Minggu, 04 September 2016

Puisi-puisi Daviatul Umam, Eka RS , Dharmadi DP di Lumbung Puisi Jilid IV



Dharmadi, DP

Bak Sniper

dibidik sasaran
sejoli perkutut yang sedang pepasihan
di dahan phon mangga
tak lama ada letusan, dor;

seekor perkutut terkapar,
ada darah ada air mata.




Daviatul Umam

Ratapan Arwah Pohon

Kau jagal
Kau bakar
Tubuhku di negeri yang sangat penat
Dan memucat

Jasadku dimana entah
Aku tak peduli
Aku telanjur giur mencumbu Ilahi

Namun kemana anak-anakku memburu takdir?
Mungkinkah dicabik-cabik petir
Dikais sampah-sampah sungai dan selokan
Di laut kemiskinan yang tercipta dari murka hujan?

Ataukah hangus dalam sansai kemarau
Seiring puing-puing daging negara
Tambah hari semakin merisau?

Tidak!
Kuharap mereka selamat
Kuharap tiang merah-putih pulih tegak
Wahai yang terhormat!
Tiada aku
Tiada sesalkah hayatmu?
Memang aku yang direnggut maut
Tapi jiwa siapa sajakah turut terhanyut?
Sumenep, 2016.




 
Eka Rs

Ular Kota Lebih Berbisa

Jenis batik ekor mengekor
Luas jangkauan
Meliuk di gang gang kumuh
Pasang mata di trotoar
Naik tangga perkantoran
Melilit kursi dalam gedung

Jelajahi liku kemajuan
Lahirkan sekandang pawang
Laku jinakkan bisa agar tidak kentara
mangsa di umpankan ular semarga
Cabik sana sini
Desis bukan lagi
siulan para pawang
Atau himbauan margasatwa
Untuk ular sebenarnya

Melainkan bisa bisa para penguasa