25.Barokah Nawawi
Kepada Toto Sudarto Bachtiar
Ijinkan aku memanggilmu guru
Karena lantaran dirimulah aku mengenal puisi
Dan mencintainya sampai kini.
Kubaca berulang kali Etsa dan Suara
Kurasakan berulang kali rasa sedih dan rindumu pada dunia tanpa tepi
Betapa akrab dirimu dengan mereka-mereka yang menjadi obyek puisimu
Tak ada garis pemisah meski hanya seujung rambut yang sangat tipis.
Namamu memang tak seheboh Chairil Anwar
Yang memisalkan dirinya sebagai binatang jalang
Tapi aku merasa lebih akrab dengan dirimu
Jiwa sunyi yang tersisih yang merindu kasih sayang
Yang panjang dan abadi.
Betapa mesra kau menyapa sahabatmu
"Gadis kecil berkaleng kecil "
Yang menurutmu dunianya lebih tinggi dari menara katedral
Tapi yang begitu kau hafal
Dan jiwanya begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukamu.
Toto Sudarto Bachtiar
Penyair sederhana dalam kehidupan yang sebenarnya
Kemanapun kau pergi kau lebih suka bersama orang banyak
Menyusuri lika liku kota dengan angkot yang berjubel
Dengan baju sederhana tanpa dasi dan sepatu yang mengkilat.
Kau adalah kehidupan yang sepi
Sesepi puisi-puisimu yang mengharu biru rasa hati
Dan aku terjerembab kedalam labirinmu
Sampai kini.
Semarang, 21 April 2019
Kepada Toto Sudarto Bachtiar
Ijinkan aku memanggilmu guru
Karena lantaran dirimulah aku mengenal puisi
Dan mencintainya sampai kini.
Kubaca berulang kali Etsa dan Suara
Kurasakan berulang kali rasa sedih dan rindumu pada dunia tanpa tepi
Betapa akrab dirimu dengan mereka-mereka yang menjadi obyek puisimu
Tak ada garis pemisah meski hanya seujung rambut yang sangat tipis.
Namamu memang tak seheboh Chairil Anwar
Yang memisalkan dirinya sebagai binatang jalang
Tapi aku merasa lebih akrab dengan dirimu
Jiwa sunyi yang tersisih yang merindu kasih sayang
Yang panjang dan abadi.
Betapa mesra kau menyapa sahabatmu
"Gadis kecil berkaleng kecil "
Yang menurutmu dunianya lebih tinggi dari menara katedral
Tapi yang begitu kau hafal
Dan jiwanya begitu murni, terlalu murni
Untuk bisa membagi dukamu.
Toto Sudarto Bachtiar
Penyair sederhana dalam kehidupan yang sebenarnya
Kemanapun kau pergi kau lebih suka bersama orang banyak
Menyusuri lika liku kota dengan angkot yang berjubel
Dengan baju sederhana tanpa dasi dan sepatu yang mengkilat.
Kau adalah kehidupan yang sepi
Sesepi puisi-puisimu yang mengharu biru rasa hati
Dan aku terjerembab kedalam labirinmu
Sampai kini.
Semarang, 21 April 2019