegahan
Warisan nenek moyang yang adi guna
Zaman kebodohan
Zaman kemaksiatan
Terbentang dalam Kamadatu
Melalui proses masyarakat nenuju situasi kebajikan
Akhinya tibalah
Mencapai tahap Arupadatu
Srumbung, November 2019
Anisah
Relief Borobudur
Di tepi hutan
Hiduplah kera dan kerbau
Selalu bersama
Kerjanya
Tapi
Kera nakal
Mengganggu
Menggoda
Selalu
Pada kerbau
Kerbau tidur
Kera pun
Naik ke punggungnya
Lalu
Menarik-narik kupingnya
Kerbau minum
Di sungai
Ekor ditarik kera
Saat merumput
Kera mengambil ranting
Dan
Menusuk
Sang kerbau
Kerbau sabar
Tak hiraukan
Kera nakal
Hingga kera
Penasaran
Mengapa tak ada balasan dari Sang Kerbau
Yaksa datang dan bertanya
Mengapa kerbau
Diam?
Yaksa, kera sahabatku
Ia lemah
Walau nakal
Harus dilindungi
Yaksa menurunkan kera dari punggung
Yaksa
Memberi mantra
Pada sang kerbau
Agar terlindung
Dari
Bahaya
Bencana
Yang mengancam
Borobudur, November 2019
Kearifan lokal yang diangkat dalam puisi-puisi Anisah, seorang pustakawan di sebuah sekolah menengah pertama, yang tekun dibidangnya namun juga jeli melihat sekeliling sebagai sesuatu yang layak dijual. Di daerahnya di lembah Merapi yang berdeklatan dengan Boroibudur dengan nilai-nilai tradisi yang melekat serta budaya masyarakat kampung memapu diketengahkan dalam proses pencariannya sebagai penyair yang tidak saja mampu berbicara lewat puisi tetapi juga mampu memberi warna sastra saat ini dimana nilai-nilai kearifan lokal itu diserap lewat puisi (bersambung)
(sebuah pengantar puisi-puisi Anisah)
Sebuah rekam jejak yang baik bagi seorang penyair daerah dengan karya menasional yaitu melekatkan namanya dengan kondisi tempat tinggalnya. Sebuah teknik pengenalan nama penyair yang kokoh sekokoh dan abadi nama daerahnya.
Banyak orang (penyair) bermimpi bahwa ibukota menjadi corong yang baik popularitas seseorang. Ternyata di masa ini anggapan itu adalah kekeliruan. Justru daerah menjadi pijakan yang baik untuk menuju tangga popularitas nasional. Berikut kita tampilkan puisinya :
Anisah
Candi Borobudur
Berdiri tegak di perut Bukit Menoreh
Penuh pesona
Menggelora
Di hati semua
Wisatawan datang silih berganti
Menimati kemegahan
Warisan nenek moyang yang adi guna
Zaman kebodohan
Zaman kemaksiatan
Terbentang dalam Kamadatu
Melalui proses masyarakat nenuju situasi kebajikan
Akhinya tibalah
Mencapai tahap Arupadatu
Srumbung, November 2019
Anisah
Relief Borobudur
Di tepi hutan
Hiduplah kera dan kerbau
Selalu bersama
Kerjanya
Tapi
Kera nakal
Mengganggu
Menggoda
Selalu
Pada kerbau
Kerbau tidur
Kera pun
Naik ke punggungnya
Lalu
Menarik-narik kupingnya
Kerbau minum
Di sungai
Ekor ditarik kera
Saat merumput
Kera mengambil ranting
Dan
Menusuk
Sang kerbau
Kerbau sabar
Tak hiraukan
Kera nakal
Hingga kera
Penasaran
Mengapa tak ada balasan dari Sang Kerbau
Yaksa datang dan bertanya
Mengapa kerbau
Diam?
Yaksa, kera sahabatku
Ia lemah
Walau nakal
Harus dilindungi
Yaksa menurunkan kera dari punggung
Yaksa
Memberi mantra
Pada sang kerbau
Agar terlindung
Dari
Bahaya
Bencana
Yang mengancam
Borobudur, November 2019
Kearifan lokal yang diangkat dalam puisi-puisi Anisah, seorang pustakawan di sebuah sekolah menengah pertama, yang tekun dibidangnya namun juga jeli melihat sekeliling sebagai sesuatu yang layak dijual. Di daerahnya di lembah Merapi yang berdeklatan dengan Boroibudur dengan nilai-nilai tradisi yang melekat serta budaya masyarakat kampung memapu diketengahkan dalam proses pencariannya sebagai penyair yang tidak saja mampu berbicara lewat puisi tetapi juga mampu memberi warna sastra saat ini dimana nilai-nilai kearifan lokal itu diserap lewat puisi (bersambung)
Bibi dari Chairil Anwar itu Kini Pahlawan Nasional
Roehana Kuddus Bibi dari Chairil Anwar itu Kini Pahlawan Nasional
Hari Pahlawan
Presiden untuk Hari Pahlawan 2019 ini telah menetapkan 6 pahlawan nasional baru , mereka adalah Ruhana Kuddus, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir, DR (HC) MR. A.A Maramis, dan KH. Masjkur.
Dari nama-nama Pahlawan yang baru ditetapkan itu terdapat nama yang telat untuk segera diberikan gelar pahlawan dan juga ada yang juga pahlawan yang pantas diberikan gelar pahlawan namun namun tidak tepat untuk kelayakan sebagai tarap pahlawan nasional.
Sebagaimana yang presiden yang lalu-lalu sejak masa Soeharto penetapan gelar pahlawan selalu bernuansa kepentingan dan politik sang penguasa.
Tiga nama terakhir : Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir, DR (HC) MR. A.A Maramis, dan KH. Masjkur adalah tokoh-tokoh yang tidak diragukan lagi peranannya dalam perjuangan klemerdekaan, meski kadang garis pandangan yang berbeda, namun mereka adalah pejuang nasionalis dan pemerintah terlambat memberikan gelar pahlawa nasional pada mereka bertiga.
Sedang Prof. Dr. M. Sardjito, memanga layak untuk diberikan grelar pahlawan karena peranannya yang kini memiliki pengaruh dampak nasional.
Ruhana Kuddus, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, adalah pahlawan yang jarang disebut dalam kurun waktu 74 th setelah merdeka dan baru kali ini di ketengahkan. Ruhanna Kudus adalah jurnalis di zaman Hindia belanda yang tak lain adalah Bibi dari Chairil Anwar.
Keterlambatan pemberian penghargaan pahlawan nasional hingga 74 tahun setelah kemerdekaan adalah tertutupnya budi hati manusia Indonesia yang mengutamakan kepentingan golongan dan isi perut ketimbang memberi penghargaan.
Masih banyak para pejuang di seluruh Tanah Air ini yang sangat berjasa belum terangkat, namun juga banyak yang terangkat sebagai pahlawan namun poeranannya tidak menasional. (Rg Bagus Warsono, 10-11-19 ayokesekolah.com)
Hari Pahlawan
Presiden untuk Hari Pahlawan 2019 ini telah menetapkan 6 pahlawan nasional baru , mereka adalah Ruhana Kuddus, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir, DR (HC) MR. A.A Maramis, dan KH. Masjkur.
Dari nama-nama Pahlawan yang baru ditetapkan itu terdapat nama yang telat untuk segera diberikan gelar pahlawan dan juga ada yang juga pahlawan yang pantas diberikan gelar pahlawan namun namun tidak tepat untuk kelayakan sebagai tarap pahlawan nasional.
Sebagaimana yang presiden yang lalu-lalu sejak masa Soeharto penetapan gelar pahlawan selalu bernuansa kepentingan dan politik sang penguasa.
Tiga nama terakhir : Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakkir, DR (HC) MR. A.A Maramis, dan KH. Masjkur adalah tokoh-tokoh yang tidak diragukan lagi peranannya dalam perjuangan klemerdekaan, meski kadang garis pandangan yang berbeda, namun mereka adalah pejuang nasionalis dan pemerintah terlambat memberikan gelar pahlawa nasional pada mereka bertiga.
Sedang Prof. Dr. M. Sardjito, memanga layak untuk diberikan grelar pahlawan karena peranannya yang kini memiliki pengaruh dampak nasional.
Ruhana Kuddus, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, adalah pahlawan yang jarang disebut dalam kurun waktu 74 th setelah merdeka dan baru kali ini di ketengahkan. Ruhanna Kudus adalah jurnalis di zaman Hindia belanda yang tak lain adalah Bibi dari Chairil Anwar.
Keterlambatan pemberian penghargaan pahlawan nasional hingga 74 tahun setelah kemerdekaan adalah tertutupnya budi hati manusia Indonesia yang mengutamakan kepentingan golongan dan isi perut ketimbang memberi penghargaan.
Masih banyak para pejuang di seluruh Tanah Air ini yang sangat berjasa belum terangkat, namun juga banyak yang terangkat sebagai pahlawan namun poeranannya tidak menasional. (Rg Bagus Warsono, 10-11-19 ayokesekolah.com)
Senin, 28 Oktober 2019
Lumbung Puisi slalu mempopulairkan Buku.
Dalam berbagai kesempatan Lumbung Puisi slalu mempopulairkan Buku. Seperti dalam kesempatan kunjungan ke SDN Setiamekar 01 Tambun Selatan pada 25 Oktober 2019 kemarin, literasi untuk semua . Tampak Kepala SDN Setia Mekar 01 Tambun Selatan Bapak Taufan, SPd. menerima cindera mata dari Lumbung Puisi.
Sabtu, 26 Oktober 2019
Penyair Cantik dengan Karya Cantik
Penyair Cantik dng Karya Cantik Pertama di Indonesia antologi terindah karya sastrawan perempuan yg dirangkum oleh Rg Bagus Warsono, kurator ternama Indonesia saat ini.
Himpunan Masyarakat Gemar Membaca di Dokumentasi sastra Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia merekomendasikan Penyair Cantik dengan Karya Cantik , antologi yang mengundang kontrofersi jagat sastra terkini, dengan sarat kritik dan kecaman namun tetap menawan. dirangkum oleh kurator sastra Indonesia ternama Rg Bagus Warsono.
Selalu dengan mengagetkan menggegerkan menerjang merangsang minat baca, unggul di tengah ribuan antologi dan menggores sejarah sastra Indonesia seakan ratu antologi. Membawa pembaharu sastra khusus puisi modern. Hadir dikala kelesuan kreatifitas mutu. Ia Penyair Cantik dengan Karya Cantik karya Penyair Cantik Indonesia saat ini. Menggegerkan di penghujung 2019 . Melenggang dengan tanpa saing sebab pertama di Indonesia. Penyair Cantik dengan Karya Cantik menghadirkan 24 perempuan penyair cantik yang membuat sentimen dan kecemburuan sastra.
Himpunan Masyarakat Gemar Membaca di Dokumentasi sastra Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia merekomendasikan Penyair Cantik dengan Karya Cantik , antologi yang mengundang kontrofersi jagat sastra terkini, dengan sarat kritik dan kecaman namun tetap menawan. dirangkum oleh kurator sastra Indonesia ternama Rg Bagus Warsono.
Selalu dengan mengagetkan menggegerkan menerjang merangsang minat baca, unggul di tengah ribuan antologi dan menggores sejarah sastra Indonesia seakan ratu antologi. Membawa pembaharu sastra khusus puisi modern. Hadir dikala kelesuan kreatifitas mutu. Ia Penyair Cantik dengan Karya Cantik karya Penyair Cantik Indonesia saat ini. Menggegerkan di penghujung 2019 . Melenggang dengan tanpa saing sebab pertama di Indonesia. Penyair Cantik dengan Karya Cantik menghadirkan 24 perempuan penyair cantik yang membuat sentimen dan kecemburuan sastra.
Pengumuman : Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM) Indonesia memberikan penghargaan dan merekomendasikan Penyair/Sastrawan berupa Anugerah Sastra
Pengumuman : Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Himpunan Masyarakat Gemar Membaca (HMGM) Indonesia memberikan penghargaan dan merekomendasikan Penyair/Sastrawan berupa Anugerah Sastra tersebut dibawah ini dengan ditandatangani oleh penyair Angkatan 66
dengan Pertimbangan Mas Eko Tunas dengan syarat sbb:
Memiliki antologi tunggal yang telah diterbitkan dan disimpan di lembaga Perpustakaan mana pun di indonesia termasuk Lumbung Puisi.
Menghubungi lewat pesan fb ke Rg Bagus Warsono, dan untuk mendapat pertimbangan dan keputusan layak tidaknhya sebagai penerima penghargaan.
Apabila dipandang layak , Membayar persyaratan Administrasi sebesar Rp. 250.000 rupiah (diantaranya untuk pengiriman penghargaan /anugerah sastra)
Anugerah disesuaikan dengan usia dan reputasi sastra yang ditentukan oleh lumbung Puisi. (memilih poin berikut di bawah ini)
Penganugerahan dapat diacarakan sesuai kebutuhan.
Bagi yang berminat dapat menghubungi gus.warsono@gmail.com atau inbok pesan fb Rg Bagus wararsono.
1.Brahmana Sastra Kawi, adalah penyair penjaga tradisi nusantara.Ciri-ciri Penyair ini menulis tentang tradisi budaya nusantara dan menulis dengan menggnakan bahasa daerah sebagai menjaga tradisi. Jawaban akan disampaikan setelah kami mengadakan riset.
2.Jakautama Sastra Pratama: adalah penyair dibawah usia 40 th.
3.Brahmana Kembara: adalah penyair yang suka berkelana mengembara , tidak menentu tempat tinggalnya.
4.Emputama Sastracahya Nagari: adalah penyair dengan karya menasional.
5.Darasastra Pratami, adalah penyair remaja putri/ dibawah usia 40 th.
6.Mahasastra Utama, adalah penyair sepuh diatas 70 th yg masih hidup.Penyair ini utamanya sudah sepuh artinya yang sudah berusia diatas 60 th. Penyair sepuh adalah penyair yang khawentar dengan kebijaksanaan yang cukup.
7.Satriasastra Rimbawan Nagari : adalah penyair pinggiran yg sengaja mengucilkan diri. Sastrawan atau penyair dengan sebutan Satriasastrarimbawannagari adalah penyair yang bertapa penyendiri dalam arti mengucilkan diri tak tampak di khalayak umum.
8. Pujangga Pustaka Nagari : Orang yang berkecipung dalam mengelola perpustakaan (pustakawan) baik untuk pribadi sebagai dokumentasi maupun perpustakaan untuk dibaca umum.
dengan Pertimbangan Mas Eko Tunas dengan syarat sbb:
Memiliki antologi tunggal yang telah diterbitkan dan disimpan di lembaga Perpustakaan mana pun di indonesia termasuk Lumbung Puisi.
Menghubungi lewat pesan fb ke Rg Bagus Warsono, dan untuk mendapat pertimbangan dan keputusan layak tidaknhya sebagai penerima penghargaan.
Apabila dipandang layak , Membayar persyaratan Administrasi sebesar Rp. 250.000 rupiah (diantaranya untuk pengiriman penghargaan /anugerah sastra)
Anugerah disesuaikan dengan usia dan reputasi sastra yang ditentukan oleh lumbung Puisi. (memilih poin berikut di bawah ini)
Penganugerahan dapat diacarakan sesuai kebutuhan.
Bagi yang berminat dapat menghubungi gus.warsono@gmail.com atau inbok pesan fb Rg Bagus wararsono.
1.Brahmana Sastra Kawi, adalah penyair penjaga tradisi nusantara.Ciri-ciri Penyair ini menulis tentang tradisi budaya nusantara dan menulis dengan menggnakan bahasa daerah sebagai menjaga tradisi. Jawaban akan disampaikan setelah kami mengadakan riset.
2.Jakautama Sastra Pratama: adalah penyair dibawah usia 40 th.
3.Brahmana Kembara: adalah penyair yang suka berkelana mengembara , tidak menentu tempat tinggalnya.
4.Emputama Sastracahya Nagari: adalah penyair dengan karya menasional.
5.Darasastra Pratami, adalah penyair remaja putri/ dibawah usia 40 th.
6.Mahasastra Utama, adalah penyair sepuh diatas 70 th yg masih hidup.Penyair ini utamanya sudah sepuh artinya yang sudah berusia diatas 60 th. Penyair sepuh adalah penyair yang khawentar dengan kebijaksanaan yang cukup.
7.Satriasastra Rimbawan Nagari : adalah penyair pinggiran yg sengaja mengucilkan diri. Sastrawan atau penyair dengan sebutan Satriasastrarimbawannagari adalah penyair yang bertapa penyendiri dalam arti mengucilkan diri tak tampak di khalayak umum.
8. Pujangga Pustaka Nagari : Orang yang berkecipung dalam mengelola perpustakaan (pustakawan) baik untuk pribadi sebagai dokumentasi maupun perpustakaan untuk dibaca umum.
Rabu, 16 Oktober 2019
Sarapan pagi, Karatan
Sarapan pagi,
Karatan
Karat merupakan hasil korosi, yaitu oksidasi suatu logam. Besi yang mengalami korosi membentuk karat. Semakin banyak karat pada besi semakin berubah bentuk aslinya.
Demikian pada manusia juga, orang berpengalaman akan berciri-ciri 'karatan. Ada proses elektrokimia yang terjadi pada manusia dimana tubuh yang makin renta bertindak sebagai pe-reduksi dan alam sebagai oksigennya.
Sehingga karatan itu tampak pada rambut, kulit , gigi dan organ tubuh lainnya. Semikian 'karatan berarti semakij banyak perubahan yang terjadi terus menerus. Seorang penyair terus berproses hingga 'karatan dan terus-menerus memiliki perubahan dalam proses itu. Semakin banyak karatan (perubahan) semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Pada gilirannya karatan itu membentuk perubahan dan jati diri.
Setelah karatan biasanya orang mulai 'memperbaiki. Memperbaiki kekurangan dan kelemahan sehingga semakin matang. Kemudian dari hasil perbaikan itu tampak betapa aslinya sangat kuat dan tangguh seperti mobil CJ 7 buatan Amerika. Jadi terus saja berproses lama-lama pun akan karatan seperti mobil Jeep. (rg bagus warsono)
Karatan
Karat merupakan hasil korosi, yaitu oksidasi suatu logam. Besi yang mengalami korosi membentuk karat. Semakin banyak karat pada besi semakin berubah bentuk aslinya.
Demikian pada manusia juga, orang berpengalaman akan berciri-ciri 'karatan. Ada proses elektrokimia yang terjadi pada manusia dimana tubuh yang makin renta bertindak sebagai pe-reduksi dan alam sebagai oksigennya.
Sehingga karatan itu tampak pada rambut, kulit , gigi dan organ tubuh lainnya. Semikian 'karatan berarti semakij banyak perubahan yang terjadi terus menerus. Seorang penyair terus berproses hingga 'karatan dan terus-menerus memiliki perubahan dalam proses itu. Semakin banyak karatan (perubahan) semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Pada gilirannya karatan itu membentuk perubahan dan jati diri.
Setelah karatan biasanya orang mulai 'memperbaiki. Memperbaiki kekurangan dan kelemahan sehingga semakin matang. Kemudian dari hasil perbaikan itu tampak betapa aslinya sangat kuat dan tangguh seperti mobil CJ 7 buatan Amerika. Jadi terus saja berproses lama-lama pun akan karatan seperti mobil Jeep. (rg bagus warsono)
Kecandak karya Rg Bagus Warsono
Kecandak
Tak peduli kau sering tirakat
Sehingga wajahmu tampak bersih tersiram air pagi hari
bajumu sopan
ucapanmu penuh petuah
kudamu sederhana
dan kau tampak sedikit dermawan
Dini hari tadi
senyummu yang lugu menjadi palsu
Mukamu yang jernih menjadi wajah raksasa
mulutmu yang penuh petuah tersumpal lakban
kau tak lagi memberi karena ingin diberi belas kasih
Bajumu kini tak berkrah lagi.
Kau tikus yang diburu anggora penjaga malam
dengan kepalsuan sepanjang hidupmu
sanjung dan puja
kini kau 'kecandak oleh laku palsumu yang diawasi anggora penjaga malam.
Indramayu, 14 Oktoner 2019
Tak peduli kau sering tirakat
Sehingga wajahmu tampak bersih tersiram air pagi hari
bajumu sopan
ucapanmu penuh petuah
kudamu sederhana
dan kau tampak sedikit dermawan
Dini hari tadi
senyummu yang lugu menjadi palsu
Mukamu yang jernih menjadi wajah raksasa
mulutmu yang penuh petuah tersumpal lakban
kau tak lagi memberi karena ingin diberi belas kasih
Bajumu kini tak berkrah lagi.
Kau tikus yang diburu anggora penjaga malam
dengan kepalsuan sepanjang hidupmu
sanjung dan puja
kini kau 'kecandak oleh laku palsumu yang diawasi anggora penjaga malam.
Indramayu, 14 Oktoner 2019
Senin, 14 Oktober 2019
Selasa, 08 Oktober 2019
Bunda Ram Karya Bunergis Muryono
Aku tidak tahu apakan Bunda Ram yang dimaksud Mas Yono Bunergis Muryono dalam antologi Bunda Ram (Ratu Ardenareswari Masceti) masih hidup atau telah tiada tetapi buku ini merupakan puisi kekaguman penyair akan tokoh seseorang. Namun bukan berarti tidak merupakan biografi, antologi ini menceritakan banyak hal tentang tokoh itu (Bunda Ram)
Puisi kekaguman bahkan banyak puisi hingga menjadi buku antologi seperi Bunda Ram (Ratu Ardenareswari Masceti) karya Mas Yono Buanergis Muryono bukan barang baru di Indonesia, seperti halnya Chairil Anwar menulis tentang Diponegoro. Namun jika puisi itu begitu banyak sehingga menjadi sebuah antologi seperti Bunda Ram karya Mas Yono Buanergis Muryono adalah sesuatu yang baru karena menjadi sebuah buku utuh antologi. Antologi kekaguman biasa merekam jejak sang tokoh (Bunda Ram) tokoh tersebut tak perlu tokoh nasional atau dunia bisa tokoh yang menurut pandangan penyairnya adalah sososk yang harus ditulis, seperti penulis-penulis Jepang membuat Biografi kakek buyutnya. Yang jelas buku Bunda Ram karya Mas Yono Buanergis Muryono patut diperhitungkan di jajaran antologi nasional dewasa ini.
Untuk membuka tabir secara singkat antologi Bunda Ram harus mebaca utuh satu antologi, namun demikian jika penulisnya, Mas Yono Buanergis Muryono hendak menjelaskan siapa Bunda Ram akan lebih bersahabat dengan calon pembaca. Mungkin juga , kadang teka-teki menjadi modal utama untuk ketertarikan baca. Namun yang jelas siapa Bunda Ram , Mas Yono Buanergis Muryono yang harus menjawabnya ! Atau Anda bisa membaca isi dalam tanda kutip, maka Anda akan menemukan siapa Bunda Ram.
Puisi kekaguman bahkan banyak puisi hingga menjadi buku antologi seperi Bunda Ram (Ratu Ardenareswari Masceti) karya Mas Yono Buanergis Muryono bukan barang baru di Indonesia, seperti halnya Chairil Anwar menulis tentang Diponegoro. Namun jika puisi itu begitu banyak sehingga menjadi sebuah antologi seperti Bunda Ram karya Mas Yono Buanergis Muryono adalah sesuatu yang baru karena menjadi sebuah buku utuh antologi. Antologi kekaguman biasa merekam jejak sang tokoh (Bunda Ram) tokoh tersebut tak perlu tokoh nasional atau dunia bisa tokoh yang menurut pandangan penyairnya adalah sososk yang harus ditulis, seperti penulis-penulis Jepang membuat Biografi kakek buyutnya. Yang jelas buku Bunda Ram karya Mas Yono Buanergis Muryono patut diperhitungkan di jajaran antologi nasional dewasa ini.
Untuk membuka tabir secara singkat antologi Bunda Ram harus mebaca utuh satu antologi, namun demikian jika penulisnya, Mas Yono Buanergis Muryono hendak menjelaskan siapa Bunda Ram akan lebih bersahabat dengan calon pembaca. Mungkin juga , kadang teka-teki menjadi modal utama untuk ketertarikan baca. Namun yang jelas siapa Bunda Ram , Mas Yono Buanergis Muryono yang harus menjawabnya ! Atau Anda bisa membaca isi dalam tanda kutip, maka Anda akan menemukan siapa Bunda Ram.
Bunda Ram
Ratu Ardenareswari Masceti
Karya Bunergis Muryono
Penerbit : Litera, Tulang Bawang Lampung
ISBN : 978-602-5961-35-9
Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia
Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia, Bahan Pengayaan untuk sekolah menengah dan Perguruan Tinggi. karya Rg Bagus Warsono// Buku bagusBuku untuk peganganpelajar / mahasiswa atau guru/dosen .memperkaya wawasan dan pemahaman apresiasi sastra Indonesia.
Sebuah buku Pengayaan bagi siswa sekolah menengah dan mahasiswa atau buku pegangan guru sekolah menengah dan dosen sastra Indonesia sebagai acuan yg memperluas pemahaman . Bahwa sastra Indonesia saat ini ternyata tak sekedar diam dan tak sekedar teriak. Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia karya Rg Bagus Warsono. yang mencatat bahwa ada sesuatu karya penyair Indonesia yg perlu diketengahkan karena karya itu memiliki bobotnya tersendiri dalam sastra Indonesia.
Menanggapi kesan "penyairnya lebih dikenal ketimbang puisinya. Atau dalam kata lain Penyairnya 'lebih dahulu berlari ketimbang antologinya, Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia, jawabnya. Memotret puisi indah itu selera pemotret, Tetapi Rg Bagus Warsono berusaha agar potret itu diterima sebagai kenang2an di zaman modern spt sekarang ini. Ternyata banyak penyair bagus dengan karya yg layak di catat sebagai penyair sesungguhnya di zaman modern.
Sebuah buku Pengayaan bagi siswa sekolah menengah dan mahasiswa atau buku pegangan guru sekolah menengah dan dosen sastra Indonesia sebagai acuan yg memperluas pemahaman . Bahwa sastra Indonesia saat ini ternyata tak sekedar diam dan tak sekedar teriak. Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia karya Rg Bagus Warsono. yang mencatat bahwa ada sesuatu karya penyair Indonesia yg perlu diketengahkan karena karya itu memiliki bobotnya tersendiri dalam sastra Indonesia.
Menanggapi kesan "penyairnya lebih dikenal ketimbang puisinya. Atau dalam kata lain Penyairnya 'lebih dahulu berlari ketimbang antologinya, Mengenal Puisi Modern Sastrawan Indonesia, jawabnya. Memotret puisi indah itu selera pemotret, Tetapi Rg Bagus Warsono berusaha agar potret itu diterima sebagai kenang2an di zaman modern spt sekarang ini. Ternyata banyak penyair bagus dengan karya yg layak di catat sebagai penyair sesungguhnya di zaman modern.
Penyair dan Pembaca Puisi
Kita mulai dng mengasah kecerdasan. Di Lumbung Puisi Anda harus cerdas agar menjd kuat. Kecerdasan itu didapat dari membaca, pengalaman, dan logika berfikir yang juga dari membaca dan pengalaman.
Unt menjd penyair, yg pertama hiraukan dahulu masalah baca puisi, sbb pembaca puisi dan penyair memiliki perbedaan yg sangat jauh.
Ada penyair baca puisi, ada pembaca puisi membaca puisi, dan ada diluar yd disebutkan itu jg membaca puisi.
Jika memang 3 golongan pembaca puisi (pembaca puisi membaca puisi, penyair membaca puisi, dan yg diluar yang disebutkan membaca puisi) dalam event pertemuan sastrawan maka Anda harus paham dalam perumpamaan lain bahwa " tidak semua juri lomba baca puisi itu pandai membaca puisi."
Jika seseorang piawai mencipta syair puisi dan sekaligus piawai membaca puisi maka ia memiliki multi talenta.
Unt membuktikan seseorang memiliki multi talenta maka kedua produk dr predikat dr subjek ke2nya diuji oleh dua ahli bidang masing2.
Sedangkan Untuk menguji sendiri sejauhmana baca puisi Anda bernas atau tdk, rekam tanpa gambar dan apresiasikan pd orang lain.
Kesimpulannya penyair tak harus piawai membaca puisi dan sebaliknya pembaca puisi tak harus seorang penyair.
Unt menjd penyair, yg pertama hiraukan dahulu masalah baca puisi, sbb pembaca puisi dan penyair memiliki perbedaan yg sangat jauh.
Ada penyair baca puisi, ada pembaca puisi membaca puisi, dan ada diluar yd disebutkan itu jg membaca puisi.
Jika memang 3 golongan pembaca puisi (pembaca puisi membaca puisi, penyair membaca puisi, dan yg diluar yang disebutkan membaca puisi) dalam event pertemuan sastrawan maka Anda harus paham dalam perumpamaan lain bahwa " tidak semua juri lomba baca puisi itu pandai membaca puisi."
Jika seseorang piawai mencipta syair puisi dan sekaligus piawai membaca puisi maka ia memiliki multi talenta.
Unt membuktikan seseorang memiliki multi talenta maka kedua produk dr predikat dr subjek ke2nya diuji oleh dua ahli bidang masing2.
Sedangkan Untuk menguji sendiri sejauhmana baca puisi Anda bernas atau tdk, rekam tanpa gambar dan apresiasikan pd orang lain.
Kesimpulannya penyair tak harus piawai membaca puisi dan sebaliknya pembaca puisi tak harus seorang penyair.
Rabu, 02 Oktober 2019
Rabu, 18 September 2019
Visi Misi Lumbung Puisi
Lumbung Puisi
Visi :Terwujudnya Sastra Indonesia yang terpelihara
Misi :
1.Mengangkat mereka yg berkarya universal.
2.Mengupayakan sastrawan dng karya bermutu tinggi kesulitan mempopulairkan diri.
3. Membantu menerbitkan antologi tunggal bermutu tinggi unt penyair yg kesulitan biaya penerbitan.
4. Menerbitkan antologi bwrsama
5. Menemutunjukan karya membumi dan mempopulairkannya.
6.Meluncurkan buku sastra
7.Menyelenggarakan Kegiatan Literasi
8.Mendokumentasi karya sastra modern.
9.Mengelola Perpustakaan sastra modern.
10. Menggalakan minat baca.
11.Mengundang dan memberi penghargaan kepada mereka sastrawan atas karya mereka pada masyarakat.
Visi :Terwujudnya Sastra Indonesia yang terpelihara
Misi :
1.Mengangkat mereka yg berkarya universal.
2.Mengupayakan sastrawan dng karya bermutu tinggi kesulitan mempopulairkan diri.
3. Membantu menerbitkan antologi tunggal bermutu tinggi unt penyair yg kesulitan biaya penerbitan.
4. Menerbitkan antologi bwrsama
5. Menemutunjukan karya membumi dan mempopulairkannya.
6.Meluncurkan buku sastra
7.Menyelenggarakan Kegiatan Literasi
8.Mendokumentasi karya sastra modern.
9.Mengelola Perpustakaan sastra modern.
10. Menggalakan minat baca.
11.Mengundang dan memberi penghargaan kepada mereka sastrawan atas karya mereka pada masyarakat.
Visi dan Misi Lumbung Puisi
Lumbung Puisi
Visi :Terwujudnya Sastra Indonesia yang terpelihara
Misi :
1.Mengangkat mereka yg berkarya universal.
2.Mengupayakan sastrawan dng karya bermutu tinggi kesulitan mempopulairkan diri.
3. Membantu menerbitkan antologi tunggal bermutu tinggi unt penyair yg kesulitan biaya penerbitan.
4. Menerbitkan antologi bwrsama
5. Menemutunjukan karya membumi dan mempopulairkannya.
6.Meluncurkan buku sastra
7.Menyelenggarakan Kegiatan Literasi
8.Mendokumentasi karya sastra modern.
9.Mengelola Perpustakaan sastra modern.
10. Menggalakan minat baca.
11.Mengundang dan memberi penghargaan kepada mereka sastrawan atas karya mereka pada masyarakat.
Visi :Terwujudnya Sastra Indonesia yang terpelihara
Misi :
1.Mengangkat mereka yg berkarya universal.
2.Mengupayakan sastrawan dng karya bermutu tinggi kesulitan mempopulairkan diri.
3. Membantu menerbitkan antologi tunggal bermutu tinggi unt penyair yg kesulitan biaya penerbitan.
4. Menerbitkan antologi bwrsama
5. Menemutunjukan karya membumi dan mempopulairkannya.
6.Meluncurkan buku sastra
7.Menyelenggarakan Kegiatan Literasi
8.Mendokumentasi karya sastra modern.
9.Mengelola Perpustakaan sastra modern.
10. Menggalakan minat baca.
11.Mengundang dan memberi penghargaan kepada mereka sastrawan atas karya mereka pada masyarakat.
Perempuan Penyair Indonesia Hilda Winar Jiarahi sahabatnya Utuy Tatang Sontani di Moskow
Pada agustus 2019 Perempuan Penyair Indonesia Hilda Winar berkesempatan mendapat undangan di Rusia, Kesempatan ini ia gunakan untuk berjiarah sahabatnya penyair Indonesia Utuy Tatang Sontani di Moskow, berikut ceritanya.
Mitino
Ini pemakaman tak ada bandingannya di tanah air. Kalau kita tanya orang kampung berapa luasnya pasti dijawab segede alaihim!
Iya juga sih, dengkul saya rasa hampir copot berjalan sampai ke ujung jalan. Jauuuuuuh... mentok baru belok kanan menuju blok muslim.
A1 tempat dia berbaring, Utuy Tatang Sontani, seorang sastrawan eksil.
Utuy, karena perubahan iklim politik terpaksa jadi eksil dan terdampar di moskow.
Utuy kelahiran cianjur, seorang sastrawan ternama di masanya. Saya, yang orang minang tapi lama di bandung lalu merasa jadi orang sunda merasa punya hubungan khusus dengan Utuy maka berusaha menziarahinya. Kami sama sama orang Sunda.
Saya pergi ke Rusia di awal agustus, saat luka luka usai pilpres belum kering, hoax bertebar disana sini yang bisa saja menjadi abses dan pecah berdarah darah. Tentu ada rasa takut untuk pergi, takut tak bisa kembali.
Rg Bagus Warsono menyaksikan :
Nun jauh di sana Utuy Tatang Sontani berbaring. Tak ada satu sahabat apalagi rakyat Indonesia menjiarahinya. Jauh jarak jauh kemungkinan. Siapa peduli. Namun Allah Maha Bijaksana , batu nisan itu yg biasa dihinggapi serangga atas kemurahannya mengantarkan sahabatnya unt datang mengunjunginya. Aku lihat Kang Utuy Tatang Sontani tersenyum. Telah kedatangan orang tua Nyai sahabatnya, Hilda Winar, tertatih tatih menemukannya diantara ribuan yg berbaring. (rg bagus warsono)
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Mitino
Ini pemakaman tak ada bandingannya di tanah air. Kalau kita tanya orang kampung berapa luasnya pasti dijawab segede alaihim!
Iya juga sih, dengkul saya rasa hampir copot berjalan sampai ke ujung jalan. Jauuuuuuh... mentok baru belok kanan menuju blok muslim.
A1 tempat dia berbaring, Utuy Tatang Sontani, seorang sastrawan eksil.
Utuy, karena perubahan iklim politik terpaksa jadi eksil dan terdampar di moskow.
Utuy kelahiran cianjur, seorang sastrawan ternama di masanya. Saya, yang orang minang tapi lama di bandung lalu merasa jadi orang sunda merasa punya hubungan khusus dengan Utuy maka berusaha menziarahinya. Kami sama sama orang Sunda.
Saya pergi ke Rusia di awal agustus, saat luka luka usai pilpres belum kering, hoax bertebar disana sini yang bisa saja menjadi abses dan pecah berdarah darah. Tentu ada rasa takut untuk pergi, takut tak bisa kembali.
Rg Bagus Warsono menyaksikan :
Nun jauh di sana Utuy Tatang Sontani berbaring. Tak ada satu sahabat apalagi rakyat Indonesia menjiarahinya. Jauh jarak jauh kemungkinan. Siapa peduli. Namun Allah Maha Bijaksana , batu nisan itu yg biasa dihinggapi serangga atas kemurahannya mengantarkan sahabatnya unt datang mengunjunginya. Aku lihat Kang Utuy Tatang Sontani tersenyum. Telah kedatangan orang tua Nyai sahabatnya, Hilda Winar, tertatih tatih menemukannya diantara ribuan yg berbaring. (rg bagus warsono)
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest
Sabtu, 14 September 2019
Boli Kubaca Kau ada naluri pendidik
Zaeni Boli adalah penyair Indonesia, pergaulannya yang baik membawanya ia sebagai 'keluarga Anne Matahari, tokoh penyair dan seniman musik Bekasi, Boli kecil hidup dengan kerendahan hati sehingga banyak orang suka padanya. Perantauannya di Jakarta tak membuatnya merubah nasib bahkan hidup dengan keprihatinan. Boli ditempa dengan pengalaman-pengalaman kerasnya jakarta, sehingga membuat ia kuat menghadapi keadaan apa saja yang menimpa dirinya. Penyair dengan modal seperti ini membuat ia kaya dengan pengalaman, aku menemukannya di Puisi Menolak Korupsi. Ia juga disayang oleh Sosiawan Leak , tokoh penyair modern Indonesia asal Solo yang terkenal dengan gayanya membacakan puisi. Dari Sosiawan Leak itu Boli semakin kuat dalam membaca puisi. Namun aku melihatnya Boli juga bertipe pendidik. Menjelang 2016 Boli terpanggil untuk membangun daerahnya di Flores Nusa Tenggara Timur, sebuah kota kecil. Emas tetap emas begitu filosofinya , ternyata ia tetap bersinar meski nunjauh di sana. Hampir setiap saat ia mengabari kegiatannya baik di tempat kerjanya yang baru sebagai guru, juga di lingkungan daerahnya. Lambat laun semakin luas dikenal di Flores dan kiprahnya kemudian diakui seluruh seniman di sana. Boli yang ramah dan slalu rendah hati itu menjadi buah bibir masyarakat akan kiprahnya dalam berkesenian khusus bidang sastra. Talentanya dalam berakting memadukan kepenyairannya. Semoga hidupmu berbahagia dan sukses slalu. Tak ada jarak bagi pecinta persahabatan.
Rabu, 11 September 2019
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Candi Michelle
4.
Candi (AS)
Oke, ini salah satu favorit saya :!
*Perubahan* ..
Ketuk Cinta
Pulsa energi
Peningkatan DNA
Setiap sel
Emulses
Meniru jus sukacita
Mukjizat berlimpah
Menerima
Kalibrasi
GETARAN seperti itu
Untuk suara
Menghitung ulang
Untuk Surga
Frekuensi Alam
Penyembuhan
Terima kasih
Memancarkan
Pembebasan
Setelah itu
Kepadamu
Saya Berlutut
Terima kasih
Selalu
Untuk ini
Sangat halus
Mengungkap
Candi (AS)
Oke, ini salah satu favorit saya :!
*Perubahan* ..
Ketuk Cinta
Pulsa energi
Peningkatan DNA
Setiap sel
Emulses
Meniru jus sukacita
Mukjizat berlimpah
Menerima
Kalibrasi
GETARAN seperti itu
Untuk suara
Menghitung ulang
Untuk Surga
Frekuensi Alam
Penyembuhan
Terima kasih
Memancarkan
Pembebasan
Setelah itu
Kepadamu
Saya Berlutut
Terima kasih
Selalu
Untuk ini
Sangat halus
Mengungkap
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Indri Yuswandari
39.
Indri Yuswandari
Kemana Angin
Pada tanah merah dan airmata yang tumpah
kita bertatap memantulkan wajah
seperti bintang dan merjan bertebaran
seperti ayunan pendulum bingkai waktu masa lalu
Entah di hulu sebelah mana kita berada
aroma air laut sangat kental membius ribuan kunang kunang kehilangan cahaya
angin mengendus helaian anak anak rambut berkilau
Entah kemana angin menemu bayangmu
sore kemarau yang membawaku ke pantaimu
kadang nakal memainkan ujung gaun menampakkan noktah kaki perjalanan antar pulau
Kebesaranmu luput dari nama jalan
Kejayaanmu tak tercatat lembar daun lontar
Langit menyaksikan nyala dupa pada doa
Bumi menyimpan persembahan cinta pada mega
Kendal, 01.08.2019
Indri Yuswandari adalah penyair Indonesia asal Kendal Jawa Tengah.
Indri Yuswandari
Kemana Angin
Pada tanah merah dan airmata yang tumpah
kita bertatap memantulkan wajah
seperti bintang dan merjan bertebaran
seperti ayunan pendulum bingkai waktu masa lalu
Entah di hulu sebelah mana kita berada
aroma air laut sangat kental membius ribuan kunang kunang kehilangan cahaya
angin mengendus helaian anak anak rambut berkilau
Entah kemana angin menemu bayangmu
sore kemarau yang membawaku ke pantaimu
kadang nakal memainkan ujung gaun menampakkan noktah kaki perjalanan antar pulau
Kebesaranmu luput dari nama jalan
Kejayaanmu tak tercatat lembar daun lontar
Langit menyaksikan nyala dupa pada doa
Bumi menyimpan persembahan cinta pada mega
Kendal, 01.08.2019
Indri Yuswandari adalah penyair Indonesia asal Kendal Jawa Tengah.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Sanur Keziandari
55.
Sanur Keziandari
Hidangan Pembebasan
Terkadang, ingin kuhirup angin
Di sepanjang malam pesisiran
Sambil kunikmati hangat hidangan
Tiap warung lezat inilah kehidupan
Lontong Cap Go Meh kenyal lezat
Penanda kerja mesti ulet dan kuat
Es Lontrong minuman legendaris
Segarkan kebersamaan yang manis
Rujak Teplak dengan sambal khasnya
Meriahkan rumah dengan sederhana
Semua itu variasi, indah seperti visi
Terlebih bila pelan-pelan kucicipi
Gurih nasi Ponggol atau nasi Langgi
Tetapi dengan harum teh ginastel kopi
Hidupku lengkap selahap menyantap
Firman dahsyat, pengubah negeri hebat
Bandung, Juli 2019
Sanur Keziandari , lahir di Bandung, pada tanggal 27 Maret. Aktif menulis puisi, cerpen, novel dan skenario sejak remaja dan saat aktif di Sanggar Sastra Teater Holistik. Karyanya diterbitkan dalam antologi : Biola Cafe Istana. Sanur pernah Juara Cipta Monolog dalam FL2SN; Pemenang Cipta Cerpen dari LKBN Kompaxindo. Pemenang dalam festival film pendek : Dedaun (2015), Tiang (2016), Hidangan (2016), Juara nasional Cipta Skenario dari APWIA. Karya puisi antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018). Sanur pernah aktif di Saka Dirgantara. Kini Sanur aktif di BJC Ministry, Ada Citra/ Anak Muda Cinta Sastra, Pamisa/ Patria Milenia Sahabat, Sasasi/ Sanggar Sastra Literasi Indonesia.**(SK)**
Sanur Keziandari
Hidangan Pembebasan
Terkadang, ingin kuhirup angin
Di sepanjang malam pesisiran
Sambil kunikmati hangat hidangan
Tiap warung lezat inilah kehidupan
Lontong Cap Go Meh kenyal lezat
Penanda kerja mesti ulet dan kuat
Es Lontrong minuman legendaris
Segarkan kebersamaan yang manis
Rujak Teplak dengan sambal khasnya
Meriahkan rumah dengan sederhana
Semua itu variasi, indah seperti visi
Terlebih bila pelan-pelan kucicipi
Gurih nasi Ponggol atau nasi Langgi
Tetapi dengan harum teh ginastel kopi
Hidupku lengkap selahap menyantap
Firman dahsyat, pengubah negeri hebat
Bandung, Juli 2019
Sanur Keziandari , lahir di Bandung, pada tanggal 27 Maret. Aktif menulis puisi, cerpen, novel dan skenario sejak remaja dan saat aktif di Sanggar Sastra Teater Holistik. Karyanya diterbitkan dalam antologi : Biola Cafe Istana. Sanur pernah Juara Cipta Monolog dalam FL2SN; Pemenang Cipta Cerpen dari LKBN Kompaxindo. Pemenang dalam festival film pendek : Dedaun (2015), Tiang (2016), Hidangan (2016), Juara nasional Cipta Skenario dari APWIA. Karya puisi antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018). Sanur pernah aktif di Saka Dirgantara. Kini Sanur aktif di BJC Ministry, Ada Citra/ Anak Muda Cinta Sastra, Pamisa/ Patria Milenia Sahabat, Sasasi/ Sanggar Sastra Literasi Indonesia.**(SK)**
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Anisah
Anisah
Kemerdekaan
Sang pujangga menapak berat
Tertatih, terseok-seok
Tak kenal lelah
Tak mengenyam kegagalan
Tak menuai keributan
Siap melenggang
Menari-nari di istana kedamaian
Bergoyang di bumi persilatan
Berbondong-bondong mereka memberondong
Menggonggong dengan sejuta nada
Menggantung di titian harapan
Terjerembab dalam lumpur impian
Tak ada yang peduli
Walau kau lapar
Tak ada yang beri kau
Meski hanya kue lumpur
Tetap meratap
Dalam dekapan tangan tersayat
Tak sadar lalu bergetar
Seluruh tubuh berpeluh
Merengkuh buluh-buluh
Senjata yang menggelora di dada mereka
Magelang, Agustus 2019
Anisah, pengajar di madrasah tsanawiyah, menulis laporan dan berita di majalah tahun 2010 sampai 2012. Penyunting buku antologi sastra siswa madrasah tahun 2010 sampai 2014. Menulis puisi di antologi puisi tahun 2017, 2018, 2019.
Kemerdekaan
Sang pujangga menapak berat
Tertatih, terseok-seok
Tak kenal lelah
Tak mengenyam kegagalan
Tak menuai keributan
Siap melenggang
Menari-nari di istana kedamaian
Bergoyang di bumi persilatan
Berbondong-bondong mereka memberondong
Menggonggong dengan sejuta nada
Menggantung di titian harapan
Terjerembab dalam lumpur impian
Tak ada yang peduli
Walau kau lapar
Tak ada yang beri kau
Meski hanya kue lumpur
Tetap meratap
Dalam dekapan tangan tersayat
Tak sadar lalu bergetar
Seluruh tubuh berpeluh
Merengkuh buluh-buluh
Senjata yang menggelora di dada mereka
Magelang, Agustus 2019
Anisah, pengajar di madrasah tsanawiyah, menulis laporan dan berita di majalah tahun 2010 sampai 2012. Penyunting buku antologi sastra siswa madrasah tahun 2010 sampai 2014. Menulis puisi di antologi puisi tahun 2017, 2018, 2019.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Dyah Setyawati
54.
Dyah Setyawati
Indonesia , Kusebut Namamu Tanpa Ragu
lantang kusebut namamu tanpa ragu
semenjak mengenal air susu ibu
hingga fasih mengeja dan melafalkannya
sebagai tanah airku
bersama langit biru
laut rindu
rimba waktu
nyaman dalam dekapmu
Indonesia,kusebut namamu tanpa ragu
meski kuyu wajahmu
mencerminkan letih onani anak negri
tentang korupsi
hukum yang diplesetkan
menjadi tontonan abad ini
lalu lugas lidahku menyeru
sebelum kelu
sikaaaaaat
jangan kau loyo
lantaran ulah sontoloyo
tetap perkasa menjadi Indonesiaku
tanah air,zamrud khatulistiwa
penuh cinta aku memikirmu
bagaimana cara mendendangkannya
pada anak cucu
agar mereka lebih baik dari moyangnya
menjaga citra bangsa serta mengharuskannya
Indonesia
dalam sunyi sujudku
kubidikkan panah pinta
pada yang maha luput dari gilasan masa
akan ketentraman bangsa
cinta dan banggaku padamu
Indonesia
1Agust 2019
Dyah Setyawati
Indonesia , Kusebut Namamu Tanpa Ragu
lantang kusebut namamu tanpa ragu
semenjak mengenal air susu ibu
hingga fasih mengeja dan melafalkannya
sebagai tanah airku
bersama langit biru
laut rindu
rimba waktu
nyaman dalam dekapmu
Indonesia,kusebut namamu tanpa ragu
meski kuyu wajahmu
mencerminkan letih onani anak negri
tentang korupsi
hukum yang diplesetkan
menjadi tontonan abad ini
lalu lugas lidahku menyeru
sebelum kelu
sikaaaaaat
jangan kau loyo
lantaran ulah sontoloyo
tetap perkasa menjadi Indonesiaku
tanah air,zamrud khatulistiwa
penuh cinta aku memikirmu
bagaimana cara mendendangkannya
pada anak cucu
agar mereka lebih baik dari moyangnya
menjaga citra bangsa serta mengharuskannya
Indonesia
dalam sunyi sujudku
kubidikkan panah pinta
pada yang maha luput dari gilasan masa
akan ketentraman bangsa
cinta dan banggaku padamu
Indonesia
1Agust 2019
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Ira Suyitno
44.
Ira Suyitno
Perjalanan Seorang Perempuan
Seorang perempuan berjalan menyusuri lorong waktu
Pagi hingga malam datang menjelang
Langkahnya menyerupai kuda lari
Sebab semangat yang terus membara
Seperti bara api dalam tungku sebuah barak pengungsian
Seorang perempuan berjuang meraih kemerdekaan
Menentramkan jiwanya
Melapangkan hatinya
Hingga tetes-tetes embun dalam tubuhnya
Menjelma kristal dalam bibir gua yang menganga
Seorang perempuan terus berjalan meraih impian
Entah sampai kapan denyut nadi kan berhenti
Mojokerto, 31072019
Ira Suyitno , terlahir di Pacitan, 14 Desember dengan nama asli Bonirah. Belajar menulis puisi secara autodidak. Puisi dan gurit dimuat antara lain di Karya Darma, Surabaya Post, Bende, Radar, terangkum juga dalam antologi bersama Batu Beramal, Himpunan Pengarang dan Penyair Nusantara, Antologi Gurit Pasewakan, antologi puisi RRI Surabaya, Antologi Puisi Festifal Bulan Purnama Majapahit, serta Antologi Puisi Menolak Korupsi 5.
Selain sebagai ibu dari Fajar Laksana 22 tahun dan RoroPrima Jullintang 12 tahun, istri Suyitno ini berprofesi sebagai seorang pendidik di SDN Modopuro 2, Mojosari Mojokerto.
Ira Suyitno
Perjalanan Seorang Perempuan
Seorang perempuan berjalan menyusuri lorong waktu
Pagi hingga malam datang menjelang
Langkahnya menyerupai kuda lari
Sebab semangat yang terus membara
Seperti bara api dalam tungku sebuah barak pengungsian
Seorang perempuan berjuang meraih kemerdekaan
Menentramkan jiwanya
Melapangkan hatinya
Hingga tetes-tetes embun dalam tubuhnya
Menjelma kristal dalam bibir gua yang menganga
Seorang perempuan terus berjalan meraih impian
Entah sampai kapan denyut nadi kan berhenti
Mojokerto, 31072019
Ira Suyitno , terlahir di Pacitan, 14 Desember dengan nama asli Bonirah. Belajar menulis puisi secara autodidak. Puisi dan gurit dimuat antara lain di Karya Darma, Surabaya Post, Bende, Radar, terangkum juga dalam antologi bersama Batu Beramal, Himpunan Pengarang dan Penyair Nusantara, Antologi Gurit Pasewakan, antologi puisi RRI Surabaya, Antologi Puisi Festifal Bulan Purnama Majapahit, serta Antologi Puisi Menolak Korupsi 5.
Selain sebagai ibu dari Fajar Laksana 22 tahun dan RoroPrima Jullintang 12 tahun, istri Suyitno ini berprofesi sebagai seorang pendidik di SDN Modopuro 2, Mojosari Mojokerto.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Barokah Nawawi
37.
Barokah Nawawi
Merdeka Kebablasan
Nenek bilang aku sungguh bahagia
Dilahirkan di zaman yang merdeka
Zaman di mana tak ada rintangan bagi siapa saja
Untuk menggapai apa yang menjadi cita-citanya.
Nenek bilang zaman ini sungguh menyenangkan
Kemajuan teknologi membuatnya tak lagi kecapaian
Hingga bisa menyisakan waktu untuk mengaji dan ibadah.
Nenek bilang nasib kakekku dulu kurang beruntung
Meskipun cerdas hanya bisa tamat Sekolah Rendah
Lantaran kakek buyutku hanya petani biasa saja
Bukan pejabat pamong praja atau bangsawan yang konon katanya berdarah biru.
Namun aku bangga dengan mereka
Pekerja keras yang gigih, jujur dan religius
Yang mampu mendidik ayahku hingga jadi sarjana
Dan guru teladan yang menjadi panutan para muridnya.
Ayah adalah segalanya bagiku
Kukagumi sosoknya yang gagah berwibawa namun hatinya sangat lembut dan penuh cinta
Peduli pada keluarga, masyarakat dan lingkungan
Tanpa membedakan status dan kekayaan.
Yang membuatku malu malah sahabatku sendiri
Generasi sekarang yang menjadi tumpuan bangsa
Kukira pejabat bersih ternyata banyak korupsi
Namun istrinya malah menepuk dada dan berteriak lantang :
“ Itu hanya fitnah ! “
Zaman sekarang memang sulit dimengerti
Seperti sahabatku yang kini menjadi aneh
Selepas dari penjara malah latah ikut menjadi caleg
Dan kini berhasil duduk di kursi empuk sebagai anggota Dewan yang terhormat.
Merdeka sekarang adalah merdeka yang kebablasan
Banyak wakil rakyat yang justru mengkhianati rakyat
Banyak penegak keadilan yang tidak tegak alias miring
Banyak hakim yang justru main mata dengan maling
Dan banyak lagi yang lain yang membuat kepala pusing tujuh keliling
Dan Ibu Pertiwi menangis sedih tanpa henti.
Semarang, Agustus 2019
Barokah lahir, di Tremas Pacitan, 18 Agustus 1954.
Bekerja di PT Telkom sejak tahun 1974 dan pensiun dini tahun 2002.
Antologi puisi tunggalnya Bunga bunga Semak, diterbitkan Pustaka Haikuku th 2017.
Antologi haiku bersama : Hati Rembulan – Pustaka Haikuku 2018. Antologi puisi bersama a.l : Mblekethek, Anak Cucu Pujangga – Lumbung Puisi 2019. Negeri Rindukan Damai, Dunia tanpa koma – Sastra kidung semilir 2019 , Negeri di atas awan – Rosebook 2018.
Barokah Nawawi
Merdeka Kebablasan
Nenek bilang aku sungguh bahagia
Dilahirkan di zaman yang merdeka
Zaman di mana tak ada rintangan bagi siapa saja
Untuk menggapai apa yang menjadi cita-citanya.
Nenek bilang zaman ini sungguh menyenangkan
Kemajuan teknologi membuatnya tak lagi kecapaian
Hingga bisa menyisakan waktu untuk mengaji dan ibadah.
Nenek bilang nasib kakekku dulu kurang beruntung
Meskipun cerdas hanya bisa tamat Sekolah Rendah
Lantaran kakek buyutku hanya petani biasa saja
Bukan pejabat pamong praja atau bangsawan yang konon katanya berdarah biru.
Namun aku bangga dengan mereka
Pekerja keras yang gigih, jujur dan religius
Yang mampu mendidik ayahku hingga jadi sarjana
Dan guru teladan yang menjadi panutan para muridnya.
Ayah adalah segalanya bagiku
Kukagumi sosoknya yang gagah berwibawa namun hatinya sangat lembut dan penuh cinta
Peduli pada keluarga, masyarakat dan lingkungan
Tanpa membedakan status dan kekayaan.
Yang membuatku malu malah sahabatku sendiri
Generasi sekarang yang menjadi tumpuan bangsa
Kukira pejabat bersih ternyata banyak korupsi
Namun istrinya malah menepuk dada dan berteriak lantang :
“ Itu hanya fitnah ! “
Zaman sekarang memang sulit dimengerti
Seperti sahabatku yang kini menjadi aneh
Selepas dari penjara malah latah ikut menjadi caleg
Dan kini berhasil duduk di kursi empuk sebagai anggota Dewan yang terhormat.
Merdeka sekarang adalah merdeka yang kebablasan
Banyak wakil rakyat yang justru mengkhianati rakyat
Banyak penegak keadilan yang tidak tegak alias miring
Banyak hakim yang justru main mata dengan maling
Dan banyak lagi yang lain yang membuat kepala pusing tujuh keliling
Dan Ibu Pertiwi menangis sedih tanpa henti.
Semarang, Agustus 2019
Barokah lahir, di Tremas Pacitan, 18 Agustus 1954.
Bekerja di PT Telkom sejak tahun 1974 dan pensiun dini tahun 2002.
Antologi puisi tunggalnya Bunga bunga Semak, diterbitkan Pustaka Haikuku th 2017.
Antologi haiku bersama : Hati Rembulan – Pustaka Haikuku 2018. Antologi puisi bersama a.l : Mblekethek, Anak Cucu Pujangga – Lumbung Puisi 2019. Negeri Rindukan Damai, Dunia tanpa koma – Sastra kidung semilir 2019 , Negeri di atas awan – Rosebook 2018.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Rut Retno Astuti
57.
Rut Retno Astuti
Stetoskop Kebebasan
Dalam perjalanan pantai biru
Kuinginkan tiap detik hadirmu
Berdetak seperti jantung hidup
Berdenyut pasti tak pernah redup
Kuingin kau menjelma lima warna
Melingkup seperti pelangi nuansa
Seindah senja di pesisir Nusantara
Kuhasratkan hangat apimu selalu
Mendekapku di tepi lautan menderu
Di mana lenguh angin bersahutan
Merdu dalam harmoni riak ketukan
Kumaui hati kita bagai air dan lautan
Terdeteksi stetoskop dalam kesatuan
Kata, nada dan irama di lautan cinta
Sumedang, Juli 2019
Rut Retno Astuti, lahir di Kota Tegal, tanggal 22 Pebruari. Dokter lulusan FK UNDIP Semarang ini, menulis beberapa genre sastra, antara lain : Dawai Jantung Hati (2014); Ritme Wanita Kita (2015) ; Tapak Ibu Pemberdaya (2016). Tergabung pula dalam AWWA (Asean Women Writers Association) dan karyanya termuat dalam Selendang Mayang (2017) Sketsa Wajah Ibu (2017); Antologi bersama lainya : PMK - 6 / Puisi Menolak Korupsi (2017) - Indonesia Masih Ada Matahari (2017).- Antologi Pentigraf & Putiba “Semangkuk Sup di Malam Kudus” (2017) ; Haiku Melawan Korupsi & Pameran Haiga HAKI (2017); Antalogi Puisi Wartawan Indonesia “Pesona Ranah Bundo” - HPN (2018). KDNP Negeri Bahari (2018); Haiku : Hati Rembulan (2018), dan masih banyak karya lainnya. (RRA) ***
Rut Retno Astuti
Stetoskop Kebebasan
Dalam perjalanan pantai biru
Kuinginkan tiap detik hadirmu
Berdetak seperti jantung hidup
Berdenyut pasti tak pernah redup
Kuingin kau menjelma lima warna
Melingkup seperti pelangi nuansa
Seindah senja di pesisir Nusantara
Kuhasratkan hangat apimu selalu
Mendekapku di tepi lautan menderu
Di mana lenguh angin bersahutan
Merdu dalam harmoni riak ketukan
Kumaui hati kita bagai air dan lautan
Terdeteksi stetoskop dalam kesatuan
Kata, nada dan irama di lautan cinta
Sumedang, Juli 2019
Rut Retno Astuti, lahir di Kota Tegal, tanggal 22 Pebruari. Dokter lulusan FK UNDIP Semarang ini, menulis beberapa genre sastra, antara lain : Dawai Jantung Hati (2014); Ritme Wanita Kita (2015) ; Tapak Ibu Pemberdaya (2016). Tergabung pula dalam AWWA (Asean Women Writers Association) dan karyanya termuat dalam Selendang Mayang (2017) Sketsa Wajah Ibu (2017); Antologi bersama lainya : PMK - 6 / Puisi Menolak Korupsi (2017) - Indonesia Masih Ada Matahari (2017).- Antologi Pentigraf & Putiba “Semangkuk Sup di Malam Kudus” (2017) ; Haiku Melawan Korupsi & Pameran Haiga HAKI (2017); Antalogi Puisi Wartawan Indonesia “Pesona Ranah Bundo” - HPN (2018). KDNP Negeri Bahari (2018); Haiku : Hati Rembulan (2018), dan masih banyak karya lainnya. (RRA) ***
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Azti Kinyamani
59.
Azni Kintamani
Etalase Pemerdeka
Angin kangen membawaku kemari
Ke etalase kekayaan negeri bahari
Perahu lugu, kano dan kapal kawal
Berjajar mengantar bangsa bersinar
Di sini, ratusan tarian topeng berkreasi
Tapi tak ada muka-muka bertopeng besi
Tak ada kepalsuan dan membohongi
Berfalsafah “Tatag Teteg Galang Benar”
Kita pancangkan label di etalase besar
Ayo kita menangis, ratap dan kembali
Pada kebaya, sanggul, rona berseri
Pada jas berikat kepala wulung sakti
Biar bangsa ini makin tegap menatap
Sekuat jutaan kano menyeruak dunia
Membawa kita jadi bangsa berwibawa
Bandung, Juli 2019
Azti Kintamani , lahir di Sumedang, pada tanggal 19 Mei. Aktif menulis puisi, cerpen, novel dan skenario sejak remaja dan saat aktif di Sanggar Sastra Teater Holistik. Karyanya diterbitkan dalam antologi : Simponi Butik Paradewi. Kinta pernah Juara Cipta Puisi dalam FL2SN; Pemenang Cipta Puisi Disparbud Kota Bandung sewaktu SMA dulu. Pemenang dalam festival film pendek : Tunas (2015), Tiang (2016), The Bottle (2016), Juara nasional Cipta dan Baca Puisi dari APWIA. Karya puisi antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018). Kinta pernah aktif di Saka Dirgantara. Kini Kinta aktif di BJC Ministry, Sasasi/ Sanggar Sastra Literasi Indonesia, Pamisa/ Patria Milenia Sahabat, Ada Citra/ Anak Muda Cinta Sastra.**(AKK) **
Azni Kintamani
Etalase Pemerdeka
Angin kangen membawaku kemari
Ke etalase kekayaan negeri bahari
Perahu lugu, kano dan kapal kawal
Berjajar mengantar bangsa bersinar
Di sini, ratusan tarian topeng berkreasi
Tapi tak ada muka-muka bertopeng besi
Tak ada kepalsuan dan membohongi
Berfalsafah “Tatag Teteg Galang Benar”
Kita pancangkan label di etalase besar
Ayo kita menangis, ratap dan kembali
Pada kebaya, sanggul, rona berseri
Pada jas berikat kepala wulung sakti
Biar bangsa ini makin tegap menatap
Sekuat jutaan kano menyeruak dunia
Membawa kita jadi bangsa berwibawa
Bandung, Juli 2019
Azti Kintamani , lahir di Sumedang, pada tanggal 19 Mei. Aktif menulis puisi, cerpen, novel dan skenario sejak remaja dan saat aktif di Sanggar Sastra Teater Holistik. Karyanya diterbitkan dalam antologi : Simponi Butik Paradewi. Kinta pernah Juara Cipta Puisi dalam FL2SN; Pemenang Cipta Puisi Disparbud Kota Bandung sewaktu SMA dulu. Pemenang dalam festival film pendek : Tunas (2015), Tiang (2016), The Bottle (2016), Juara nasional Cipta dan Baca Puisi dari APWIA. Karya puisi antologi bersama : Indonesia Masih Ada Matahari (2017); Hati Rembulan (2018). Kinta pernah aktif di Saka Dirgantara. Kini Kinta aktif di BJC Ministry, Sasasi/ Sanggar Sastra Literasi Indonesia, Pamisa/ Patria Milenia Sahabat, Ada Citra/ Anak Muda Cinta Sastra.**(AKK) **
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Naning Scheid
5.
Naning Scheid
Memento
Senja ini, kusandar damai di bidang dadamu
Mencuri dengar denyut bersahut
di antara gundukan rindu
Tubuh cemas, damai dalam rengkuh
Nafas kita teratur, menanggal riuh
Lolong malam kian tegas
Degup jantung makin beringas
Menjelajah perjalanan merdeka
Menjulang hasrat serigala
Keringat menanda peluh
Cintaku padamu tetap teguh
Kasih, cinta ada di sepanjang musim
Risaukan jangan, hatiku telah kau gengam
Brussel, 2019.
Naning Scheid, bernama asli Sri Nurnaningrum. Lahir di Semarang, 5 Juni 1980. Penulis puisi, cerita fiksi dan non-fiksi, blogger, dan pemain teater. Sarjana FPBS UPGRIS sekaligus Sarjana SDM CEFORA Belgia. Pengajar di Fakultas Bahasa Inggris UPGRIS sebelum meninggalkan Indonesia tahun 2006. Aktif di beberapa organisasi sosial kemanusiaan di Belgia. Tinggal di Brussel, dan berkebangsaan Indonesia.
Perjalanan Kepenulisan:
1993-1995 Beberapa puisi memenangkan lomba antar kelas maupun antar sekolah.
1997 Menulis naskah drama “Jack Tarub”, dan dipentaskan oleh Teater Sukma Semarang.
2017 “Paris, antara Mitos dan Realita” serta delapan artikel lain di Kliksolo.com
2018 “Mengenal dan Memahami Gen Z”, “Solidarisme Perempuan di Era Disrupsi dan Kelahiran Feminisme Gelombang Keempat” di Buletin PKPPA - LPPM UPGRI Semarang.
Antologi puisi: “Mimpi yang Berduri” serta empat puisi lain di antologi Persaudaraan Wanita Dunia (2018-D3M Kail), “Sabtu Siang di Simpang Lima Semarang” serta tiga puisi lain di antologi Indonesia Tanah Airku (2018–I.Dharta), “Sang Musafir” di The Talking Canting – Puisi Cinta Negeri (2018–KDS), “Eden, Melankolia” di Banjarbaru’s Rainy Day Festival 2019.
Cerpen: “Manusia Sempurna”, “Ranting-ranting Patah”, “Ne Le Dit à Personne”, “Denok Kenang”, dan beberapa fiksi mini di Facebook dan Wattpad. Novel: “Miss Gawky” (2019). 2018 - ... Menulis blog Madame Gokil di scheid.be. Berisi rubrik: (1) Pengetahuan Umum dan Opini, (2) Sastra Pop: Prosa, Puisi, Resensi (3) Wisata Eropa & Review, dan (4) Tips-tips Gokil.
Website: scheid.be
Naning Scheid
Memento
Senja ini, kusandar damai di bidang dadamu
Mencuri dengar denyut bersahut
di antara gundukan rindu
Tubuh cemas, damai dalam rengkuh
Nafas kita teratur, menanggal riuh
Lolong malam kian tegas
Degup jantung makin beringas
Menjelajah perjalanan merdeka
Menjulang hasrat serigala
Keringat menanda peluh
Cintaku padamu tetap teguh
Kasih, cinta ada di sepanjang musim
Risaukan jangan, hatiku telah kau gengam
Brussel, 2019.
Naning Scheid, bernama asli Sri Nurnaningrum. Lahir di Semarang, 5 Juni 1980. Penulis puisi, cerita fiksi dan non-fiksi, blogger, dan pemain teater. Sarjana FPBS UPGRIS sekaligus Sarjana SDM CEFORA Belgia. Pengajar di Fakultas Bahasa Inggris UPGRIS sebelum meninggalkan Indonesia tahun 2006. Aktif di beberapa organisasi sosial kemanusiaan di Belgia. Tinggal di Brussel, dan berkebangsaan Indonesia.
Perjalanan Kepenulisan:
1993-1995 Beberapa puisi memenangkan lomba antar kelas maupun antar sekolah.
1997 Menulis naskah drama “Jack Tarub”, dan dipentaskan oleh Teater Sukma Semarang.
2017 “Paris, antara Mitos dan Realita” serta delapan artikel lain di Kliksolo.com
2018 “Mengenal dan Memahami Gen Z”, “Solidarisme Perempuan di Era Disrupsi dan Kelahiran Feminisme Gelombang Keempat” di Buletin PKPPA - LPPM UPGRI Semarang.
Antologi puisi: “Mimpi yang Berduri” serta empat puisi lain di antologi Persaudaraan Wanita Dunia (2018-D3M Kail), “Sabtu Siang di Simpang Lima Semarang” serta tiga puisi lain di antologi Indonesia Tanah Airku (2018–I.Dharta), “Sang Musafir” di The Talking Canting – Puisi Cinta Negeri (2018–KDS), “Eden, Melankolia” di Banjarbaru’s Rainy Day Festival 2019.
Cerpen: “Manusia Sempurna”, “Ranting-ranting Patah”, “Ne Le Dit à Personne”, “Denok Kenang”, dan beberapa fiksi mini di Facebook dan Wattpad. Novel: “Miss Gawky” (2019). 2018 - ... Menulis blog Madame Gokil di scheid.be. Berisi rubrik: (1) Pengetahuan Umum dan Opini, (2) Sastra Pop: Prosa, Puisi, Resensi (3) Wisata Eropa & Review, dan (4) Tips-tips Gokil.
Website: scheid.be
Mengenal Puisi-puisi Internasional ; Seruni Unie
40.
Seruni Unie,
Namaku Pitaloka
kepada : Tuan Patih Gajah Mada
Pun aku bertakluk padamu, tuan
Atas sejarah yang kau tulis di tubuh ini
Begitu agung
Hingga seluruh negeri
Tak berkesudah menyanjung
Tapi cukup sesaat
Selebihnya aku ingin memaki
Kelicikan masa lalu, di mana harga perempuan kau rendahkan
Hanya semata ambisi
Dengar, tuan. Aku Pitaloka abad ini
Sampai kapanpun, perempuan akan memilih belapati, Demi menjaga kehormatan diri
Maka tak perlu adigang adigung
Di bumi Pasundan, namamu tak pernah mengalun
Solo, 2018/2019
Seruni Unie, penikmat puisi asal Solo. Sejumlah tulisannya sempat terbit di media dan sejumlah antologi bersama. Bergiat di sastra pawon. Dan terpilih 15 penulis emerging UWRF 2017.
Seruni Unie,
Namaku Pitaloka
kepada : Tuan Patih Gajah Mada
Pun aku bertakluk padamu, tuan
Atas sejarah yang kau tulis di tubuh ini
Begitu agung
Hingga seluruh negeri
Tak berkesudah menyanjung
Tapi cukup sesaat
Selebihnya aku ingin memaki
Kelicikan masa lalu, di mana harga perempuan kau rendahkan
Hanya semata ambisi
Dengar, tuan. Aku Pitaloka abad ini
Sampai kapanpun, perempuan akan memilih belapati, Demi menjaga kehormatan diri
Maka tak perlu adigang adigung
Di bumi Pasundan, namamu tak pernah mengalun
Solo, 2018/2019
Seruni Unie, penikmat puisi asal Solo. Sejumlah tulisannya sempat terbit di media dan sejumlah antologi bersama. Bergiat di sastra pawon. Dan terpilih 15 penulis emerging UWRF 2017.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Lianna Putri Sri Musniawati
27.
Lianna Putri Sri Musniawati,
Kebesaran yang Mengalahkan
Aku adalah anak takdir yang diberi kuasa menciptakan
diriku bersama lily-lily paling indah yang sedang bermekaran
di penjuru bumi
Aku adalah ketetapan yang mampu menggiring diriku
dari berahi domba-domba tersesat di sepanjang padang
Aku adalah keniscayaan yang mengatur segala aku
bersama mimpi-mimpi masa kecil yang menyala besar
seperti api neraka
Aku adalah kebesaran abadi yang surga
Aku adalah kebesaran paling besar yang
takkan terkalahkan oleh dogma kerdil setan-setan dunia
Aku adalah Tuhan yang menjelma jiwa
Semarang, 09 Juni 2019
Lianna Putri Sri Musniawati, lahir di Semarang, 12 November 1998. Penulis merupakan mantan siswi SMK Negeri 2 Semarang yang mengambil jurusan Administrasi Perkantoran. Selain menulis, ia juga gemar melukis. Karyanya tersiar di media massa seperti Satelit Post, Potret Aceh, Nusantara News, Kompasiana, Berita Baca, dll. Cerpen-cerpennya termaktub dalam berbagai antologi bersama, di antaranya: Jiwa yang Tak Tergantikan (2016), Penyejuk Hati (2016), Denting Sepi Sang Pengelana (Sabana Pustaka, 2017), dan Gajah Terbang Pembawa Kebaikan (Bakul Buku Indonesia, 2018). Kemudian beberapa puisinya yang masuk dalam antologi puisi yaitu Derap-Derap Kematian (Parade Puisi, 2017), Tempatku Berlabuh (Penerbit Lasaripi, 2017).
Gadis yang amat menyukai sawah dan hutan berpohon lebat ini aktif bergiat di Sekolah Kampoeng Menulis (SKM) Indonesia. Tiga kali sudah ia didaulat menjadi juri di lomba penulisan cerpen lokal maupun nasional, yaitu untuk Event Hunter Indonesia (periode Januari 2019), PT Kreasindo Digital Konten (periode Mei 2019), serta Kreatifitas Konten Indonesia (periode Juli 2019).
Lianna Putri Sri Musniawati,
Kebesaran yang Mengalahkan
Aku adalah anak takdir yang diberi kuasa menciptakan
diriku bersama lily-lily paling indah yang sedang bermekaran
di penjuru bumi
Aku adalah ketetapan yang mampu menggiring diriku
dari berahi domba-domba tersesat di sepanjang padang
Aku adalah keniscayaan yang mengatur segala aku
bersama mimpi-mimpi masa kecil yang menyala besar
seperti api neraka
Aku adalah kebesaran abadi yang surga
Aku adalah kebesaran paling besar yang
takkan terkalahkan oleh dogma kerdil setan-setan dunia
Aku adalah Tuhan yang menjelma jiwa
Semarang, 09 Juni 2019
Lianna Putri Sri Musniawati, lahir di Semarang, 12 November 1998. Penulis merupakan mantan siswi SMK Negeri 2 Semarang yang mengambil jurusan Administrasi Perkantoran. Selain menulis, ia juga gemar melukis. Karyanya tersiar di media massa seperti Satelit Post, Potret Aceh, Nusantara News, Kompasiana, Berita Baca, dll. Cerpen-cerpennya termaktub dalam berbagai antologi bersama, di antaranya: Jiwa yang Tak Tergantikan (2016), Penyejuk Hati (2016), Denting Sepi Sang Pengelana (Sabana Pustaka, 2017), dan Gajah Terbang Pembawa Kebaikan (Bakul Buku Indonesia, 2018). Kemudian beberapa puisinya yang masuk dalam antologi puisi yaitu Derap-Derap Kematian (Parade Puisi, 2017), Tempatku Berlabuh (Penerbit Lasaripi, 2017).
Gadis yang amat menyukai sawah dan hutan berpohon lebat ini aktif bergiat di Sekolah Kampoeng Menulis (SKM) Indonesia. Tiga kali sudah ia didaulat menjadi juri di lomba penulisan cerpen lokal maupun nasional, yaitu untuk Event Hunter Indonesia (periode Januari 2019), PT Kreasindo Digital Konten (periode Mei 2019), serta Kreatifitas Konten Indonesia (periode Juli 2019).
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Nok Ir
49.
Nok Ir
Merdeka Sejiwa Raya
Berseteru satu persatu
Di arena liar beraroma nanar
Arogansi ala rimba menjadi ukuran utama
Kekuatan meraja di atas segala
Kaum marginal sebagai barang kudapan
Luka lapar semakin melingkar-lingkar
Mustahil mudah terhapus hujan maaf
Kongsi-kongsi negeri membentuk konspirasi
Menebar jaring laba-laba mencipta dahaga penguasa
Koloni agung tuahkan hukum nan mengungkung
Mengunggah angkuh telagakan peluh keluh
Pilar-pilar idiologi kian hari kian tergerogoti
Jala angkara menjerat wajah-wajah sengsara
Lahirkan bayi masa nanti berkubang gambar jeri
Telah bebaskah raga
Merdekakah bunga-bunga asa
Jalan yang membentang tersumbat aral
Melintangi niat parah penuh serakah
Kerapuhan solidaritas semakin menyampah
Muara para penjajah semakin tergugah
Tirani abu kelabu kerap membelenggu
Kemerdekaan bukan sekedar orasi menegasi
Musti nyata terrefleksi bertubi-tubi
Pada giat geliat rakyat menoreh prestasi
Yang sekian waktu tergerus fatamorgana oligarki
Nusantara menengadah harap dikau pendekar sekilau gahar
Tangkis penjajah-penjajah anyar berkedok pahlawan
Gerus kemerdekaan dengan ilusi egoisi
Teguhi bentang kebebasan beragam lini
Jalan merdeka berkat kobarkan darah nyawa bersabung cucur airmata
Sumenep, 31 Juli 2019
Nok Ir, adalah nama pena yang digunakan oleh Hj. Khoiroh, S. Pd. SD dalam karya-karyanya. Lahir di Demak, 28 Januari ini tinggal di Sumenep untuk mengabdi sebagai pendidik. Karyanya berupa cerpen dan puisi telah terhimpun dalam beragam Antologi bersama dengan teman- teman penulis dalam dan luar negeri. September 2018 kemarin, salah satu puisinya yang berjudul " Kali Tuntang di Utaranya Kauman"termasuk dalam Nominasi Puisi Pilihan dalam event akbar 1000 Guru Menulis Puisi yang tercatat dalam Rekor MURI. Karyanya telah terhimpun di Antologi Bersama Puisi 2 September, Antologi Puisi Bersama Kita, Sajak Embara, Perempuan Laut, Mata Cinta, Ayah Bangsa, Akar Dari Ibu, Antologi Cerpen Kultur, Tadarus Puisi, Kitab Pentigraf 2 Iklan di Pintu Depan, Antologi Puisi Guru Tentang Sebuah Buku Dan Rahasia Ilmu, Negeri di Atas Awan, A Skyful of Rain-Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival 2018, Antologi Kita Adalah Indonesia Zamrud Khatulistiwa , Antologi Puisi Sabda Alam, Kitab Pentigraf 3, Antologi 1000 Sisi Dini, Catatan Guru Penulis-guru Mulia Karena Karya, Antologi Ibu.
Nok Ir
Merdeka Sejiwa Raya
Berseteru satu persatu
Di arena liar beraroma nanar
Arogansi ala rimba menjadi ukuran utama
Kekuatan meraja di atas segala
Kaum marginal sebagai barang kudapan
Luka lapar semakin melingkar-lingkar
Mustahil mudah terhapus hujan maaf
Kongsi-kongsi negeri membentuk konspirasi
Menebar jaring laba-laba mencipta dahaga penguasa
Koloni agung tuahkan hukum nan mengungkung
Mengunggah angkuh telagakan peluh keluh
Pilar-pilar idiologi kian hari kian tergerogoti
Jala angkara menjerat wajah-wajah sengsara
Lahirkan bayi masa nanti berkubang gambar jeri
Telah bebaskah raga
Merdekakah bunga-bunga asa
Jalan yang membentang tersumbat aral
Melintangi niat parah penuh serakah
Kerapuhan solidaritas semakin menyampah
Muara para penjajah semakin tergugah
Tirani abu kelabu kerap membelenggu
Kemerdekaan bukan sekedar orasi menegasi
Musti nyata terrefleksi bertubi-tubi
Pada giat geliat rakyat menoreh prestasi
Yang sekian waktu tergerus fatamorgana oligarki
Nusantara menengadah harap dikau pendekar sekilau gahar
Tangkis penjajah-penjajah anyar berkedok pahlawan
Gerus kemerdekaan dengan ilusi egoisi
Teguhi bentang kebebasan beragam lini
Jalan merdeka berkat kobarkan darah nyawa bersabung cucur airmata
Sumenep, 31 Juli 2019
Nok Ir, adalah nama pena yang digunakan oleh Hj. Khoiroh, S. Pd. SD dalam karya-karyanya. Lahir di Demak, 28 Januari ini tinggal di Sumenep untuk mengabdi sebagai pendidik. Karyanya berupa cerpen dan puisi telah terhimpun dalam beragam Antologi bersama dengan teman- teman penulis dalam dan luar negeri. September 2018 kemarin, salah satu puisinya yang berjudul " Kali Tuntang di Utaranya Kauman"termasuk dalam Nominasi Puisi Pilihan dalam event akbar 1000 Guru Menulis Puisi yang tercatat dalam Rekor MURI. Karyanya telah terhimpun di Antologi Bersama Puisi 2 September, Antologi Puisi Bersama Kita, Sajak Embara, Perempuan Laut, Mata Cinta, Ayah Bangsa, Akar Dari Ibu, Antologi Cerpen Kultur, Tadarus Puisi, Kitab Pentigraf 2 Iklan di Pintu Depan, Antologi Puisi Guru Tentang Sebuah Buku Dan Rahasia Ilmu, Negeri di Atas Awan, A Skyful of Rain-Banjarbaru's Rainy Day Literary Festival 2018, Antologi Kita Adalah Indonesia Zamrud Khatulistiwa , Antologi Puisi Sabda Alam, Kitab Pentigraf 3, Antologi 1000 Sisi Dini, Catatan Guru Penulis-guru Mulia Karena Karya, Antologi Ibu.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Brigita Neny Anggraeni
12.
Brigita Neny Anggraeni,
Kebebasan
bebas merdeka jiwaku
kunikmati kebebasanku
keinginanku hanya satu
agar terbebaskan juga jiwamu
aku tak akan membebanimu
dengan kesimpulan
aturan-aturan
tak juga pandangan
cukup sudah dirimu
otakmu, jiwamu
tak terbebani doktrin kaku
dogma yang tak lagi berlaku
aku tak membaca pikiran lain
hanya baca pikiran sendiri dalam batin
kebebasan
bebaskan dari segala beban
angan-angan
kekawatiran
ketakutan
oh, damainya jiwaku
Brigita Neny Anggraeni, atau biasa dipanggil akrab Neny, lahir di Semarang 02 Februari 1979. Pendidikan terakhir S1 dari Fakultas Kedokteran, jurusan Psikologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Neny yang hobi melukis, photograpy, dan bercocok tanam ini, gemar menulis sejak usia sekolah dasar.
Diawali suka menulis ceritera anak-anak yang secara rutin dimuat di Harian Suara Merdeka Semarang. Sejak itu kesenangan menulis terus berkembang, dengan menulis artikel, tips-tips kesehatan, biografi tokoh-tokoh, dan ceritera silat bersambung yang dimuat di Tabloid Tren, dan Tabloid Obyektif.
Sempat terjun juga di dunia psikologi sebagai konsultan finger print. Kini, disela-sela kesibukannya sebagai seorang ibu dengan dua orang putri, setiap hari masih disempatkannya tetap menulis. Ikut menulis Puisi di Buku Puisi Menolak Korupsi (PMK) yang sudah diterbitkan dengan Penyair Nusantara yang lain. Kemudian buku-buku yang sudah diterbitkan oleh Elexmedia Koputindo (Gramedia Group), yaitu Buku Seri Transportasi: Seri Kereta Api, Seri Mobil, Seri Pesawat Terbang, dan Seri Kapal Laut. Menyusul kemudian masih dengan penerbit sama, Buku Belajar dari Induk Gajah, Seri Sang Penemu: Tomas Alva Edison, Faraday, dan lain-lain. Buku lainnya yang sukses diterbitkan adalah Buku Novel Sejarah, Saridin.
Brigita Neny Anggraeni,
Kebebasan
bebas merdeka jiwaku
kunikmati kebebasanku
keinginanku hanya satu
agar terbebaskan juga jiwamu
aku tak akan membebanimu
dengan kesimpulan
aturan-aturan
tak juga pandangan
cukup sudah dirimu
otakmu, jiwamu
tak terbebani doktrin kaku
dogma yang tak lagi berlaku
aku tak membaca pikiran lain
hanya baca pikiran sendiri dalam batin
kebebasan
bebaskan dari segala beban
angan-angan
kekawatiran
ketakutan
oh, damainya jiwaku
Brigita Neny Anggraeni, atau biasa dipanggil akrab Neny, lahir di Semarang 02 Februari 1979. Pendidikan terakhir S1 dari Fakultas Kedokteran, jurusan Psikologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Neny yang hobi melukis, photograpy, dan bercocok tanam ini, gemar menulis sejak usia sekolah dasar.
Diawali suka menulis ceritera anak-anak yang secara rutin dimuat di Harian Suara Merdeka Semarang. Sejak itu kesenangan menulis terus berkembang, dengan menulis artikel, tips-tips kesehatan, biografi tokoh-tokoh, dan ceritera silat bersambung yang dimuat di Tabloid Tren, dan Tabloid Obyektif.
Sempat terjun juga di dunia psikologi sebagai konsultan finger print. Kini, disela-sela kesibukannya sebagai seorang ibu dengan dua orang putri, setiap hari masih disempatkannya tetap menulis. Ikut menulis Puisi di Buku Puisi Menolak Korupsi (PMK) yang sudah diterbitkan dengan Penyair Nusantara yang lain. Kemudian buku-buku yang sudah diterbitkan oleh Elexmedia Koputindo (Gramedia Group), yaitu Buku Seri Transportasi: Seri Kereta Api, Seri Mobil, Seri Pesawat Terbang, dan Seri Kapal Laut. Menyusul kemudian masih dengan penerbit sama, Buku Belajar dari Induk Gajah, Seri Sang Penemu: Tomas Alva Edison, Faraday, dan lain-lain. Buku lainnya yang sukses diterbitkan adalah Buku Novel Sejarah, Saridin.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Dwi Wahyu Candra Dewi
26.
Dwi Wahyu Candra Dewi
Harga Sebuah Perjuangan
Tak lagi ada keluh yang berpeluh
Tak lagi ada malam mencekam
Kala itu terik tak gentarkan tekad,
gelap pun seakan terang tuk gapai kemenangan.
Diujung tombak bambu runcing, terpatri semangat pembelaan harga diri
Luka menganga tak dirasa
Darah mengalir sudah biasa
Sepantasnyalah perjuangan mencapai merdeka.
Tak terhitung nyawa
Tak terkira duka
Mereka bisa merdeka.
Merdeka bukan pemberian
Pun bukan belas kasihan.
Jika kau masih menangis meminta kemerdekaan, kau tak lebih dari pengemis!
Jika kau congkak akan kemerdekaan, kau tak lebih dari perompak!
Tenaga, pikiran, jiwa dan raga dikerahkan tuk gapai kemerdekaan.
Niat baik tuk kebahagiaan anak cucu, diwujudkan.
Inilah harga sebuah perjuangan
Merdeka...merdeka...merdeka
Dwi Wahyu Candra Dewi, penulis asal Blora kelahiran 8 Mei 1983. Karya-karyanya lebih banyak berupa puisi yang terbit bersama karya teman-teman pensyair lainnya. Kegemaran menuangkan rasa dalam puisi menjadikannya ingin selalu menulis. Salah satunya puisi “Harga Sebuah Perjuangan” ini, penulis memiliki harapan besar tidak akan ada lagi pertanyaan “benar kita sudah merdeka?”. Pertanyaan yang meragukan perjuangan para pahlawan sangatlah tidak mengetahui rasa berterima kasih. Pun demikian harusnya menjadikan pelajaran untuk tetap menjaga kemerdekaan yang sudah diraih.
Dwi Wahyu Candra Dewi
Harga Sebuah Perjuangan
Tak lagi ada keluh yang berpeluh
Tak lagi ada malam mencekam
Kala itu terik tak gentarkan tekad,
gelap pun seakan terang tuk gapai kemenangan.
Diujung tombak bambu runcing, terpatri semangat pembelaan harga diri
Luka menganga tak dirasa
Darah mengalir sudah biasa
Sepantasnyalah perjuangan mencapai merdeka.
Tak terhitung nyawa
Tak terkira duka
Mereka bisa merdeka.
Merdeka bukan pemberian
Pun bukan belas kasihan.
Jika kau masih menangis meminta kemerdekaan, kau tak lebih dari pengemis!
Jika kau congkak akan kemerdekaan, kau tak lebih dari perompak!
Tenaga, pikiran, jiwa dan raga dikerahkan tuk gapai kemerdekaan.
Niat baik tuk kebahagiaan anak cucu, diwujudkan.
Inilah harga sebuah perjuangan
Merdeka...merdeka...merdeka
Dwi Wahyu Candra Dewi, penulis asal Blora kelahiran 8 Mei 1983. Karya-karyanya lebih banyak berupa puisi yang terbit bersama karya teman-teman pensyair lainnya. Kegemaran menuangkan rasa dalam puisi menjadikannya ingin selalu menulis. Salah satunya puisi “Harga Sebuah Perjuangan” ini, penulis memiliki harapan besar tidak akan ada lagi pertanyaan “benar kita sudah merdeka?”. Pertanyaan yang meragukan perjuangan para pahlawan sangatlah tidak mengetahui rasa berterima kasih. Pun demikian harusnya menjadikan pelajaran untuk tetap menjaga kemerdekaan yang sudah diraih.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Dede Rostiana
63.
Dede Rostiana
Itu Merdeka
Merdeka itu kebebasan untuk manusia
Berkeliaran lalu lalang
Menghirup udara segar dan hidup nyaman
Deretan sejarah kemerdekaan selalu terbayang
Jasa-jasa para pahlawan
Kalaulah mereka masih ada
Mungkin mereka lara dan bela sungkawa
Karena kemerdekaan yang mereka perjuangkan
Masih tak seberharga nyawa mereka
Wahai generasi muda
Seberapa tangguh kau berjuang
Melawan kemiskinan juga kedloliman
Mungkin mereka kan berkata demikian
Para pemuda saat sekarang, mungkinkah bisa bertanggung-jawab
Pandaikah berburu debat lalu menuntut hak?
Berani menyerahkan jiwa dan raga?
Demi kemerdekaan bangsa dan negara
Walaupun moncong senjata di depan dada
Mereka sama sekali tidak takut semua itu, Justru mereka hanya takut
Bisikan-bisikan : "Berjalanlah lurus Bung!"
Padahal tak dilihatnya belok
"Merdeka itu menuruti apa yang seharusnya dituruti lalu diam!”
Dede Rostiana, lahir di Tasikmalaya16 Pebruari 1972. Pendidikan terakhir S2 Administrasi Pendidikan, Universitas Galuh Ciamis. Seorang pengajar di SMP Pesantren Cintawana. di Tasikmalaya. Penulis aktif di beberapa komunitas menulis. Karya penulis berupa Puisi dan Artikel pernah dimuat di Koran Lokal, Tabloid Surya Rengganis, Majalah Mangle, Majalah Guneman, Kabar Priangan, Siap Belajar, Galamedia dan Pikiran Rakyat. Penulis bergabung dengan beberapa Antologi bersama baik Puisi, Cerpen, dan Cernak (wonderland creative) dan ( Raising Star). Penulis juga telah menerbitkan dua Antologi Puisi tunggal ; Merindu Bulan dan Sunrise di Matamu.
Dede Rostiana
Itu Merdeka
Merdeka itu kebebasan untuk manusia
Berkeliaran lalu lalang
Menghirup udara segar dan hidup nyaman
Deretan sejarah kemerdekaan selalu terbayang
Jasa-jasa para pahlawan
Kalaulah mereka masih ada
Mungkin mereka lara dan bela sungkawa
Karena kemerdekaan yang mereka perjuangkan
Masih tak seberharga nyawa mereka
Wahai generasi muda
Seberapa tangguh kau berjuang
Melawan kemiskinan juga kedloliman
Mungkin mereka kan berkata demikian
Para pemuda saat sekarang, mungkinkah bisa bertanggung-jawab
Pandaikah berburu debat lalu menuntut hak?
Berani menyerahkan jiwa dan raga?
Demi kemerdekaan bangsa dan negara
Walaupun moncong senjata di depan dada
Mereka sama sekali tidak takut semua itu, Justru mereka hanya takut
Bisikan-bisikan : "Berjalanlah lurus Bung!"
Padahal tak dilihatnya belok
"Merdeka itu menuruti apa yang seharusnya dituruti lalu diam!”
Dede Rostiana, lahir di Tasikmalaya16 Pebruari 1972. Pendidikan terakhir S2 Administrasi Pendidikan, Universitas Galuh Ciamis. Seorang pengajar di SMP Pesantren Cintawana. di Tasikmalaya. Penulis aktif di beberapa komunitas menulis. Karya penulis berupa Puisi dan Artikel pernah dimuat di Koran Lokal, Tabloid Surya Rengganis, Majalah Mangle, Majalah Guneman, Kabar Priangan, Siap Belajar, Galamedia dan Pikiran Rakyat. Penulis bergabung dengan beberapa Antologi bersama baik Puisi, Cerpen, dan Cernak (wonderland creative) dan ( Raising Star). Penulis juga telah menerbitkan dua Antologi Puisi tunggal ; Merindu Bulan dan Sunrise di Matamu.
Mengenal Puisi-puisi Internasional : Redd Joan
8.
Red Joan (Dwi Retno Asih)
Merdeka Bukan Penjara
Merdeka itu sebutan kesempatan
Bagi orang-orang pencari pangkat
Laci meja dikunci lemari besi mulai diisi
Hitungan sempat tidak sempat harus tepat
Merdeka itu sebutan angan-angan
Tembus langit tembus bumi
Terbang sampai jatuh karena mimpi
Beradu dengan berlapis imajenasi
Tetapi merdeka juga sebutan nyawa
Bagi para pejuang yang dikubur dalam sejarah
Tanah dan air juga batu, kepulan asap ledakan mesiu
Kaki tangan beradu dalam belenggu
Tetapi merdeka bukan jadi penjara
Karena siang malam teriak merdeka
Di rumah
Di gedung-gedung aparat
Di tanah lapang
Di jalan raya
Di lampu merah
Di dalam pikiran yang dipenjara merdeka.
Nama saya Dwi Retno Asih, memilih nama pena Redd Joan. Biasa dipanggil RJ. Lahir 46 tahun lalu di Lampung. Sejak tahun 2004 mengadu nasib di Negara tetangga hinhga saat ini. Menjadi staff agensi penyalur tenaga kerja Kuala. Pernah mengikuti beberapa antologi bersama sahabat fb. Menulis adalah hoby dan menyukai dunia sastra sebagai ungkapan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia.
Red Joan (Dwi Retno Asih)
Merdeka Bukan Penjara
Merdeka itu sebutan kesempatan
Bagi orang-orang pencari pangkat
Laci meja dikunci lemari besi mulai diisi
Hitungan sempat tidak sempat harus tepat
Merdeka itu sebutan angan-angan
Tembus langit tembus bumi
Terbang sampai jatuh karena mimpi
Beradu dengan berlapis imajenasi
Tetapi merdeka juga sebutan nyawa
Bagi para pejuang yang dikubur dalam sejarah
Tanah dan air juga batu, kepulan asap ledakan mesiu
Kaki tangan beradu dalam belenggu
Tetapi merdeka bukan jadi penjara
Karena siang malam teriak merdeka
Di rumah
Di gedung-gedung aparat
Di tanah lapang
Di jalan raya
Di lampu merah
Di dalam pikiran yang dipenjara merdeka.
Nama saya Dwi Retno Asih, memilih nama pena Redd Joan. Biasa dipanggil RJ. Lahir 46 tahun lalu di Lampung. Sejak tahun 2004 mengadu nasib di Negara tetangga hinhga saat ini. Menjadi staff agensi penyalur tenaga kerja Kuala. Pernah mengikuti beberapa antologi bersama sahabat fb. Menulis adalah hoby dan menyukai dunia sastra sebagai ungkapan rasa cinta terhadap bahasa Indonesia.
Senin, 02 September 2019
Cerpen Rumahku di Tepi Rel Kereta Api karya Rg Bagus Warsono
Cerpen Rumahku Di Tepi Rel Kereta Api Karya Rg Bagus Warsono, adalah cerpen yang mengisahkan seorang anak yang berumah di rel kereta api. Sunarti demikian nama anak itu membayangkan akan keindahan rumah orang lain yang lebih baik yang tak bising dengan suara-suara laju kereta bahkan sering terdengar keras di malam hari. Pada suatu ketika Sunarti berkunjung ke pamannya di Kuningan, sebuah kota yang tak ada jalur rel kereta, justru ia tak kerasan tinggal di rumah itu, bahkan ia tak bisa tidur dan terjaga di malam hari. Akhirnya ia menyadari bahwa rumah sendiri lebih indah meski di tepi rel kereta.
Cerpen ini tlah dimuat di Mingguan pelajar dan sebelumnya cerpen inilah yang mebawanya sebahgai salah satu pemenang lomba menulis cerpen bagi guru pada tahun 1996 yang diselenggarakan oleh Depdikbud.
Pada tahubn 2007 Cerpen dibacakan oleh Nurochman Sudibyo di Pendopo Kabupaten Indramayu dalam acara Final Festval Lomba Seni Siswa Nasional tk Kabupaten dalam lomba baca puisi. Dan dalam temu kecil Sastrawan Nasional di acara Sastra untuk Literasi Sekolah 31 Agustus 2019 cerpen ini dibacakan kembali oleh Oka Tri Hadini.
Cerpen ini tlah dimuat di Mingguan pelajar dan sebelumnya cerpen inilah yang mebawanya sebahgai salah satu pemenang lomba menulis cerpen bagi guru pada tahun 1996 yang diselenggarakan oleh Depdikbud.
Pada tahubn 2007 Cerpen dibacakan oleh Nurochman Sudibyo di Pendopo Kabupaten Indramayu dalam acara Final Festval Lomba Seni Siswa Nasional tk Kabupaten dalam lomba baca puisi. Dan dalam temu kecil Sastrawan Nasional di acara Sastra untuk Literasi Sekolah 31 Agustus 2019 cerpen ini dibacakan kembali oleh Oka Tri Hadini.
Minggu, 01 September 2019
Temu Kecil Sastrawan dalam Literasi untuk Sekolah sebuah konsep kegiatan sastra saling menguntungkan dan hemat biaya.
Hasil Temu Kecil :
Temu Kecil Sastrawan Nasional, Literasi Sastra untuk Sekolah:
31 Agustus 2019
A. Konsep : 1. Sekolah hanya menyiapkan tempat sederhana, Pengapresiasi (penonton) dan Makan siang; 2. Sekolah tidak dibebani biaya besar, hanya sepanduk kegiatan, dan snak undangan bagi lingkuangan pendidikan sekolah itu; 3.Pengatur acara diserahkan panitia pihak sastrawan.
B. Manfaat :
1.Sastrawan /Penyair : Mengenalkan karya dan penulisnya di Lingkungan pendidikan.(publikasi)
2.Ajang silaturahmi sastrawan/penyair (mementum)
3. Silaturahmi sastrawan dan masyarakat (hubungan baik)
4. Unsur Penunjang mata pelajaran Bhs. Indonesia dan Pendidikan karakter
C. Pembelajar :
1.Sastrawan /Penyair sebagai narasumber pembelajar di sekolah
2.Guru dan Siswa adalah sasaran pembelajar
3.Sekolah sebagai pusat kebudayaan (Wiyata Manadala)
4.Literasi dengan pilihan sastra
5.Literasi dengan pola baca (contoh baca puisi)
Temu Kecil Sastrawan Nasional, Literasi Sastra untuk Sekolah:
31 Agustus 2019
A. Konsep : 1. Sekolah hanya menyiapkan tempat sederhana, Pengapresiasi (penonton) dan Makan siang; 2. Sekolah tidak dibebani biaya besar, hanya sepanduk kegiatan, dan snak undangan bagi lingkuangan pendidikan sekolah itu; 3.Pengatur acara diserahkan panitia pihak sastrawan.
B. Manfaat :
1.Sastrawan /Penyair : Mengenalkan karya dan penulisnya di Lingkungan pendidikan.(publikasi)
2.Ajang silaturahmi sastrawan/penyair (mementum)
3. Silaturahmi sastrawan dan masyarakat (hubungan baik)
4. Unsur Penunjang mata pelajaran Bhs. Indonesia dan Pendidikan karakter
C. Pembelajar :
1.Sastrawan /Penyair sebagai narasumber pembelajar di sekolah
2.Guru dan Siswa adalah sasaran pembelajar
3.Sekolah sebagai pusat kebudayaan (Wiyata Manadala)
4.Literasi dengan pilihan sastra
5.Literasi dengan pola baca (contoh baca puisi)
Minggu, 25 Agustus 2019
Rabu, 21 Agustus 2019
Hasanuddin Kepala Sekolah yang Hafal Puisi-puisi Chairil Anwar
Di sebuah lembah pegunungan pantai selatan Garut di kecamatan Bumbulang (BBL) bertemu dengan seorang kepala sekolah dasar yang tinggal dua tahun lagi memasuki masa pensiun. Namanya Hasanuddin, kelahiran Makasar 1961. Ada sesuatu yang istimewa pada sosok kepala sekolah dasar Margalaksana 1 di Bumbulang ini, yaitu ketika aku menanyakan pada semua guru, yang kebanyakan muda-muda itu, di sekolah tersebut, di sela-sela obrolan . "Siapa yang hafal beberapa judul karya puisi dan buku sastra karangan pujangga baru pada saat masih sekolah?".
Semua guru terdianm dan mengingat-ingat ketika masih dibangku sekolah atau dibangku kuliah. Tak seorangpun yang menjawab.
Setelah ditunggu beberapa saat , aku menengok wajah kepala seklahnya. Kepala sekolah yang sudah tua itu tersenyum kemudian ia menyebut beberapa nama judul buku dan pengarangnya seperti Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, kemudian ia menyebut beberapa judul puisi karya Chairil Anwar. Segera aku berdiri menyalaminya memberikan selamat.
" Apa bapak masih hafal?", kataku singkat !
Orang tua itu tersenyum lalu memberesi safarinya, kemudia ia berdeklamasi ;
Aku ........Chairil Anwar !
Kalau sampai waktuku.
Ku mau tak seorang kan merayu…
Tidak juga kau…
Tak perlu sedu sedan itu…
Aku ini binatang jalang.
Dari kumpulannya terbuang…
Biar peluru menembus kulitku.
Aku tetap meradang menerjang…
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari…
Hingga hilang pedih peri,,,
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi…
Maret 1943
Demikian ternyata di tepi gunung terdapat sosok guru yang menyimpan ingatan kuat ketika tahun 70-an sekolah.
(Rg Bagus Warsono, 21 Agustus 2019)
Semua guru terdianm dan mengingat-ingat ketika masih dibangku sekolah atau dibangku kuliah. Tak seorangpun yang menjawab.
Setelah ditunggu beberapa saat , aku menengok wajah kepala seklahnya. Kepala sekolah yang sudah tua itu tersenyum kemudian ia menyebut beberapa nama judul buku dan pengarangnya seperti Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, kemudian ia menyebut beberapa judul puisi karya Chairil Anwar. Segera aku berdiri menyalaminya memberikan selamat.
" Apa bapak masih hafal?", kataku singkat !
Orang tua itu tersenyum lalu memberesi safarinya, kemudia ia berdeklamasi ;
Aku ........Chairil Anwar !
Kalau sampai waktuku.
Ku mau tak seorang kan merayu…
Tidak juga kau…
Tak perlu sedu sedan itu…
Aku ini binatang jalang.
Dari kumpulannya terbuang…
Biar peluru menembus kulitku.
Aku tetap meradang menerjang…
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari…
Hingga hilang pedih peri,,,
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi…
Maret 1943
Demikian ternyata di tepi gunung terdapat sosok guru yang menyimpan ingatan kuat ketika tahun 70-an sekolah.
(Rg Bagus Warsono, 21 Agustus 2019)
Suhendi RI, MATA PENA
Dari Bungbulang (Garut) pantai Selatan Jabar kita lihat puisi-puisi internasional Perjalanan Merdeka karya Suhendi RI penyair muda berbakat , kita simak puisinya :
Suhendi RI,
MATA PENA
Menatap hampa ke sudut ruang
Sebuah kitab tergeletak
Tak berdaya di atas meja
Sedang sang darwis lelap
Dipeluk sunyi
Tinta yang menoreh jejak sejarah
Menjadi ayat-ayat kekal
Biarpun musnah dibaca rayap-rayap zaman
Kisahnya terekam diingatan purba
Ketika fajar menyibak tirai pagi
Jiwa mengembara ke jiwa lain
Mencari alif lam mim
Pada mushaf fayakun
Sebelum mata pena disilaukan
Kilauan cahaya emas dan permata
Sadarkanlah dari kefanaan dunia
Bila tiba di halaman akhir
Pahami arti sebenarnya kata-kata
Kebon Jeruk, 19 Juli 2019
Suhendi memberikan puisinya dengan sesuatu yang berada dihadapannya , dihadapan kita, sebuah benda yang menyimpan rahasia alam ini, sebuah yang menjadi pegangan dan panutan hidup di dunia.
Pilihan diksi yang sangat apik dalam usia pengalamannya yang masih muda ini mampu menatanya dan memilih dengan pilihan yang membuat puisi ini menarik dan cukup membuat orang terkesima.
Suhendi membiarkan puisinya untuk ditafsir sesuka pembaca namun memudian pembaca menemukan apa yang diributkan dan di bicarakan itu akhirnya kembali ke Yang Maha Kuasa.
//..../Ketika fajar menyibak tirai pagi
Jiwa mengembara ke jiwa lain
Mencari alif lam mim
Pada mushaf fayakun/....//
Demikian siapa yang mampu menggali apa yang diberikan Yang Maha Kuasa (Al Kitab) sebetulnya terdapat keindahan tiada habis-habisnya. (bersambung. Rg Bagus Warsono , kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)
Suhendi RI,
MATA PENA
Menatap hampa ke sudut ruang
Sebuah kitab tergeletak
Tak berdaya di atas meja
Sedang sang darwis lelap
Dipeluk sunyi
Tinta yang menoreh jejak sejarah
Menjadi ayat-ayat kekal
Biarpun musnah dibaca rayap-rayap zaman
Kisahnya terekam diingatan purba
Ketika fajar menyibak tirai pagi
Jiwa mengembara ke jiwa lain
Mencari alif lam mim
Pada mushaf fayakun
Sebelum mata pena disilaukan
Kilauan cahaya emas dan permata
Sadarkanlah dari kefanaan dunia
Bila tiba di halaman akhir
Pahami arti sebenarnya kata-kata
Kebon Jeruk, 19 Juli 2019
Suhendi memberikan puisinya dengan sesuatu yang berada dihadapannya , dihadapan kita, sebuah benda yang menyimpan rahasia alam ini, sebuah yang menjadi pegangan dan panutan hidup di dunia.
Pilihan diksi yang sangat apik dalam usia pengalamannya yang masih muda ini mampu menatanya dan memilih dengan pilihan yang membuat puisi ini menarik dan cukup membuat orang terkesima.
Suhendi membiarkan puisinya untuk ditafsir sesuka pembaca namun memudian pembaca menemukan apa yang diributkan dan di bicarakan itu akhirnya kembali ke Yang Maha Kuasa.
//..../Ketika fajar menyibak tirai pagi
Jiwa mengembara ke jiwa lain
Mencari alif lam mim
Pada mushaf fayakun/....//
Demikian siapa yang mampu menggali apa yang diberikan Yang Maha Kuasa (Al Kitab) sebetulnya terdapat keindahan tiada habis-habisnya. (bersambung. Rg Bagus Warsono , kurator di Himpunan Masyarakat Gemar Membaca)
Selasa, 13 Agustus 2019
Chayada Binsaven PERUBAHAN WAKTU
Chayada Binsaven Nickname Sunbeia, Bangkok , berikut puisinya :
Nama saya Chayada Binsaven
PERUBAHAN WAKTU
Hati orang berubah
Hal-hal yang tetap sama hanyalah kenangan.
Senyum setiap orang ada
dalam ingatan seseorang.
TAKDIR
Apakah Anda percaya pada takdir?
Takdir sering yang orang yakini
dan mengira itu bagian dari kehidupan.
Nasib seringkali datang secara kebetulan.
Terkadang kita bertemu seseorang
yang atau telah mengenal Seseorang,
yang tidak kita duga tahu.
Ini adalah pesona takdir.
Mungkin Anda berjalan
di sepanjang garis nasib.
Gadis cantik mengawali perdananya sebagai penyair dengan puisi pendek yang indah.
Satu berjudul Perubahan Waktu dan satunya lagi berjudul Takdir dua puisi yang dapat berhubungan ditilik dari isi pesannya.
Cayadha Binsaven goresannya indah , diksinya sederhana namun dalam rangkainya sasyat !
//Hati orang berubah
Hal-hal yang tetap sama hanyalah kenangan.
Senyum setiap orang ada
dalam ingatan seseorang.//
Puisi pendek yang menyentuh pembaca. Puis dengan magner baca tinggi. Hingga pengulas puisi ini terkagum kagum.
Begitu juga puisi kedua. Tentang takdir manusia. Ia menulis takdir itu dengan sangat dalam.
//.../Nasib seringkali datang secara kebetulan.
Terkadang kita bertemu seseorang
yang atau telah mengenal Seseorang,
yang tidak kita duga tahu./...//
baris yang menggigit pembaca, bahwa takdir bukan kitayang merencanakan.
(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gembar Membaca)
Nama saya Chayada Binsaven
PERUBAHAN WAKTU
Hati orang berubah
Hal-hal yang tetap sama hanyalah kenangan.
Senyum setiap orang ada
dalam ingatan seseorang.
TAKDIR
Apakah Anda percaya pada takdir?
Takdir sering yang orang yakini
dan mengira itu bagian dari kehidupan.
Nasib seringkali datang secara kebetulan.
Terkadang kita bertemu seseorang
yang atau telah mengenal Seseorang,
yang tidak kita duga tahu.
Ini adalah pesona takdir.
Mungkin Anda berjalan
di sepanjang garis nasib.
Gadis cantik mengawali perdananya sebagai penyair dengan puisi pendek yang indah.
Satu berjudul Perubahan Waktu dan satunya lagi berjudul Takdir dua puisi yang dapat berhubungan ditilik dari isi pesannya.
Cayadha Binsaven goresannya indah , diksinya sederhana namun dalam rangkainya sasyat !
//Hati orang berubah
Hal-hal yang tetap sama hanyalah kenangan.
Senyum setiap orang ada
dalam ingatan seseorang.//
Puisi pendek yang menyentuh pembaca. Puis dengan magner baca tinggi. Hingga pengulas puisi ini terkagum kagum.
Begitu juga puisi kedua. Tentang takdir manusia. Ia menulis takdir itu dengan sangat dalam.
//.../Nasib seringkali datang secara kebetulan.
Terkadang kita bertemu seseorang
yang atau telah mengenal Seseorang,
yang tidak kita duga tahu./...//
baris yang menggigit pembaca, bahwa takdir bukan kitayang merencanakan.
(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat Gembar Membaca)
Muhammad Lefand ORANG-ORANG TIMUR JEMBER
Berikut kita simak puisi karya Muhammad Lefand dalam puisi-puisi antologi internasional.
Muhammad Lefand
ORANG-ORANG TIMUR JEMBER
pagi:
Semua bangun setelah ayam berkokok
Membasuh muka dengan air
Menghadap Tuhan dan berdizikir
Yang punya sawah mengambil cangkulnya
Yang punya kebun mengambil aritnya
Yang tidak punya siap-siap bekerja
Ada yang mencari kayu hingga ke hutan
Ada yang mencari rumput hingga ke kebun
Dingin tak menghalangi gairah orang-orang
Tanah timur Jember begitu subur
Sawah-sawah luas membentang dari utara ke selatan
Kebun-kebun di bawah kaki gunung raung begitu rimbun
siang:
Setelah adzan dhuhur berkumandang dari masjid terdekat
Semua bersiap untuk kembali ke rumahnya
Membasuh badan dan keringat
Tidak lupa menunaikan shalat
Ada yang kembali ke sawah dan kebunnya
Ada yang istirahat di kamarnya
Anak-anak pulang dari sekolah mengucap salam
sore:
Ibu-ibu berkumpul
Bapak-bapak kembali ke aktifitas masing-masing
Anak-anak bermain layangan
malam:
Orang-orang sedang berdoa
setiap hari:
Orang-orang timur Jember sangat merdeka
Jember, 2019
Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura dengan nama Muhammad,
sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Adalah seorang perantauan yang senang menulis puisi
Muhammad Lefand mengetengahkan suasana merdeka di Jember Jawa Timur. Diantara orang-orang yang belum menemukan kemerdekaan menurut hatinya, Muhammad Lefand justru memotret masyarakat yang menikmati kemerdekaan itu. Orang-orang Timur Jember katanya menikmati merdeka, ia gambarkan diwaktu pagi, siang hingga malam sepanjang hari, kemerdekaan bagi masyarakat adalah ketenangan dan keamanan mencari nafkah. Tampaknya masyarakat yang dipotret Lefand tidak muluk-muluk , mereka menikmati kemerdekaan itu. Menikmati dengan tenangan hidup dalam keseharian nya di desa.
Benar, kemerdekaan adalah bagaimana seseorang mensyukuri hidup ini, namun tak berarti pasrah. Hati yang slalu bersyuku akan mendapat ketenangan dalam hidup. Contohnya masyarakat Timur Jember yang digambarkan Muhammad Lefand.
Puisi yang tersurat dengan runtut dan apik disusun ini memiliki kekuatan daya tarik baca tersendiri. Lefand telah berhasil 'bercerita dengah puisi. Demikian puisi ternyata dapat menyampaikan kabar. bahwa di suatu tempat ada masyarakat menikmati merdeka. Mengapa kita tidak?
(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat gemar membaca)
Muhammad Lefand
ORANG-ORANG TIMUR JEMBER
pagi:
Semua bangun setelah ayam berkokok
Membasuh muka dengan air
Menghadap Tuhan dan berdizikir
Yang punya sawah mengambil cangkulnya
Yang punya kebun mengambil aritnya
Yang tidak punya siap-siap bekerja
Ada yang mencari kayu hingga ke hutan
Ada yang mencari rumput hingga ke kebun
Dingin tak menghalangi gairah orang-orang
Tanah timur Jember begitu subur
Sawah-sawah luas membentang dari utara ke selatan
Kebun-kebun di bawah kaki gunung raung begitu rimbun
siang:
Setelah adzan dhuhur berkumandang dari masjid terdekat
Semua bersiap untuk kembali ke rumahnya
Membasuh badan dan keringat
Tidak lupa menunaikan shalat
Ada yang kembali ke sawah dan kebunnya
Ada yang istirahat di kamarnya
Anak-anak pulang dari sekolah mengucap salam
sore:
Ibu-ibu berkumpul
Bapak-bapak kembali ke aktifitas masing-masing
Anak-anak bermain layangan
malam:
Orang-orang sedang berdoa
setiap hari:
Orang-orang timur Jember sangat merdeka
Jember, 2019
Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura dengan nama Muhammad,
sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Adalah seorang perantauan yang senang menulis puisi
Muhammad Lefand mengetengahkan suasana merdeka di Jember Jawa Timur. Diantara orang-orang yang belum menemukan kemerdekaan menurut hatinya, Muhammad Lefand justru memotret masyarakat yang menikmati kemerdekaan itu. Orang-orang Timur Jember katanya menikmati merdeka, ia gambarkan diwaktu pagi, siang hingga malam sepanjang hari, kemerdekaan bagi masyarakat adalah ketenangan dan keamanan mencari nafkah. Tampaknya masyarakat yang dipotret Lefand tidak muluk-muluk , mereka menikmati kemerdekaan itu. Menikmati dengan tenangan hidup dalam keseharian nya di desa.
Benar, kemerdekaan adalah bagaimana seseorang mensyukuri hidup ini, namun tak berarti pasrah. Hati yang slalu bersyuku akan mendapat ketenangan dalam hidup. Contohnya masyarakat Timur Jember yang digambarkan Muhammad Lefand.
Puisi yang tersurat dengan runtut dan apik disusun ini memiliki kekuatan daya tarik baca tersendiri. Lefand telah berhasil 'bercerita dengah puisi. Demikian puisi ternyata dapat menyampaikan kabar. bahwa di suatu tempat ada masyarakat menikmati merdeka. Mengapa kita tidak?
(Rg Bagus Warsono, kurator di Himpunan Masyarakat gemar membaca)
Suyitno Ethex MENAWAR KEMERDEKAAN
Kita simak kembali puisi-puisi perjalanan merdeka dalam antologi internasional. Berikut karya Suyitno Ethex penyair Mojokerto yang namanya menasional ini :
Suyitno Ethex
MENAWAR KEMERDEKAAN
Menjelang kemerdekaan awal bulan agustus
di ruas setiap jalan tawarkan kemerdekaan
umbulbul penjor bendera dijajakan
Harga umbulumbul sekian
harga bendera sekian
begitu juga tiang bendera
Penjual pembeli berinteraksi
tawar menawar terjadi
serasa lupa bagaimana
para pejuang merebut kemerdekaan
Menawar kemerdekaan terjadi
peringatan hanya serimoni
terlalu sekali
mojokerto, 1.8.2019
Sebuah puisi pendek dengan baris pendek yang menarik perhatian. Penuh makna apresiasi, dan syarat pesan. Paduan bait dikayakan dengan alur yang bergelombang sehingga enak dibaca. Suyitno Ethex memang jempolan dalam menulis puisi.
//.../Harga umbulumbul sekian
harga bendera sekian
begitu juga tiang bendera/...//
alur demikian adalah jeda yang menarik utuk disampaikan agar mengigit.
Pandangannya dalam sorotan judul ini tentang perayaan kemerdekaan itu tak sebera arti bahkan hanya seremonial belaka.
//.../Menawar kemerdekaan terjadi
peringatan hanya serimoni
terlalu sekali//
Suyitno Ethex pancen piawai menulis puisi.
Suyitno Ethex
MENAWAR KEMERDEKAAN
Menjelang kemerdekaan awal bulan agustus
di ruas setiap jalan tawarkan kemerdekaan
umbulbul penjor bendera dijajakan
Harga umbulumbul sekian
harga bendera sekian
begitu juga tiang bendera
Penjual pembeli berinteraksi
tawar menawar terjadi
serasa lupa bagaimana
para pejuang merebut kemerdekaan
Menawar kemerdekaan terjadi
peringatan hanya serimoni
terlalu sekali
mojokerto, 1.8.2019
Sebuah puisi pendek dengan baris pendek yang menarik perhatian. Penuh makna apresiasi, dan syarat pesan. Paduan bait dikayakan dengan alur yang bergelombang sehingga enak dibaca. Suyitno Ethex memang jempolan dalam menulis puisi.
//.../Harga umbulumbul sekian
harga bendera sekian
begitu juga tiang bendera/...//
alur demikian adalah jeda yang menarik utuk disampaikan agar mengigit.
Pandangannya dalam sorotan judul ini tentang perayaan kemerdekaan itu tak sebera arti bahkan hanya seremonial belaka.
//.../Menawar kemerdekaan terjadi
peringatan hanya serimoni
terlalu sekali//
Suyitno Ethex pancen piawai menulis puisi.
Langganan:
Postingan (Atom)