Sabtu, 03 September 2016

Lumbung Puisi Jilid IV




Rachmad Basuni
Seperti Ini
tuan belalang selalu melompat girang, mencari tempat diantara tangkai-tangkai ranting yang usang, pasalnya hijau rumput segar di depan mata terpampang,  namun sayang, hanya sebuah bayang..
nyonya lebah memandu sorak kerumunannya bergegas, mengais dari kelopak bunga yang hampir layu terlindas, pandangannya mulai kabur sepintas, bunga-bunga yang indah hanya beberapa saja yang tak berbatas,
keluarga rayap harus berebut atap kesana kemari, mencari tempat tepat di sudut almari, membuatnya sedikit miring sebatas ibu jari, kayu penyangga tak luput dari sasaran kini, setidaknya setahun dua tahun lagi bisa tetap berdiri,
nona kenari terpaksa beralih profesi, berpindah dari panggung ke panggung ekspresi, tak lagi bernyanyi untuk menarik pujaan hati, namun di panggung sangkar kayu kini, ia menghibur telinga sang tuan musisi,
tuan, nyonya, nona, dan keluarga selalu saja begini, ironisnya alam ini terlalu mengironi, hingga nanti, akan tetap seperti ini ~
Solo, 5 November 1992




                                                     
Refa Kris Dwi Samanta

Capung Gunung

Ada capung di caping bapak
Yang hendak menyalakan mendung
Kepalanya masih agak basah
Sehabis menclub di blumbang bapak
(Hitung-hitung sambil momong kecebong)

Kini sayap kirinya tak lagi utuh
Tertampar ayunan hujan barat
Menjadikannya pensiun dari dunia penerbangan
Meski demikian ia masih bisa nembang
(Diiringi petikan kecapi bapak)

Alangkah bahagianya capung itu
Bagaimana tidak? Bapakku kan gemar berkebun!



Refa Kris Dwi Samanta
Anjing Dalam Sangkar


Aku tercipta sebagai anjing
Yang hidup di sebuah dunia berukuran 2 x 2 meter
Dimana cakrawala tidak akan terlihat indah dilihat dari sudut manapun
kadang-kadang
Yang sering adalah nasi basi dengan kuah sup yang sudah agak kecut
Siapa gerangan yang dapat mendengar rintihan perut seekor anjing
sementara dunia tuanku begitu gaduhnya

Aku lebih suka dipukuli hingga mati
Daripada terkurung sepanjang hari sampai mati

Dalam benakku aku bertanya
Apakah aku akan mendapat pertolongan Tuhan, jika aku tetap bersyukur meski tuanku tidak memberiku makan?
Apakah aku akan mendapat pertolongan Tuhan, jika aku tetap berdoa meski perutku sedang keroncongan?

Wahai Penciptaku yang agung
Apakah seekor anjing diperbolehkan menghuni surga?
Karena jika boleh
Pastilah aku akan sangat bersukacita
Karena disana aku hanya akan bertemu dengan orang baik

Wahai Penciptaku yang Maha Kasih
Semoga Engkau membenarkan pemikiranku ini
Karena tiap malam,aku bermimpi
Sebuah mimpi, juga sebuah pengharapan
Dimana kulihat seorang manusia bercahaya berlari menghampiriku
dengan membawa sebungkus dog food


 
Rere Desvada
Rusa Kelana

Hari itu
Seperti biasa halaman nampak sepi
Tanpa sengaja sekilas ada rusa
Berlarian bekejaran dengan rusa lainnya
Istana serta halaman nan asri begitu sejuk

Sekawanan rusa lincah kala kakinya meloncat
Tak peduli Preridennya pusing karena memikirkan Negara yang konfliknya segudang

Jejak kaki rusa
Seperti kenangan Proklamasi silam
Di mana Soekarno dulu pernah mendiami Istana Bogor ini
Merenung sejenak dalam kesahnya

Rumput pun jadi saksi
Rusa ijuga mengajak tersenyum
Menenangkan hati yang kalut dari
majikan yang sedang kalut

Rusa dan catatan usang
jadi sejarah Bangsa Indonesia
Di mana perjuangan telah terlukis
di dada generasi kini

Negaraku dan rusaku
Biarkan kami anak Pertiwi
Meretas dari peninggalan perjuanganmu bangun Republik Indonesia bersama sapa mentari ceria
Bandung, 17 Agustus 2016