Wahyudi Abdurrahman Zaenal,
Senum Arwana Simbol Belaka
Ketika mereka dijadikan simbol kehidupan dunia nampaknya
tentram-tentram saja
Wajah ceria segar menggelembung pada akuarium senyum sapa
semesta
Glamour kesan menuang manja hidup bagai tiada suatu
kekurangan
Warna boleh indah sisik sangat sempurna menawan para
kolektor
Napas terbelenggu pada sekatan kontes yang menyesakkan
kehidupan alami
Bergaya bak selebritis hanya untuk kepuasan manusia pemuja kesempurnaan
Nun jauh di pedalaman habitat kian punah diburu penjarah
Inginkan nilai jualmu yang kian melangit tanpa sadar
lenyapkan
Senyummu Arwana dalam kerangkeng simbol belaka langka di
mata
Pontianak, 15 Agustus
2016
Wans Sabang
Kupu-kupu
Malam
kalau boleh ia memilih:
selamanya menjadi ulat
dalam kepompong pedih
dari pada keindahannya hanya fatamorgana
Busway, 12 Agustus 2016
Wans Sabang
Kutu
Loncat
: Ahok
Untuk apa ktp?
Hari ini kau bilang teman kami,
besok kau bilang teman Megawati, beaoknya lagi kau bilang
temannya Jokowi.
Aku cuma kutu buku tak mungkin jadi teman kamu,
lagi pula siapa yang mau berteman dengan kamu?
Kutu loncat tukang caci maki.
Bogor, Agustus 2016
Yuyun Ambarwanto
Sajak Burung
Rimba
Beburung rimba berkicau mencumbui rerimbun alam raya
Seolah pohon, batang, dahan, ranting, dan daun menjadi
istana tuk bercengkerama
Mereka berterbangan melintasi cakrawala
Hingga suatu ketika terhenti di sebuah pohon tua
Terbersit olehnya, cerita pohon-pohon cemara
Bertuturlah burung kepada kawannya
Setialah kita pada pasangannya
Ambilah hikmah yang ada di sekeliling kita:
Ibarat dahan tak pernah mengeluh menopang ranting yang
kering
Dimana daun justru berselingkuh dengan batang yang lain
“Masih adakah rindu diantara kita?”, tanya akar dalam gamang
Burung pun bergeleng-geleng kepala, sambil merawat rindu
yang tak bertepi perihnya
Wonogiri, 17 Agustus 2016