Puisi sebagai media penyampaian penyair mengungkapkan isi hatinya memiliki cara tersendiri. Kadang tampak jelas tersamar, kadang kamuflase, kadang semu dan kadang menyimpan rahasia.
Adalah Tan Lioe Ie penyair yang pandai membuat pembaca diajak bercengkerama dengan ‘permainan bahasa yang penuh makna sehingga melahirkan puisi yang luas arti dan penuh reka apresiasi. Ia membuat benda , hewan atau alam menjadi hidup seakan bergerak mengiring pikiran pembaca yang sekaligus menemukan makna puisi.
Mari kita lihat puisi dengan penyampaian kata ‘meminjam
Dari objek alam, benda dan hewan atau apa saja lewat puisi tetapi menjadi hidup. Seakan puisi itu bernyawa.
BURUNG PEMATUK BIJI MATA
Tan Lioe Ie*
Burung apa yang bertengger di kepalamu?
Sementara kau terus berdoa
sambil menghitung biji-biji tasbih
dari waktu yang batu.
Tiba-tiba terserap kau ke dalam pintu
Membuka dan menutup diri
Menjadi tua dan lapuk.
Aneh, meski keras kau guncangkan kepalamu
burung itu tak juga pergi
menunggu saat mematuk biji-biji matamu.
Lalu ruh angin datang
menerbangkan
ruhmu ke peniupnya
Dan kau pun tahu
Mata yang padam
Tak menyimpan cahaya
*Tan Lioe Ie (lahir di Denpasar, Bali, 1 Juni 1958; umur 58 tahun) adalah seorang penyair Indonesia terkenal asal Bali. Ia merupakan penyair pertama Indonesia yang melakukan eksplorasi atas ritual dan mitologi Tionghoa dalam puisi bahasa Indonesia. Walaupun bernuansa etnik kental, puisi-puisinya tetap mempunyai daya pikat bagi kalangan luas. Hasil karyanya pernah dimuat di berbagai media massa seperti; Bali Post, Horison, Berita Buana, Suara Merdeka, Kompas, Media Indonesia, CAK, Coast Lines (Australia), dan Bali The Morning (Indonesia–Inggris). Kumpulan puisinya yang lain adalah Kita Bersaudara (diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dr. Thomas Hunter Jr, We Are All One)
Dari objek alam, benda dan hewan atau apa saja lewat puisi tetapi menjadi hidup. Seakan puisi itu bernyawa.
BURUNG PEMATUK BIJI MATA
Tan Lioe Ie*
Burung apa yang bertengger di kepalamu?
Sementara kau terus berdoa
sambil menghitung biji-biji tasbih
dari waktu yang batu.
Tiba-tiba terserap kau ke dalam pintu
Membuka dan menutup diri
Menjadi tua dan lapuk.
Aneh, meski keras kau guncangkan kepalamu
burung itu tak juga pergi
menunggu saat mematuk biji-biji matamu.
Lalu ruh angin datang
menerbangkan
ruhmu ke peniupnya
Dan kau pun tahu
Mata yang padam
Tak menyimpan cahaya
*Tan Lioe Ie (lahir di Denpasar, Bali, 1 Juni 1958; umur 58 tahun) adalah seorang penyair Indonesia terkenal asal Bali. Ia merupakan penyair pertama Indonesia yang melakukan eksplorasi atas ritual dan mitologi Tionghoa dalam puisi bahasa Indonesia. Walaupun bernuansa etnik kental, puisi-puisinya tetap mempunyai daya pikat bagi kalangan luas. Hasil karyanya pernah dimuat di berbagai media massa seperti; Bali Post, Horison, Berita Buana, Suara Merdeka, Kompas, Media Indonesia, CAK, Coast Lines (Australia), dan Bali The Morning (Indonesia–Inggris). Kumpulan puisinya yang lain adalah Kita Bersaudara (diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dr. Thomas Hunter Jr, We Are All One)