Anjrah Lelono Broto:
Tikus-Tikus
Candi Tikus
--- sebuah sajak pamflet
andaikata tiba-tiba terlukis wajah tikus di cermin kamarmu,
apakah kau malu? apakah kau malu? apakah kau malu?
andaikata tiba-tiba ternyata
tikus adalah moyang dalam silsilah keluargamu,
apakah kau mampu jujur mengaku? kau? kau?
jikalau lalu bertahtalah seorang guru di dalam kelas,
yang bagimu menjewer telinga anakmu tanpa belas,
apakah kau juga melapor ke kantor polisi lekas-lekas?
sementara, wajah di profil sosmed anakmu, bapak-ibu,
adalah wajah seekor tikus.
tanpa kutanya pada rumput yang bergoyang
tentu kalian bantah dengan suara gundah
kalau tikuslah dirimu, tikuslah leluhurmu, tikuslah anak-cucumu
karena kita, manusia-manusia di dunia
hanyalah pemuja kautaman
namun bukan pelakon-pelakonnya di panggung kehidupan
kita pandai menuturkan tapi jauh api dari panggang
k’tika jejak kita buat di jejalanan kehidupan
tapi kamu bukan aku
kamu, kamu, kamu, kamu, kamu, kalian bukanlah aku
karena aku menancapkan pisau di dada kemunafikan
dengan jantan membuat proklamasi pengakuan
bahwa aku adalah binatang berotak-berpikiran
aku adalah tikus yang mengerat habis kambium-kambium bumi
aku adalah tikus yang menyetubuhi undang-undang demi kursi
aku adalah tikus yang mengangkat agama semata panji-panji
mengapa aku begini