Nanang Suryadi
aku ingin menangkap ikan dari ide
yang kering
seekor ikan melompat ke
kolam, saat banjir tiba. kolam itu kering di musim kemarau. seekor ikan berenang
di jalanan beraspal dan berdebu, sekering ide dalam kepalaku. perhatikan
ranggas pohon itu, daun-daunnya yang kuning, serupa rambutku yang mulai rontok.
siapa itu yang berteriak: jangan tertawa, langit masih tak ingin menyelesaikan
hujannya. kalimat sudah pernah aku tuliskan, dimana? mungkin di dalam mimpimu
saat membaca bukuku yang tak pernah diterbitkan. bagi kalimat yang tak pernah
sempat dituliskan tak akan ada yang menangisimu, katanya sambil menghapus
matanya yang sembab. ya, ya, karena puisi hanya permainan kanak yang tak mau
segera dewasa.
hei, kemana ikan yang
aku tangkap tadi? seekor ikan menggelepar gelepar di tanganmu, serupa kata-kata
menggelepar, di kolam kering. siapa itu yang berteriak: hei, kemana ikan yang
menggelepar tadi? dia melompat ke dalam kepalamu yang penuh air terjun.
aku akan kembali,
memungut remah dari kata-kata yang tak pernah dihabiskan. di mana alamatmu?
seekor ikan melotot dan melompat ke apartemen yang belum jadi. siripku, sayap
yang pernah patah di kelopak bunga, kata ikan itu, menceritakan dirinya yang
pernah menjadi kupu-kupu. ciumlah aku, kata bunga itu, kupu-kupu gemetar dan
sayapnya patah, saat itu.
sudah, sudah, tak ada
yang lebih sampah dari segala muntah, kata seekor ikan yang menggelepar di
dalam kepalaku. aku ingin tidur, terpejam dan melupakan dunia yang teramat
gaduh.
seekor ikan terbang ke
langit, mencari kolam yang penuh air terjun, sungai-sungai yang bening
Malang, 17 Oktober 2011