Supi El-Bala
Kepada
Badak-badak Ibuku
“Badak badak badak badak badak...”
(Kata ibuku pada balita kasihnya disesanjung
Generasi
dalam buaian...)
Aku pikir
rapalan badak ibuku yang ditiru mantu
Adalah
mantra balita, penawar tangis
Atau
sedang mewaris nama hewan yang sedarsa kan langka
Atau
menoreh garis corpus otak tentang binatang bercula satu
Sekaligus
berharap, “semoga anak cucu masih ketemu...!”
“Badak badak badak...”
Badak
ibuku adalah bahasa kampungku yg punah
Bahasa
yang jauh dari sign ke refren-nya
“Berharap tangguh, tak bergeming, tetap
panceug
Keyakinannya”
Tak
sesentipun Ibuku berdoa untuk bermuka badak
apalagi berpanjang-panjang,
menghimpunmu agar berkulit badak !
Suyitno Ethex
Seekor Binatang
dalam belantara seekor binantang
menyibak belukar dedaunan
sedari pagi hingga petang
mempertahankan kehidupan
mempertahankan keberadaan
musuhnya tak hanya sesama binantang
tapi juga manusia yang lebih binantang
setiap seekor binantang yang ada
saling berebutan di dalam rimba raya
tak jarang ada manusia
masuk ke dalam rimba raya
membawa senjata berburu binantang
yang sifatnya lebih dari binantang
seekor binantang dalam rimba belantara
mempertahankan keberadaannya
mempertahankan kehidupannya
bukan hanya melawan sesama binantang
tapi juga melawan manusia
mojokerto, 9 agustus
2016
Suyitno Ethex
Kabar dari Rimba
angin dari rimba
pohon-pohon tumbang
hewan-hewan tak tenang
adanya perambah hutan
yang liar lebih liar dari binantang
satwa yang seharusnya dijaga
dikejar ditangkap demi harta
begitu juga pohon-pohon yang ada
ditebangi tanpa sisa
kabar dari rimba
margasatwa dilanda resah
karena pohon-pohon tempat berteduh
dijarah tanpa patuh
segala satwa merana
tempatnya bercinta dilanda
para manusia yang murka
demi harta semata
kabar dari rimba
margasatwa tak tenang hidupnya
margasatwa tak tenang tidurnya
karena istananya dilanda
orang-orang yang lupa
menjaga margasatwa
mojokerto, 16 Agustus
2016
Tajuddin Noor Ganie
Kisah
Terhapusnya Jejak Kaki Burung
Sejak lama kicauan burung telah sirna
di belukar fana airmata ini
Jejak kakinya tak lagi nyata di mana-mana
Nyanyiannya tinggal fiksi sebatas legenda saja
Pabrik kayu lapis yang dulu
dibangun berlapis-lapis
Di tepi sungai itulah
yang mengikis habis
nafas–nafas emprit, pipit,
gelatik, bahkan elang raja
Mereka lunglai tak berdaya
di hadapan marabahaya
Dulu, pabrik kayu lapis yang berlapis-lapis itu
memompakan racun ke udara terbuka
setiap hari tanpa jeda
dalam waktu yang lama
melalui cerobong-cerobong asapnya
yang digjaya
Sungguh, lumbung-lumbung racun itu
Telah menuba angkasa dengan semena-mena
Hingga menjadi wilayah berbahaya
Sejak lama jejak kaki burung-burung itu terhapus. Tak lagi
berbekas di dahan-dahan pepohonan yang juga merapuh
karena menghirup tuba yang sama
Banjarmasin, 20 Januari
2014
Tajuddin Noor Ganie
Mitos yang
Lunglai Dihadapan Waktu
Sejak lama nafas-nafas ikan
Tak lagi berbekas di belukar sungai ini
Banjir yang datang silih berganti
Menderas ke hilir
Membawa tuba yang
Berbiak-biak di hulu-hulu
Hujan membuat tebing-tebing longsor
Tuba yang melekat di sana
terkelupas dan berubah jadi debu
yang begitu ringan mengapung ke hilir
Debu-debu tuba itulah yang
Mengikis nafas ikan
hingga semuanya sirna
Menjadi mitos yang lunglai
di hadapan waktu
Banjarmasin, 20 Januari
2014