Dari Mantri Lumbung
Lumbung Puisi memasuki tahun ke tujuh 2019. Wadah kecil memuat kecil namun terus mengisi lumbung dari pemikir-pemikir budiman di Indonesia. Kami membawa untuk maju bersama dan bersama-sama melestarikan sastra Indonesia khusus puisi. Sengaja memberi dengan tema-tema menarik di setiap antologi bersama dalam setiap jilid Lumbung Puisi. Dalam tenggang waktu kami memberi pula tema-tema khusus dan favoriete yang menawan bagi penggemar puisi Indonesia. Tema tema favoriete dan khusus seperti Kita di Jajah Lagi, Puisi Tulisan Tangan Penyair, dan Tadarus Puisi II adalah antologi bersama mengiringi Lumbung Puisi VI 2018. Kini memasuki jilid VII Lumbung puisi mengetengahkan tema menggelelitik, cukup luas utuk mengembangkan imajenasi yakni bertema Anak Cucu Pujangga (ACP) adalah antologi bersama yang menggambarkan bahwa seorang penulis adalah kodrat Illahi yang bukan sembarang orang bisa membuatnya. Asahan dan kreatifitas tentu menjadi bagian dari ACP bahwa menulis tak semata asal menulis tetapi juga bagaimana karya tulis kita disukai pembaca dan sarat makna serta menjadi unsur seni yang agung
Anak Cucu Pujangga (ACP) adalah tema luas Lumbung Puisi ke-7 tahun 2019 yang dimulai 22 Desember 2018 sampai 21 April 2019. Tema ini sengaja diberikan untuk memeilihara sastra Indonesia bahwa sastra memiliki generasi berkelanjutan yang tak terputus oleh bentuk traged apa pun di Indonesia.
Sebagaimana telah di singgung dalam berbagai buku dan pendapat serta teori-teori genetika. Maka anak cucu pujangga tidak saja mewarisi terhadap keturunan langsung tetapi juga pada diluar keturunan terhadap murid langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu penyair yang mengirim puisi di Lumbung Puisi VII 2019 dapat mencantumkan nama orang tua atau kakek sastrawannya baik keterunan langsung maupun tidak langsung.
Generasi dapat ditimbulkan melalui biologis maupun psikologi. Wajar bila orang menyebut 'anak biologis dan ' anak idiologis .
Nama besar kakek atau orang tua langsung dapat ditulis di nama penyair agar nama orang tua kita ikut menjadi bagian karya kita. Disamping itu faedah lain yaitu mengangkat nama orang tua.
Demikian seorang penyair menunjukan kebesaran budi dan kerendahan hati serta senantiasa mengingat jasa orang tuanya.
Tentu saja nama embel-embel itu hanya terdapat di antologi ini dan tidak melekat untuk menjadi nama selanjutnya dalam situasi yang lain.
Anak Cucu Pujangga memberikan ruang kreativitas bahwa sastra itu sebetulnya adalah 'garis lurus genetika dari'sononya. Semoga dengan Anak Cucu Pujangga ini dunia sastra semakin semarak dengan kreativitas-kreativitas baru yang pantas untuk dibaca semuanya .
( Rg Bagus Warsono, 26-12-2018)
Lumbung Puisi memasuki tahun ke tujuh 2019. Wadah kecil memuat kecil namun terus mengisi lumbung dari pemikir-pemikir budiman di Indonesia. Kami membawa untuk maju bersama dan bersama-sama melestarikan sastra Indonesia khusus puisi. Sengaja memberi dengan tema-tema menarik di setiap antologi bersama dalam setiap jilid Lumbung Puisi. Dalam tenggang waktu kami memberi pula tema-tema khusus dan favoriete yang menawan bagi penggemar puisi Indonesia. Tema tema favoriete dan khusus seperti Kita di Jajah Lagi, Puisi Tulisan Tangan Penyair, dan Tadarus Puisi II adalah antologi bersama mengiringi Lumbung Puisi VI 2018. Kini memasuki jilid VII Lumbung puisi mengetengahkan tema menggelelitik, cukup luas utuk mengembangkan imajenasi yakni bertema Anak Cucu Pujangga (ACP) adalah antologi bersama yang menggambarkan bahwa seorang penulis adalah kodrat Illahi yang bukan sembarang orang bisa membuatnya. Asahan dan kreatifitas tentu menjadi bagian dari ACP bahwa menulis tak semata asal menulis tetapi juga bagaimana karya tulis kita disukai pembaca dan sarat makna serta menjadi unsur seni yang agung
Anak Cucu Pujangga (ACP) adalah tema luas Lumbung Puisi ke-7 tahun 2019 yang dimulai 22 Desember 2018 sampai 21 April 2019. Tema ini sengaja diberikan untuk memeilihara sastra Indonesia bahwa sastra memiliki generasi berkelanjutan yang tak terputus oleh bentuk traged apa pun di Indonesia.
Sebagaimana telah di singgung dalam berbagai buku dan pendapat serta teori-teori genetika. Maka anak cucu pujangga tidak saja mewarisi terhadap keturunan langsung tetapi juga pada diluar keturunan terhadap murid langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu penyair yang mengirim puisi di Lumbung Puisi VII 2019 dapat mencantumkan nama orang tua atau kakek sastrawannya baik keterunan langsung maupun tidak langsung.
Generasi dapat ditimbulkan melalui biologis maupun psikologi. Wajar bila orang menyebut 'anak biologis dan ' anak idiologis .
Nama besar kakek atau orang tua langsung dapat ditulis di nama penyair agar nama orang tua kita ikut menjadi bagian karya kita. Disamping itu faedah lain yaitu mengangkat nama orang tua.
Demikian seorang penyair menunjukan kebesaran budi dan kerendahan hati serta senantiasa mengingat jasa orang tuanya.
Tentu saja nama embel-embel itu hanya terdapat di antologi ini dan tidak melekat untuk menjadi nama selanjutnya dalam situasi yang lain.
Anak Cucu Pujangga memberikan ruang kreativitas bahwa sastra itu sebetulnya adalah 'garis lurus genetika dari'sononya. Semoga dengan Anak Cucu Pujangga ini dunia sastra semakin semarak dengan kreativitas-kreativitas baru yang pantas untuk dibaca semuanya .
( Rg Bagus Warsono, 26-12-2018)