63.
Dede Rostiana
Itu Merdeka
Merdeka itu kebebasan untuk manusia
Berkeliaran lalu lalang
Menghirup udara segar dan hidup nyaman
Deretan sejarah kemerdekaan selalu terbayang
Jasa-jasa para pahlawan
Kalaulah mereka masih ada
Mungkin mereka lara dan bela sungkawa
Karena kemerdekaan yang mereka perjuangkan
Masih tak seberharga nyawa mereka
Wahai generasi muda
Seberapa tangguh kau berjuang
Melawan kemiskinan juga kedloliman
Mungkin mereka kan berkata demikian
Para pemuda saat sekarang, mungkinkah bisa bertanggung-jawab
Pandaikah berburu debat lalu menuntut hak?
Berani menyerahkan jiwa dan raga?
Demi kemerdekaan bangsa dan negara
Walaupun moncong senjata di depan dada
Mereka sama sekali tidak takut semua itu, Justru mereka hanya takut
Bisikan-bisikan : "Berjalanlah lurus Bung!"
Padahal tak dilihatnya belok
"Merdeka itu menuruti apa yang seharusnya dituruti lalu diam!”
Dede Rostiana, lahir di Tasikmalaya16 Pebruari 1972. Pendidikan terakhir S2 Administrasi Pendidikan, Universitas Galuh Ciamis. Seorang pengajar di SMP Pesantren Cintawana. di Tasikmalaya. Penulis aktif di beberapa komunitas menulis. Karya penulis berupa Puisi dan Artikel pernah dimuat di Koran Lokal, Tabloid Surya Rengganis, Majalah Mangle, Majalah Guneman, Kabar Priangan, Siap Belajar, Galamedia dan Pikiran Rakyat. Penulis bergabung dengan beberapa Antologi bersama baik Puisi, Cerpen, dan Cernak (wonderland creative) dan ( Raising Star). Penulis juga telah menerbitkan dua Antologi Puisi tunggal ; Merindu Bulan dan Sunrise di Matamu.
Dede Rostiana
Itu Merdeka
Merdeka itu kebebasan untuk manusia
Berkeliaran lalu lalang
Menghirup udara segar dan hidup nyaman
Deretan sejarah kemerdekaan selalu terbayang
Jasa-jasa para pahlawan
Kalaulah mereka masih ada
Mungkin mereka lara dan bela sungkawa
Karena kemerdekaan yang mereka perjuangkan
Masih tak seberharga nyawa mereka
Wahai generasi muda
Seberapa tangguh kau berjuang
Melawan kemiskinan juga kedloliman
Mungkin mereka kan berkata demikian
Para pemuda saat sekarang, mungkinkah bisa bertanggung-jawab
Pandaikah berburu debat lalu menuntut hak?
Berani menyerahkan jiwa dan raga?
Demi kemerdekaan bangsa dan negara
Walaupun moncong senjata di depan dada
Mereka sama sekali tidak takut semua itu, Justru mereka hanya takut
Bisikan-bisikan : "Berjalanlah lurus Bung!"
Padahal tak dilihatnya belok
"Merdeka itu menuruti apa yang seharusnya dituruti lalu diam!”
Dede Rostiana, lahir di Tasikmalaya16 Pebruari 1972. Pendidikan terakhir S2 Administrasi Pendidikan, Universitas Galuh Ciamis. Seorang pengajar di SMP Pesantren Cintawana. di Tasikmalaya. Penulis aktif di beberapa komunitas menulis. Karya penulis berupa Puisi dan Artikel pernah dimuat di Koran Lokal, Tabloid Surya Rengganis, Majalah Mangle, Majalah Guneman, Kabar Priangan, Siap Belajar, Galamedia dan Pikiran Rakyat. Penulis bergabung dengan beberapa Antologi bersama baik Puisi, Cerpen, dan Cernak (wonderland creative) dan ( Raising Star). Penulis juga telah menerbitkan dua Antologi Puisi tunggal ; Merindu Bulan dan Sunrise di Matamu.