10. Teguh Ari Prianto
Ceruk Laku Chairil
Ketulusan doamu, Chairil
Mengantarku menuju pemeluk teguh
Kerdip lilin
Terangi lelaki malam
Kuasa meremuk redam
Adalah iba yang kemudian reda
Seteguk waktu yang kau miliki
Berjuta semangat yang menyala-nyala
Chairil, desing peluru di kepala
Pengiring jiwa meronta
Saat-saat masa juang
Jiwa itu bertenaga
Kegigihan tak pandang usia
Aku rindu gelora Chairil
Bersama iringan tanyamu yang sederhana
Bagaimana mungkin dunia tanpa cahya-Nya?
Kegelisahan itu menembus langit
Hingga tiba dunia merdeka
Kami iri kepada Chairil
Perjuangannya terus bersua
Luka di dada bukanlah neraka
Pikir mana terus dipijak
Penanda sakti mengiringi
Menembus senja beranjak kelam
Sesaat sunyi
Sesekali melirih
Chairil, engkau masih di sini!
(Dedikasi untuk Chairil Anwar)
Bandung, 09-2-2019
Teguh Ari Prianto
Kurir Kata-kata Emha
Saat tak menulis puisi
Aku juga kurir kata-kata Emha
Bukan sekedar tunai predikat
Tapi menenun juluk
Bahwa aku penyair?
Semula kukira cukup
Selembar kertas dan pena ditangan
Sementara Emha
berjibaku dengan Buku bergunung-gunung
O, sejauh ini ternyata aku kurir kata-katanya
Sayangnya kau tak tahu
Hatimu luluh terbius usai menelan kata-kata yang kupinjam
Aku ternyata pengantar kata-kata
Yang seperti tanpa paham siapa pemiliknya
Mengapa pula kau terlena dan mencinta
Tanpa kritik, cukup merasa saja
Sayang, cintaku seperti palsu
Sejatinya ia adalah milik Emha
Kata-kata yang menelanjangi hati
(Dedikasi untuk Emha Ainun Najib)
Bandung, 7 Pebruari 2019
Teguh Ari Prianto. lahir di Cimahi, 20 Mei 1978. Menghabiskan sebagian besar masa kecilnya, bersekolah, berkesenian serta aktivitas lain di Kota kelahirannya. Menulis sejak masa sekolah menengah atas, menekuni sastra dan teater lebih lanjut di Kelompok Drama Radio 1026 AM Radio Litasari, Teater Bandung Mooj, Studi Klub Teater Bandung (STB) melalui kursus singkatnya dan beberapa kelompok teater lainnya.
Menjadi penggiat pergerakan musik melalui penyelenggaraan event-event musik lokal yang rutin dilaksanakan bersama Insan Seni Satu Bumi sejak 1999.
Dunia jurnalis sempat dijalani hingga pertengahan 2007 dengan bergabung menjadi wartawan di media-media cetak local serta di Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional (PRSSNI) Cabang Bandung.
Selepas berhenti dari beberapa perusahaan media massa, lalu menghabiskan sebagian waktunya dalam kegiatan aktivis kampus dan kepemudaan mulai dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Daya Mahasiswa Sunda (Damas) dan Pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Bersamaan dengan itu, menjalani pekerjaan mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta dan mendirikan sekolah menengah kejuruan.
Dunia pendidikan lain yang ditekuni adalah bekerja bersama relawan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) melalui gerakan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Melalui TBM ini, pada tahun 2017 melaksanakan program Kampung Literasi bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Bandung.
Hingga saat ini tetap menulis (penulis lepas) untuk media-media massa lokal dan nasional serta menerbitkan buku bersama TBM dan Majelis Adat Sunda (MAS) serta menjadi pelaksana Program “Paseban” (Paguneman Pustaka Seni Budaya Bandung) yang diselenggarakan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kota Bandung
Ceruk Laku Chairil
Ketulusan doamu, Chairil
Mengantarku menuju pemeluk teguh
Kerdip lilin
Terangi lelaki malam
Kuasa meremuk redam
Adalah iba yang kemudian reda
Seteguk waktu yang kau miliki
Berjuta semangat yang menyala-nyala
Chairil, desing peluru di kepala
Pengiring jiwa meronta
Saat-saat masa juang
Jiwa itu bertenaga
Kegigihan tak pandang usia
Aku rindu gelora Chairil
Bersama iringan tanyamu yang sederhana
Bagaimana mungkin dunia tanpa cahya-Nya?
Kegelisahan itu menembus langit
Hingga tiba dunia merdeka
Kami iri kepada Chairil
Perjuangannya terus bersua
Luka di dada bukanlah neraka
Pikir mana terus dipijak
Penanda sakti mengiringi
Menembus senja beranjak kelam
Sesaat sunyi
Sesekali melirih
Chairil, engkau masih di sini!
(Dedikasi untuk Chairil Anwar)
Bandung, 09-2-2019
Teguh Ari Prianto
Kurir Kata-kata Emha
Saat tak menulis puisi
Aku juga kurir kata-kata Emha
Bukan sekedar tunai predikat
Tapi menenun juluk
Bahwa aku penyair?
Semula kukira cukup
Selembar kertas dan pena ditangan
Sementara Emha
berjibaku dengan Buku bergunung-gunung
O, sejauh ini ternyata aku kurir kata-katanya
Sayangnya kau tak tahu
Hatimu luluh terbius usai menelan kata-kata yang kupinjam
Aku ternyata pengantar kata-kata
Yang seperti tanpa paham siapa pemiliknya
Mengapa pula kau terlena dan mencinta
Tanpa kritik, cukup merasa saja
Sayang, cintaku seperti palsu
Sejatinya ia adalah milik Emha
Kata-kata yang menelanjangi hati
(Dedikasi untuk Emha Ainun Najib)
Bandung, 7 Pebruari 2019
Teguh Ari Prianto. lahir di Cimahi, 20 Mei 1978. Menghabiskan sebagian besar masa kecilnya, bersekolah, berkesenian serta aktivitas lain di Kota kelahirannya. Menulis sejak masa sekolah menengah atas, menekuni sastra dan teater lebih lanjut di Kelompok Drama Radio 1026 AM Radio Litasari, Teater Bandung Mooj, Studi Klub Teater Bandung (STB) melalui kursus singkatnya dan beberapa kelompok teater lainnya.
Menjadi penggiat pergerakan musik melalui penyelenggaraan event-event musik lokal yang rutin dilaksanakan bersama Insan Seni Satu Bumi sejak 1999.
Dunia jurnalis sempat dijalani hingga pertengahan 2007 dengan bergabung menjadi wartawan di media-media cetak local serta di Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional (PRSSNI) Cabang Bandung.
Selepas berhenti dari beberapa perusahaan media massa, lalu menghabiskan sebagian waktunya dalam kegiatan aktivis kampus dan kepemudaan mulai dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Daya Mahasiswa Sunda (Damas) dan Pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).
Bersamaan dengan itu, menjalani pekerjaan mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta dan mendirikan sekolah menengah kejuruan.
Dunia pendidikan lain yang ditekuni adalah bekerja bersama relawan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) melalui gerakan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Melalui TBM ini, pada tahun 2017 melaksanakan program Kampung Literasi bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Bandung.
Hingga saat ini tetap menulis (penulis lepas) untuk media-media massa lokal dan nasional serta menerbitkan buku bersama TBM dan Majelis Adat Sunda (MAS) serta menjadi pelaksana Program “Paseban” (Paguneman Pustaka Seni Budaya Bandung) yang diselenggarakan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kota Bandung