Arif Khilwa
Kicauan
Didalam
sangkar emas
Ia terus
berkicau
Menggema
dimedia massa
Dan juga
media social
Menggiring
opini
Menebar
kecemasan
Rencanakan
anak SD dan SMP
Jadi
Kelinci percobaan
Pati, 10 agustus 2016
Arif
Khilwa
Satwa
Dalam Cerita
Dalam
cerita fabel
Beragam
nama hewan disebutkan
Sifat dan
tingkah
Terekam
jelas dalam ingatan
Bagai
pengantar tidur
Si bocah
nikmati mimpi dari sisa cerita
Waktu
terus berjalan
Imajinasi
tak kunjung nyata
Hanya
temukan miniatur
Juga
patung-patung satwa
Suara-suara
burung berkicau
Dari dalam
sangkar
Tergantung
di teras rumah sang tuan
Satwa –satwa
langka terbantai dirimba
Tersisa di
kebun binatang mancanegara
Si bocah
tumbuh dewasa
Mengenal
satwa
Hanya
lewat cerita
Pati, 8 agustus 2016
Ari Witanto
Mengingat
Kampung Rindu
: kaligintung
Aku dengar kembali
merdu burung
Hantu memecah sunyi
Mungkin bertengger di nisan bukit Traunan tempat terakhir
Pangeran Kebo Kenanga beristirahat
Atau pohonan bukit Menoreh dimana lolong Anjing hutan serta
Bajang kerek si belalang yang suaranya rupa tangis bayi
Menyayat nyayat
Mengingat kampung rindu adalah wangi rumput berembun
Di kaki bukitan
Prenjak, perkutut, kutilang selalu menyambut matahari
Dari dahan mahoni
Tepian sungai dan gareng pong memekak telinga
Menanda pagi segera usai
Sapi sapi terpelihara
Ayam ayam berkeliaran
mencari makan
Dan orang orang sibuk
mengurus sawah, rumput
Serta masa depan anak anak mereka
Jika orong orong berbunyi
Magrib segera tiba, ayam ayam kembali ke kandang
Muda mudi mulai asik
mengaji di masjid bawah bukit makam
Puro Paku alaman
Dan jika genap malam menjelang
Bajang kerek menangis mengiris, guwek
Menyenandung luka pada kesunyi yang remang mengabar
Duka mengabar duka
Esok atau lusa manusia akan berpulang,
Bekasi, 29 juli 2016
Ari Witanto
Cerita
Tentang Topeng
ada negeri dimana
orang orang menutupi wajah dengan
rupa aneh aneh
sebagai pelindung muka
menutup kebenaran untuk membenarkan
suatu ketika
pernah menjumpa rupa manusia dengan perut buncit
wajah menciut seperti clurut
mengendap endap menuju lumbung berlari menggigit makanan
lalu melesat
lari entah kearah mana dan
paginya tersiar kabar lumbung habis pasokan
pula wajah kucing
yang memelas dengan mata menghiba
wajah kerbau dungu
seolah lugu
bersiasat akan merubah
topeng menjadi serigala paling kejam saat menemu waktu
saat menemu waktu dimana harga adalah: aku
adalah aku raja di antara ribuan topeng topeng yang juga
menyerupa
berkeinginan sama
lalu apalagi yang terjadi kecuali pertarungan wajah wajah
aneh yang kapan
saja bisa malih rupa
kucing tiba tiba menjadi singa, singa mengecil menjadi
clurut lalu membesar lagi
menjadi badak, oh pertarungan
tentu tak Cuma itu, sebab topeng kupu kupu dan marmut begitu
lucu
menjadi perbincangan dan bagian dari waktu
dan jika malam menjelang topeng topeng akan mereka lepas
di bekapnya dalam tidur dalam mimpi agar
tak hilang atau terlupa
esok pagi dipakainya kembali topeng itu
menjadi wajah apa saja
guna bersembunyi dari
wajahnya sendiri
bekasi, 15 agustus 2016
Arwinto Syamsunu Ajie
Pintu
Kupu-kupu
Aku tak sedang mencintai
hujan
dan seluruh kata-kata
yang basah
dan memalam
Lorong tak sedang
mencintai bulan
Kabut dan endapan
debu-debu jalan
tak sedang mencintai lampu
dan
kepura-puraan
Tubuhku kelaras daun
pisang
--- belum sepenuhnya
lepas dari pelepah
dan ikatan-ikatan.
“Bungkuslah
dingin dan inginmu dengan
yang kumiliki dan
kutawarkan
Bahkan seandainya api
kau nyalakan
cuma membuatku riang
terbakar
Sebab aku lebih tak
mencintai lapar
dan kemiskinan
2015
Arwinto
Syamsuny Ajie
Belibis
Kota malam dan
pelabuhan
seringkali sungai
yang menenggelamkan
Lihatlah batu-batu
terlempar
ke dasar kealpaan
Sampah-sampah yang
mengalir
tulisan buruk di atas air
o, lengkap juga
akhirnya
sesuatu sia-sia
mengejar muaranya
Tapi belibis-belibis
pengucapan
yang berenang tanpa
keributan
menggugurkan apa yang
kita sangka
fiksionalitas bela
sungkawa
atau pun pengkerean
pemaknaan
2015