Candra Malik (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Maret 1978; umur 41 tahun) adalah pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Namanya juga dikenal sebagai tokoh sufi, sastrawan, wartawan, penyanyi lagu reliji, pemeran film, penulis sejumlah kolom di berbagai media massa, dan pencipta lagu reliji yang kemudian disebut sebagai kidung sufi. Sejumlah karya sastra Candra Malik pernah dipublikasikan di berbagai media massa antara lain Kompas, Majalah Sastra Horison, Koran Tempo Minggu, Suara Merdeka, Suara Karya, dan Majalah Femina. Lagunya, Syahadat Cinta menjadi original sound track (OST) Cinta Tapi Beda, film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo (2013). Sejak 2015, Candra Malik menjabat sebagai Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (PP Lesbumi) PBNU untuk periode 2015-2020.
Sejak usia muda, Candra Malik sudah mengakrabi dunia spiritual utamanya ritual-ritual tasawuf. Dia belajar agama dari Abdullah Ali. Ia juga mengaji kepada Habib Ja'far bin Badar bin Thalib bin Umar bin Ja'far, guru dari kakeknya, di Surakarta, Jawa Tengah. Pada 1993, Candra lebih mendalami lagi ilmu tasawuf dengan belajar kepada Kiai Muhammad Muna'am Jember, Jawa Timur. Sambil bekerja sebagai wartawan di surat kabar Jawa Pos pada akhir 1999 di Yogyakarta, Candra menimba kearifan sufisme dengan belajar kepada Syekh Ahmad Sirullah Zainuddin, wakil talqin dari Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyah, sebelum akhirnya pada 2001 belajar langsung kepada mursyid tarekat tersebut, yaitu K.H. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Suryalaya, di Jawa Barat.
Sejak berhenti dari Jawa Pos dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Liputan Indo Pos, Jawa Pos di Jakarta, Candra Malik bekerja sebagai kontributor di sejumlah media cetak antara lain, Tabloid Nyata, Majalah ART Indonesia, Majalah Travel Lounge, The Jakarta Globe, dan mengasuh sebuah kolom tentang sufisme di Solo Pos, sebuah koran lokal di Jawa Tengah, bertajuk Matahati, di rubric Khazanah. Sembari terus menulis, Candra malik juga mengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah, di Desa Segoro Gunung, di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kedekatannya dengan kalangan agamawan-budayawan memudahkan langkah Candra untuk melibatkan Wakil Rais Syuriah PBNU K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dalam produksi album religi. Cak Nun menulis khusus sajak Mukaddimah Cinta untuk album Candra ini dan membacakannya dalam track pembuka, sedangkan Gus Mus membacakan sajak Pesona dalam track penutup. Dalam album ini, Candra juga memasukkan rekaman vokal K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam lagu Syahadat Cinta.
Dukungan lain datang dari Bondan Winarno, wartawan senior kini berkiprah dalam dunia kuliner. Berkat Bondan, Candra menembus sejumlah nama besar dalam belantika musikIndonesia, di antaranya, violist Idris Sardi dan composer Addie MS. Dalam album ini, Idris Sardi mengaransemen dan bermain biola dalam orkestrasi lagu Kidung Sufi, bersama Gus Mus. Addie mengaransemen lagu Shiratal Mustaqim dan memimpin Twilite Orchestra memainkan lagu tersebut, didukung oleh Tohpati. Nama-nama besar lainnya adalah Dewa Budjana yang mengaransemen dan bermain gitar dalam lagu Jiwa yang Tenang, Trie Utami ikut bernyanyi dalam dua lagu, Fatwa Rindu dan Fana Selamanya. Sedangkan Sujiwo Tejo berkolaborasi dengan rapper Marzuki Mohamad Kill The DJ (Jogjakarta Hip Hop Foundation) dan penyanyi reggae Heru
Karya antara lain : Shaggydog dalam lagu Samudera Debu.
Makrifat Cinta (Noura Books, Mizan, (2013)), Menyambut Kematian (Noura Books, Mizan, (2013)), Antologi FatwaRindu Cinta 1001 Rindu (Muara, Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), Komik Gus Sufi (Muara, Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), Ikhlaskanlah Allah (Muara, Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), Kolom Tetap (Koran Solopos dan Majalah Onlie MALE), Makrifat Cinta, Menyambut Kematian, Antologi FatwaRindu Cinta 1001 Rindu, Ikhlaskanlah Allah
Sejak usia muda, Candra Malik sudah mengakrabi dunia spiritual utamanya ritual-ritual tasawuf. Dia belajar agama dari Abdullah Ali. Ia juga mengaji kepada Habib Ja'far bin Badar bin Thalib bin Umar bin Ja'far, guru dari kakeknya, di Surakarta, Jawa Tengah. Pada 1993, Candra lebih mendalami lagi ilmu tasawuf dengan belajar kepada Kiai Muhammad Muna'am Jember, Jawa Timur. Sambil bekerja sebagai wartawan di surat kabar Jawa Pos pada akhir 1999 di Yogyakarta, Candra menimba kearifan sufisme dengan belajar kepada Syekh Ahmad Sirullah Zainuddin, wakil talqin dari Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyah, sebelum akhirnya pada 2001 belajar langsung kepada mursyid tarekat tersebut, yaitu K.H. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Suryalaya, di Jawa Barat.
Sejak berhenti dari Jawa Pos dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Liputan Indo Pos, Jawa Pos di Jakarta, Candra Malik bekerja sebagai kontributor di sejumlah media cetak antara lain, Tabloid Nyata, Majalah ART Indonesia, Majalah Travel Lounge, The Jakarta Globe, dan mengasuh sebuah kolom tentang sufisme di Solo Pos, sebuah koran lokal di Jawa Tengah, bertajuk Matahati, di rubric Khazanah. Sembari terus menulis, Candra malik juga mengasuh Pondok Pesantren Asy-Syahadah, di Desa Segoro Gunung, di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kedekatannya dengan kalangan agamawan-budayawan memudahkan langkah Candra untuk melibatkan Wakil Rais Syuriah PBNU K.H. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dalam produksi album religi. Cak Nun menulis khusus sajak Mukaddimah Cinta untuk album Candra ini dan membacakannya dalam track pembuka, sedangkan Gus Mus membacakan sajak Pesona dalam track penutup. Dalam album ini, Candra juga memasukkan rekaman vokal K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam lagu Syahadat Cinta.
Dukungan lain datang dari Bondan Winarno, wartawan senior kini berkiprah dalam dunia kuliner. Berkat Bondan, Candra menembus sejumlah nama besar dalam belantika musikIndonesia, di antaranya, violist Idris Sardi dan composer Addie MS. Dalam album ini, Idris Sardi mengaransemen dan bermain biola dalam orkestrasi lagu Kidung Sufi, bersama Gus Mus. Addie mengaransemen lagu Shiratal Mustaqim dan memimpin Twilite Orchestra memainkan lagu tersebut, didukung oleh Tohpati. Nama-nama besar lainnya adalah Dewa Budjana yang mengaransemen dan bermain gitar dalam lagu Jiwa yang Tenang, Trie Utami ikut bernyanyi dalam dua lagu, Fatwa Rindu dan Fana Selamanya. Sedangkan Sujiwo Tejo berkolaborasi dengan rapper Marzuki Mohamad Kill The DJ (Jogjakarta Hip Hop Foundation) dan penyanyi reggae Heru
Karya antara lain : Shaggydog dalam lagu Samudera Debu.
Makrifat Cinta (Noura Books, Mizan, (2013)), Menyambut Kematian (Noura Books, Mizan, (2013)), Antologi FatwaRindu Cinta 1001 Rindu (Muara, Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), Komik Gus Sufi (Muara, Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), Ikhlaskanlah Allah (Muara, Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), Kolom Tetap (Koran Solopos dan Majalah Onlie MALE), Makrifat Cinta, Menyambut Kematian, Antologi FatwaRindu Cinta 1001 Rindu, Ikhlaskanlah Allah