Senin, 06 Mei 2019

Puisi Arie Png Adadua (Syaiful B. Harun.) dalam ACP

17. Arie Png Adadua  (Syaiful B. Harun.)

Tapi Aku
aku ingin menjadikan diriku
sebagai kayu yang dijadikan abu oleh api
untuk cintanya yang sederhana

aku ingin menjadikan diriku
sebagai awan yang dijadikan tiada oleh hujan
untuk cintanya yang sederhana

tapi aku seperti berbaris puisi yang dihapus pada selembar kertas
yang tiada pernah dapat dibaca dalam sebait puisi
tapi aku seperti titik embun yang lebur dalam gerimis malam
yang hadirku kemarin dilupakan oleh bunga perdu
Palembang, 21/04/2019
*) terinspirasi puisi “Aku Ingin” (Sapardi Djoko Damono)



Arie Png Adadua adalah nama pena dari Syaiful B. Harun. Lahir di Palembang,16-06-1967 yang kini berdomisili di Palembang. Berprofesi sebagai salah seorang guru di Ma’had Al Islamiy Aqulu-el Muqoffa. Semasa kuliah telah tertarik pada puisi, terlebih sejak menjuarai “Lomba Cipta Puisi Provinsi Bengkulu”, dalam rangka memperingati Penyair Chairil Anwar pada tahun 1996. Buku yang pernah diterbitkan berupa kumpulan puisi tunggal Nyanyian Cerita Fajar (Palembang, 2004) dan buku teks Apresiasi dan Menulis Puisi (Palembang, 2018), serta beberapa buku antologi puisi, yaitu “Gerhana” Memperingati Peristiwa Gerhana Matahari Total di Sebagian Wilayah Indonesia - Rabu, 9 Maret 2016 (Jakarta, 2016), Celoteh di Bawah Bendera (2018), Nyanyian Sang Bayu (2018), Segenggam Kenangan Masa Lalu (2018), Marhaban ya Ramadhan (2018), Lumbung Puisi VI, Indonesia Lucu (2018), Antologi Puisi Perempuan “Rembulan Bermata Intan” (2018), Musafir Ilmu (2018), Kata Mutiara Pendidikan (2018), Sedekah Puisi (2018), Antologi Puisi Tulisan Tangan – Satria Piningit (2018), Puisi Mblekethek (2018), dan Antologi 6 Penyair Grup ASM “Dari Malam Sunyi Sampai Aku Sudah Tiada” (2019)