Minggu, 04 September 2016

Puisi-puisi Ersa Sasmita, El Fadjeri, Eri Sofratmin di Lumbung Puisi Jilid IV



Ersa Sasmita

Badak
Dengan hanya mencium aromamu,
Aku tahu keberadaanmu

Pendengaranku pun cukup tajam,
Meski kau mengendap-ngendap mendekatiku
diam-diam

Kulitku yang tebal sering dijadikan perumpamaan
bagi manusia yang tak punya rasa malu dan
hidup dari belas kasihan. Tapi, bagiku pelindung tubuh
yang menjagaku dari musuh

Aku tak suka api.
Padamkanlah begitu selesai
Memasak air untuk kopi

Agar aku tak datang menyeruduk
Dan membuatmu ambruk

Makananku semata tumbuhan
Yang menjaga temperatur tubuhku tetap aman

Dalam cuaca panas, aku pilih berkubang di
kubangan berlumpur, agar terhindar dari dehidrasi
Dan sengatan terik matahari.

Musuhku satu-satunya hanyalah manusia,
Yang membunuh dan mengambil cula
Milikku, untuk digunakan dalam  ramuan cina.
2016


Ersa Sasmita
Gajah
Pantaslah kau disembah,
Karena konon banyak memberi berkah

Kau disebut vighnaharta, yang menghalau rintangan dan
kesukaran hidup manusia, dengan wujud patung Ganesha,
yang merupakan putera Dewi Parwati dan Dewa Siwa.

Tapi, kau juga lambang keberanian dan kebijaksanaan,
Dimana pemujamu menggantungkan harapan.

Kau dikenal memiliki tajam pendengaran,
Dapat berkomunikasi dengan kerabatmu hanya dari getaran
Tanah, meski lima kilometer jauhnya. Pun memiliki memori
Kuat, dalam mengingat jalur migrasi.

Meski berkulit tebal, kau ternyata tak mampu berkeringat,
Sehingga tak tahan dalam cuaca terik menyengat.

Saat udara panas,
telinga lebarmu kau fungsikan sebagai kipas.

Kedua gadingmu ternyata adalah gigi
Yang akan tumbuh kembali
Setiap kali patah. Gading yang dicari manusia
Karena mahal harganya.

Kau pun dipakai sebagai perumpamaan
Bagi manusia yang suka mencari-cari
Kesalahan Orang lain, tapi lupa melihat kesalahan
Diri sendiri.
2016


 

Ersa Sasmita
Cheetah

Kau pernah dijadikan model iklan kendaraan
Sebagai simbol hewan yang paling unggul dalam kecepatan.
Kecepatan yang dimungkinkan oleh lubang hidung
Lebar dan paru-paru besar, sehingga bisa menghirup oksigen
Lebih banyak. Dengan tubuh kecil, ringan dan aerodinamis,
Kau mencapai tujuh meter dalam sekali lompatan.

Tapi kau hanya sanggup berlari setengah menit saja
Sebelum betul-betul kehabisan tenaga.
Karena itu, kau memilih lebih dekat dulu sebelum menyergap
Mangsa, agar mereka tidak dalam keadaan siap.
Ekormu berfungsi kemudi yang mengatur belokan
Saat melakukan gerakan melengkung di tikungan.

Meski hewan buas, kau tak bisa mengaum nyaring 
seperti singa. Sebab suaramu lebih mirip kucing
yang mendengkur
Saat tidur.
2016

El Fadjeri

Tangisan Badak Bercula Satu

Ada rahasiaTuhan yang berkeliaran di dalam fauna Indonesia
Sebuah rahasia yang menjanjikan kedewasaan etika
Pertanggungjawaban para khalifah di bumi
Untuk menjaga setiap inci rejeki dan keindahan yang Tuhan beri

Menjaga amanah bukan merusak alam
Mendapatkan keuntungan tidak dengan cara kejam
Bertahan hidup jangan menjadika nmahluk lain jadi korban
Cinta Tuhan berarti juga cinta seluruh hewan

Ujung Kulon menangis darah
Ketika banyak Badak di buru oleh para pendosa
Cukong-cukong keji dan nista
Manfaatkan cula untuk kepentingan semata

Badak adalah kekayaan dunia
Hewan yang sudah tidak banyak lagi keturunannya
Menjaganya seperti menjaga keperawanan wanita
Membunuhnya berarti meperkosa gadis belia

Hewan langka adalah perhiasan nusantara
Biarkan mereka berdansa dengan habitatnya
Kita menjaga dalam prilaku bangsa yang berbudaya

Hingga harum nama Indonesia tercium oleh pecinta fauna dunia

Badak bercula satu,
Menangis di pangkuan Ibu pertiwi
Kita mengiba dengan sejuta aksi
Jakarta, 11082016




Eno El Fadjeri

Capitan Kepiting Kalijodo

HingarbingarberitatentangKalijodo
Terdengarmengguncangsukmadiriku yang bodoh
Taktahuapa yang membuatkeramaianituberisaktangis
Luluhlantahperkampungandengancara yang tragis

Pemerintahmenertibkandengancarapaksa
Sebelahkiridankananhuniantakmampumenguraitawa
Kupu-kupumalamberkeliarantaktaahuarahtujuan
Mencarituan-tuan yang relamemberirumahkehidupan

Akuberjelagahmelewatimalam yang suram
DitengahkemesraanPamongPrajadan Tuan hartawan
Sedangberbisikmencarijalanteranginvestasi
Antarapembentukantamankotadanapartemen yang tinggi

Disekitar sana aku melihat banyak luka
Ada pelacur yang berdiam murung di pinggiran kali
Ada Ibu tua renta menangis di runtuhan bangunan rumahnya
Ada preman yang marah-marah tak jelas kepada aparat
Aku menyebut mereka sebagai kepiting Kalijodo

Kalijodo bukan surga lautan
Tapi di dalamnya terdapat banyak kenikmatan
Kepiting terkadang memberikan kuliner kelezaran
Tapi terkadang capitannya bisa membahayakan kehidupan

Ingatlah!
Siapapun yang terusik
Pasti akan menggigit balik
Tak ada dendam yang padam sempurna
Tak ada capitan yang tak meninggalkan luka
Bila sudah tiba waktunya
Air mata akan berbalas dengan air mata.
Jakarta, 13082016


Eri Sofratmin

Serak Parau Para Ungko

Segerombolan para Ungko
di hutan Tanah Ketayo
ranah kubu rimba raya
berjingrak-jingrak memekik
menggendong anaknya, berpindah-pindah dari batang kedahan, dari dahan kepucuk
menghindari ujung peluru balansa

Serak parau para Ungko
mengamuk, memekik
sahut bersahut jantan dan betina
memuntahkan amarah
karna hutan rimba raya ditebang
hingga diratakan Buldozer
atas perintah manusia yang tak punya hati

Serak parau para Ungko
memekakkan gendang telingaku

Oooiii Sibelangblang Harimauku
penunggu hutan jagad raya
di tanah kubu rimba raya
cengkramkan kuku dan taringmu
terkam,
terkam,
terkam jantung orang yang mengganggu hutan rimba rayamu
robek jantungnya dan campakkan
kerimbun pohon jati

Oooiii Kuau siburung rimbaku
datang, datanglah
cakarkan kuku-kuku Tajammu
kejantung orang yang merusak hutan rimbaku

Oooiii Kuau siburung rimbaku
gunggunglah tubuhku
antar kesarang Garuda Bhinekaku
biar penguasa tahu bahwa hutan berserta habitatnya harus di jaga dan di lindungi

Serak parau para Ungko
tak henti-hentinya memekik.
Kota Lintas , 11 Agustus 2016.


 Eri Syofratmin

Kunang –kunang

Kenang kukenang
ketika masa kecilku
kesetianku menanti
hadirnya kemilau kunang-kunang
bertebar bak lampu pijar
di hamparan pematang sawah
di semak-semak tebing sungaiku
aku terbuai dalam cahaya terangmu

Namun,
itu dulu dipijar kenangan
Kunang-kunang

Kini,
cahayamu tak kutemui lagi di langit malam
yang kulihat kini
hanya,
cahaya lampu-lampu jalan

Kunang-kunang ku kenangkenang
Kota Lintas , 11 Agustus 2016.