Minggu, 04 September 2016

Lumbung Puisi Jilid IV



Faiz Saf'ani

Monyet Trotoar

Debu lampu merah memanas
Matahari membakar bulu bulunya
Menyatu dalam bau dan aroma siksa
Ia di rantai besi rancak menari
Mengikuti ritmis gendang ala kadarnya
Ia terpaksa erotis mengemis
Sebab si tuan terlalu bengis memandangnya.

"Aku tersiksa..."
Tangisnya sembunyi dalam tarian
menuruti tuannya
yang menyembunyikan
cambuk dan senapan
dalam raut wajah kasihan.

Tegal, 11082016




 Fitrah Anugerah

Hikayat Anjing

Tertatih-tatih anjing kecil di tepi jalan.
selepas bulu kucing melukai kaki yang bersimpuh
di pinggir kursi

Kau marah pada anjing kecil tak tahu malu.
masuk pada rumahmu tanpa diundang.
julurkan lidah melihat kucing kau dekap di dada.

Anjing menggongong lalu kucing ketakutan
sembunyi di antara belahan kenyal payudara.

Anjing mengonggong dan engkau lempari kepalanya
dengan bulukucing.

Anjing kesakitan karena bulukucing membuat kulit terkelupas
menetes darah amis.
Anjing malu pada kucing, dia pergi tertatih-tatih.

Orangorang mengutuknya.Orangorang melempari mulutnya dengan sepatu bau.
Pelacur berdarah menghampiri anjing. Pelacur mengerti betapa tak enak merasakan bau sepatu.
Lalu berikan susu di payudaranya yang berliur kucing.
Putih bercampur merah.
Anjing menghisap
Anjing meminum
Anjing tersenyum.
Lapar menjadi kenyang.
Namun pelacur mati
kehabisan darah

Anjing mengendus,
Anjing menjilat,
Anjing mandikan tubuh pelacur dengan liur.
Anjing menangis tapi orangorang berikan jutaan lalat dari langit

Lalat-lalat merubungi anjing dan pelacur yang terkapar.Mereka terbungkus.
riuh doa terlantun dari mulut jalang lalat.
Iringi jiwa anjing+pelacur yang mencari kucing.
Menuntut balas.

Orangorang jijik, orangorang malu melihat 2 kelamin menyatu.
Orangorang menutup indra. Lalu kepala mereka berubah menjadi kepala anjing.
Orangorang hilir-mudik keliaran mencari kucing
yang mencuri puting di payudara perawan.
kucing sembunyi di bawah kasur di kamar pelacur.
Orangorang tak berani mengusir karena takut bulukucing

Bekasi,13-01-2016



 
 H. Shobir Poer

Aku Burung Ingin Berbicara

Aku burung ingin bicara:
di rumah miniatur rimbun, kami tinggal
mengalir gemericik air, temani senandung
di setiap pagi,siang, malam sambil mengepakkan sayap
ku menari bersamamu
kau dan aku, ciptaanMu yang saling berbagi
kau datang,  tengok kawankawan ku yang mengaum,
membagi makanan anakanakku yang  mencicit,
menderit, berkokok, menyiulkan suara indah ke telingamu

di rumahku,  hutan belantara miniatur yang kau buat
aku sumringah betapa syukur ucap padamu
yang bertandang dan membagi cinta
dengan menaburkan senyum, tangan yang kau ulurkan
dan makanan makanan yang kau tebar di manamana

namun sayang, aku tak sanggung mematuk lagi
harimau terkatup mulutnya,  tak sanggup mengaum
kawankawanku mulai kehilangan cinta
rumah miniatur menjadi kandang neraka
banyak yang mati siasia

Tangsel, 17 April 2016