Senin, 18 Mei 2020

12. Indri Yuswandari TARIAN ZIKIR

12. Indri Yuswandari

TARIAN ZIKIR

Pada angin yang bertiup mengawinkan serbuk jantan dan betina
Pada hujan yang menghidupkan tanah gersang
Pada detak jantung sepanjang kehidupan yang kita tempuh
Pada rahmat melimpah setelah kita dihantarkan ke pemakaman dengan ampunannya

Rumahnya selalu terbuka, menunggu kita dengan setia

Ia yang tak pernah mengikat manusia di dalam kesukaran
Ia yang tak pernah membebani manusia  di luar batas kemampuan
Ia  yang selalu memberikan kemudahan dan pengampunan

Pintunya senantiasa terbuka, menyambut kita dengan cinta

Sementara kita yang begitu angkuh merasa  dekat dan mengenalnya, tak pernah mampu mengalahkan kejahatan napsu yang mengeram dalam diri

"Wahai Engkau yang tidak bertabir, ampuni kami yang merentangkan tabir, sebab matabatin kami yang berjelaga tak bisa melihat keindahanmu,
berikami sempat membersihkan daki sebelum nadi berhenti"

09.05.2020



11. Vien Rumailay. “Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”

11. Vien Rumailay.

 “Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”

Ibu…..
Aku  merindukanmu
Ditengah  bulan  yang  penuh  rahmat  ini
Kau cahaya  yang  selalu  menerangiku
Kau  pelangi  yang  selalu  memberi  warnah  bahagia

Ibu….
Dibulan suci ini
Kau tidak  bersama  denganku
Aku merindukanmu  ibu
Belaiyan  kasih  sayang
Selalu kau  tebarkan  dibulin  suci  ini

Ibu…..
Sekarang  kau  telah tiada
Aku sungguh merasa  kehilangan
Aku merindukanmu  ibu
Ramadhan  tahun   2020
Tak  seindah  Ramadhan  Tahun  2019 bersama ibu

Ibu….
Kau  dambaan  hatiku
Kau  telah tiada
Namun  kasihmu  bagiku
Selalu  aku  rasakan  disetiap  hembusan  nafasku

Sungguh indah  Bila ibu berada di bulan  Ramadhan  ini
Segala ampunan ku  haturkan  bagimu  ibu
Segala doa  kupanjatkan  bagimu
Tetaplah  abadi  disisi  Allah
Merayakan  Ramadhan  bersama  Allah
Aku  selalu  merindukanmu  ibu
Masohi,  29 April  2020
Vien Rumailay

Sukacita  Ramadhan

Ramadhan Telah Tiba
Seluruh Umat Muslim Bersukacita
Menyambut Bulan Penuh Ampunan
Bulan Penuh Keberkahan
Bulan Penuh Kemuliaan

Sungguh indah Ramadhan
Amalan pahala Allah berikan
Bagi kami umat-Mu
Syukur kepada Allah kami panjatkan
Tanpa Allah hidup kami sia – sia

Oh Ramadhan…
Kau hadir berikan sukacita
Mengobati dan menemani setiap insan
Kau berikan cahaya Ramdhan
Yang terpencar dimana - mana

Masohi,  29 April 2020






10. Gilang Teguh Pambudi 9 NALIKAN DUNIA TUMBUH

10. Gilang Teguh Pambudi

9 NALIKAN DUNIA TUMBUH

1. NALIKA

kulempar
sauh
dari dunia
tumbuh

2. DUNIA

dunia
tumbuh
di kedalaman
jiwa

3. JIWA

jiwaku
malam
terang cahaya
hidup

4. CAHAYA

cahaya
terang
saum Ramadan
kita

5. KEMULIAAN

titian
lurus
bulat cahaya
bumi

6. SEMESTA

kureguk
rindu
cinta semesta
insan

7. ANGGUR RAMADAN

sepetik
dawai
anggur Ramadan
tumpah

8. MANUSIA SEPERTIGA MALAM

melarung
rasa
di sepertiga
akhir

9. HALAL SYAWAL

kusentuh
bulan
membentang halal
Syawal




*) Nalikan adalah puisi pendek empat baris dengan pola bunyi/sukukata 3-2-5-2. Rentetan angka yang mengandung pesan, "kesaksian dan kesungguh-sungguhan menyemai kebaikan yang berkeadilan dalam kehidupan sehari-hari". 3 = zikrullah/tarekat/kesungguh-sungguhan, 2 = syareat/kemuliaan/kebaikan hidup, 5 = penengah/hakekat berkeadilan.

Gilang Teguh Pambudi. Dikenal sebagai Seniman Radio, penyair, dan Pembina Komunitas Seni. Setelah meninggalkan bangku mengajar di kelas, berbekal bakat seni dan sertifikat peserta terbaik nasional pendidikan jurnalistik, Forum Pembinaan Pribadi Muslim, FP2M Jakarta (1991), memilih fokus aktif di radio sebagai jurnalis, penyiar, Programmer dan Kepala Studio. Penyair yang pernah aktif sebagai jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini, juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio, terutama karena aktivitasnya sebagai ketua yayasan seni Cannadrama. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPGN Kota Sukabumi. Puisi-puisinya telah terbit dalam berbagai buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Data diri kepenyairannya bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia. Empat buku antologi puisi terbarunya adalah JALAK (Jakarta Dalam Karung),TAGAR (Tarian Gapura), Mendaki Langit, 100 Aksi Puisi Pramuka, dan ZIRA (Planetarium Cinta). Satu buku serba-serbi dunia puisi yang telah terbit, Dinding Puisi Indonesia.
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com


9. Arya Setra MERINDU HARI RAYA DITENGAH CORONA

9. Arya Setra

MERINDU HARI RAYA DITENGAH CORONA

Mudik...
ataukah pulang kampung ?
aku tidak peduli itu sama atau berbeda...
Karena anganku sudah tertunda
diantara sepinya belantara kota
Terhalang kicauan-kicauan yang membingungkan
Sementara rasa rindu yang membuncah di dada
semakin tak tertahankan
Rindu akan riuhnya takbir yg menggema dimana-mana
Rindu wanginya opor ayam dan sambal krecek
Rindu akan eratnya salam-salaman
untuk saling memaafkan
Ingatlah....
Rinduku bukanlah rindumu..

Jakarta , 7 Mei 2020








8. Hasani Hamzah TARAWEHAN DI RUMAH SAJA

8. Hasani Hamzah

TARAWEHAN DI RUMAH SAJA

Di malam pertama Ramadhan tiba
Dirikan taraweh di rumah saja
Keluarga kecil dalam shaf kecil
Aku berdiri di depan sebagai imam
Di belakangku anak dan istri bermakmum
Aku angkat takbir, Allahu Akbar
Suaraku bergetar menggetarkan langit - langit kamar
Alunan merdu suaraku menerobos bilik sunyi
Tikus - tikus mengintip bersembunyi
Cecak berdecak terkagum - kagum

Anakku senang walau taraweh di rumah saja
Katanya, serasa shalat di masjid besar
Dipimpin imam dari Yaman





Di rumahku yang kecil tetapi indah
Aku adalah imam besar alhamdulillah
Hafal qur'an juz tiga puluh
Biar peluh mengucur tak mengeluh
Sebagai imam aku menambah hafalan surahku
Agar anakku tak bosan dengan tiga qul

Malam pertama kami lalui bersama
Di malam - malam berikutnya
Tarawehan tetap di rumah saja
Sumenep, 04 Ramadhan 1441 H/27 April 2020 M

BOCAH KAMPUNG RAMADHAN

Kaki - kaki kecil menapaki jalan
Bocah - bocah kampung dengan obor di tangan
Riang gembira menyambutl Ramadhan tiba

Sarung diselempangkan
Kopiah di kepala tak beraturan
Lorong - lorong penuh cahaya
Barisan benderang mengusir kegelapan

Memasuki halaman sebuah surau
Obor ditiup dipadamkam
Sepotong bambu disandarkan
Gemercik air berjatuhan
Sarung dan kopiah dibetulkan

Bahu demi bahu, lutut - lutut merapat
Duduk bersila saling berlirikan
Ada yang berbisik sambil cekikikan
Lalu tertunduk diam saat wak haji datang

Tiba saatnya tukang iqamat
Jamaah berdiri memulai shalat
Imam bertakbir, fatihah dibaca hingga akhir
Gemuruh amin terdengar lantang di belakang
Inilah amin paling panjang








Di akhir rakaat imam bersalam
Bocah - bocah melirik ke kanan dan ke kiri
"Allahumma Antassalam"
Bocah - bocah berdiri lantas jalan
Merebut kembali obornya
Dan berlari sekencang - kencangnya

Sumenep, 03 Ramadhan 1441 H/26 April 2020 M

HASANI HAMZAH lahir di Sumenep pada 16 Agustus 1974. Ayah dari satu orang anak bernama Ega Novela Indah Nian ini selain menulis puisi, cerpen dan lakon drama anak. Menjadi pembina kelompok teater Cemara Sekolah Dasar Negeri Sapeken V, penggerak dan ketua Komunitas Malam Puisi Anak Pulau. Selain menggeluti dunia seni sastra dan pendidikan juga menjadi  penggiat budaya, khususnya budaya suku Bajau di Sumenep kepulauan. Karyanya terkumpul baru dalam tiga buku antologi bersama dan tidak banyak lagi.







7. Silivester Kiik Rumah Tua Adalah Jalan Hening

7. Silivester Kiik

Rumah Tua Adalah Jalan Hening

Pada celah-celah dinding bambu rumah tua,
dosa-dosa kian menerawang pikiran,
bahkan perkataan yang menjadi tempat salah,
dengan seperangkat perih dan tangis,
yang belum tuntas terbaca oleh suara-suara kemenangan.
Jiwa bagai karang-karang tajam,
bahkan semak yang menyendiri dalam kematian,
tanpa pertolongan untuk menunggu jalan hening,
yang perlahan memacu roh dari batas bumi dan cakrawala,
untuk bersujud pada Tuhan,
bahwa hembusan kedamaian baru saja berkumandang di ufuk timur.
Dari sudut kamar yang penuh rahmat,
tangan menengadah padaMu,
dengan bait-bait yang walau tak pantas,
namun itulah sejumlah ucapan kejujuran,
yang selalu terpatri di hadapanMu.
Atambua, 09 Mei 2020











Silivester Kiik

Air Mata di Bulan Berkat

Tanpa secangkir mahal yang tersimpan di meja tamu,
sarung mewah yang terlilit pada pinggang,
sejumlah tetesan air mata adalah hadiah,
untuk mengakhiri bulan berkat ini dengan keikhlasan.
Padamu hal duniawi yang sering berkeliaran di tubuh ini,
menyingkirlah bersama debu-debu kotor,
pergi pada ngarai di batas perkampungan,
untuk lenyap bersama catatan senja.
Dan aku akan tetap menatap jejak esok,
dengan puji-pujian ke hadiratMu,
sebagai album dari kisah hari ini,
bahwa tanpa sekeping emas,
aku adalah insan bermartabat di mataMu.

Atambua, 09 Mei 2020















Silivester Kiik, lahir di sebuah Desa terpencil yang jauh dari pusat hiruk-pikuk suara keramain yakni Bani-Bani (Tunmat) Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka pada tanggal 14 September 1987. Saat ini tinggal di Kota Perbatasan RI-RDTL (Atambua-Belu-NTT). Beberapa buku antologi yang telah hadir di tangan para pembaca yakni: Antologi Puisi: “Sepotong Hati yang Terluka, Tetes Embun Masa Lalu, Seutas Memori dalam Aksara, Warna-Warni Aksara (Jilid II), Laki-Laki Perkasa yang Tak Pernah Menangis, Diam yang Bersuara, Prelude, Romantisme Perahu Kertas, Montase Kenangan, Berapi, Pucuk-Pucuk Harapan, Bercengkerama di Musim Rindu, Topeng Jiwa, Sepasang Tangan yang Terpasung, Sajak-Sajak Penaku dan yang Bersemayam dalam Diri, Segelintir Kesucian, Selamat Datang Mas Nadiem: Gagasan Literasi Maju untuk Menteri Baru), Amor, Menyalibkan Cemburu, DEBU (dan Sebuah Pesan yang Belum Sempat Terbaca Oleh Rembulan), HIDUP ITU PUISI dan Sajak-Sajak yang Terlempar di Tengah Kampung, dan beberapa buku antologi lainnya yang sedang dalam proses penerbitan”. Karya-karya lain juga hadir melalui media cetak maupun online. Selain itu, penulis bersama teman-teman penggiat Relawan Literasi Belu mendirikan sebuah komunitas yang dinamakan dengan “Komunitas Pensil”. Komunitas ini terbentuk dengan tujuan memberikan nuansa baru dalam menumbuh dan mengembangkan kreativitas dan minat baca anak-anak di wilayah perbatasan Kabupaten Belu-NTT dengan menyediakan bahan-bahan bacaan. Penulis dapat dihubungi melalui via email: kiiksilivester@gmail.com; geographicaoflove@gmail.com; instagram: @silivester_kiik; facebook: @Silivester Kiik, @Pecinta Sastra dan Budaya Lokal; twitter: @kiik_silivester; dan WA: +6285239940460.




6.Witanul Bulkis RUMAH NYANYIAN JIWA

6.Witanul Bulkis

RUMAH NYANYIAN JIWA

Di rumah ini membungkus segenap jiwa menghampar rasa datang seperti bayang segala lara selalu tergantikan dengan riang terasa indah bila nyanyian jiwa mengalun tanpa sumbang



Di rumah ini temukan damai hingga harapan berkembang cinta kasih sayang siang malam selalu terpancar cahaya kasih tanpa halangan ragu menghadapi langkah-langkah sulit



Di rumah ini segala asa tercurah semoga cinta selalu mengalir pada jiwa-jiwa penyejuk

Tanah Bumbu, April 2020















Witanul Bulkis

RUMAH CAHAYA

Ramadhan kini terasa sepi
Tak ada zikir menjelang buka puasa
Tak ada sholawat saat tarawih tiba
Tak ada alunan ayat suci penyejuk jiwa
Masjid mushola begitu lengang
Shaf hanya tinggal kain Panjang
Beribadah hanya perorangan

Rumah kini bagai surga keluarga berkumpul beribadah bersama semua berkumpul tak kemana-mana

Rumah kini penuh cahaya memancar bak mentari jingga membelai hingga merasuk jiwa tersenyum bersama keluarga tercinta

Banyak cerita dalam keluarga
Banyak canda tawa berkumpul bersamanya

Walau hanya terdengar suara azan dari spiker mushola namun sholawat, zikir dan lantunan ayat suci masih terdengar dari orang-orang tercinta

Tanah Bumbu, Mei 2020







Witanul Bulkis, lahir di Gambut kab. Banjar prov. Kalimantan selatan. Saat ini tergabung dalam Komunitas Bagang Sastra Tanah Bumbu dan Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS). Puisinya pernah tergabung dalam antalogi bersama penyair Kalimantan Selatan  Membumikan Langit (Tahura Media, 2018), antalogi puisi guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu Menulis Puisi Rekor Muri 2018, Antalogi puisi Surak Sumampai (TPSS XVI, 2019), antalogi puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festifal 2019 “WHEN THE DAYS WERE RAINING”, antalogi Bersama Sayur Mayur dan sebagai penulis terpilih 10 besar dalam antalogi puisi Perempuan Seberang Jalan pada event Indonesia berpuisi #9 oleh CV. Poetry Publisher. Ia kini tinggal di Pagatan kec. Kusan Hilir Kab. Tanah Bumbu bekerja sebagai guru SD. Kontak yang dapat dihubungi Telp/WA 08115119344, facebook Tatha Siza, dan email witanulbulkis81@gmail.com



5.Sulistyo HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH

5.Sulistyo

HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH


Tuhan
Terima kasih Kau hadiahi aku ramadhan
Walau dalam kegelisahan dan kepedihan
Karena aku tak punya uang untuk membeli kolak pisang
Apalagi nanti baju lebaran
Hanya ada masker seharga sepuluh ribuan
Karena uang di dompet tinggal recehan
Sisa gajian dua bulan lalu hampir habis untuk makan

Ma'af Tuhan
Ramadhan ini mungkin aku hanya bisa menyapa semampuku
Tak ada suara bakiakku melangkah ke rumah-Mu
Aku hanya bisa mengeja alifbata di dalam kamarku
Aku hanya bisa bersujud di hamparan sajadah rumahku

Tuhan
Dekap aku dengan ramadan-Mu
Biarkan tangisku pecah dalam rintih tadarusku
Biarkan mulutku tetap melafal firman-Mu
Walau terbata

Tuhan
Ramadan ini adalah oase terindah walau dia datang bersama wabah yang Kau turunkan
Di antara isak tangis kelaparan
Di antara lagu kematian
Di antara kerinduan bertemu malam seribu bulan

Jakarta, mei 2020

Sulistyo

RAMADHAN TERKUNGKUNG PANDEMI


Tik tok jam tesendat berputar
Matahari berhenti di tengah jalan
Perut menipis menahan lapar siang malam
Berbuka puasa hanya seteguk minuman
Penghasilan menghilang karena pandemi tak berkesudahan

Ramadhan pilu
Ramadhan penuh sembilu

Jakarta, mei '20




4.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: MENGGALAH BULAN SEMPURNA


4.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:

MENGGALAH BULAN SEMPURNA

di puncak ketinggian langit
sempurna tubuhmu terhampar
menggelinjang semi sensual
semampai nyiur melambai
berjenjang kemontokan buah
penuh pesona angin membuncah
mengguncang kesintalan bidang
meliuk lekuk sepanjang gairah
elok berkelok selaras kemolekan
tegakkan galah lawan kelelakian
kobarkan hasrat pemabuk surga
menjamah bukit-bukit reronta
menebar kelembutan birahi
desiskan diksi-diksi persetubuhan
menggalah nikmat bulan sempurna
bulan suci bersimpul pandemi covid
dalam rengkuh ranjang isolasi

(part, 030520)






SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:

MENGGALAH BULAN SEMPURNA

di puncak ketinggian langit
sempurna tubuhmu terhampar
menggelinjang semi sensual
semampai nyiur melambai
berjenjang kemontokan buah
penuh pesona angin membuncah
mengguncang kesintalan bidang
meliuk lekuk sepanjang gairah
elok berkelok selaras kemolekan
tegakkan galah lawan kelelakian
kobarkan hasrat pemabuk surga
menjamah bukit-bukit reronta
menebar kelembutan birahi
desiskan diksi-diksi persetubuhan
menggalah nikmat bulan sempurna
bulan suci bersimpul pandemi covid
dalam rengkuh ranjang isolasi

(part, 030520)






SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS, kelahiran Tuban. Selain dipublikasikan puluhan media cetak pusat dan daerah, juga beberapa kali pernah masuk nominasi LCP se-Indonesia. Karya puisi sebagian terangkum dalam buku seperti, Antologi Puisi Indonesia (API 1997) di antaranya bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Slamet Sukirnanto. Kebangkitan 1995, Getar 1996, Negeri Bekantan 2003, Memo Untuk Presiden 2014, Merangkai Damai 2014, Sang Peneroka 2014, Jaket Kuning Sukirnanto 2014, Abad Burung Gagak Di Tanah Palestina 2015, Kalimantan Rinduku Yang Abadi 2015, Puisi Menolak Korupsi-6 2017, Kutulis Namamu di Batu 2018, A Skyful of Rain 2018, Zamrud Katulistiwa 2019, Mblekethek 2019, Negeri Penyair 2019, Perjalanan Merdeka 2020, Sayur-Mayur 2020, Gestur Sajak Juara dll. Sempat aktif jadi Penyiar, Wartawan dan Redaktur Media Cetak dan Radio. Pernah menerbitkan Majalah dan Tabloid Berita yang tumbang oleh Tragedi Sampit 2001. Biografinya masuk dalam Leksikon Susastra Indonesia 2000 oleh Korrie Layun Rampan.





3.Ali Syamsudin Arsi KITA BUKA JENDELA


3.Ali Syamsudin Arsi

KITA BUKA JENDELA

kita buka jendela memandang taman bunga di pekarangan tetangga warna-warni indah penuh aroma

bila itu terjadi kita sepakat  untuk menanam juga bunga aneka warna di rumah sendiri kita rayakan panorama bunga di sekeliling ada di depan juga ada

rumah yang indah adalah rumah penuh aroma bunga

aroma bunga masuk melalui jendela terbuka lewat udara dan tentu saja pandangan mata

mata bunga-bunga

mata indah rumah kita

Kindai Seni Kreatif, April 2020














Ali Syamsudin Arsi

SUARA GEMA-GEMA

ia tak lenyap suara naik ke lapis-lapis udara hingga meniti pada gelombang gema-gema sampai bertemu di lingkungan bulan planet terjauh bahkan di pijar api matahari kawah gunung merambat suara permukaan daun mengalun suara palung laut terdalam menyisir suara di tebing tinggi curam ngarai desir hutan kecipak batu sunyi malam misteri hutan belantara suara dan gema-gema bersahutan

taka da yang hilang sedikit pun

suara gema-gema memandang balik ke rumah-rumah kita

rumah kita asal-muasal suara

asal-muasal gema

demi gema

/Kindai Seni Kreatif, April 2020











Ali Samsudin Arsi, lahir di kampung Tubau, Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalsel. Menerbitkan 7 buku gumam Asa, selain buku puisi, kumpulan cerpen juga pantun berkait dan buku kumpulan esai. Pernah mendirikan Forum Taman Hati, mendirikan TOSI (Taman Olah Sastra Indonesia). Sejak tahun 2016 membangun Kindai Seni Kreatif di daerah Kec. Liang Anggang, kota Banjarbaru. Tahun 2020 menerbitkan buku kumpulan puisi “Stadium Tanah Ibu“. Beberapa kali menerima penghargaan sastra dari walikota Banjarbaru, Kepala Balai Bahasa Banjarmasin, Pusat Bahasa di Jakarta. Diundang ke Ubud Writers and Reader - Bali, diundang ke Borobudur Writers and Cultural di Magelang – Jawa Tengah. Hadir pada Mukhtamar Sastra Jawa Timur, ikut merayakan sastra di La Tansa – Lebak Banten, Jawa Barat. Saat ini menjabat Ketua di Kerukunan Sastrawan Hulu Sungai Tengah, Barabai, Kalsel. Mengembangkan metode penulisan dengan “Metode Tulisan Berpindah Tangan”.




2.Rosmita Ar-rahman



2.Rosmita

Ar-rahman

Duka di langitku
Menambah daftar panjang perih
dan nestapa.Malapetaka menimpa segala ruang titik-titik setiap persinggahan.Silaturahmi hanya tinggal pemanis lisan ,bahkan untuk
Rumah Ibadah sekalipun tertutup sudah , taraweh Ramadhanku
hanya di rumah saja

Haruskah terus saling meyalahkan ?
Sementara azab itu terus bermunculan hingga kita tak mampu lagi banyak bicara
Diam dan memasrahkan diri kepada-Nya ,agar pertolongan mampu membuat syaraf bertahan
Meski virus itu teramat debu
namum mampu menguras nadi hingga napas terkulai lemah

Semua nyata
Tak satupun tersembunyi.Lisan-lisan nyinyir kini tak lagi berucap
Seperti biasanya lantang dan sadis
Bencana itu melesat bagai busur menembus sasaran

Bulu roma merinding di malam paling mencekam
Dan aku harus terus bertahan
dalam doa agar mati hanya dengan keadaan Husnul khatimah
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau
dustakan ?

Jambi 2020



2
RAMADHAN YANG ADUH

Anakku
Berbuka puasa senja ini makan seadanya. Kita kan sudah terbiasa puasa tanpa berbuka
Diamlah nak !
Jangan mengeluh , sebab ibu akan selalu membahagiakanmu ,meski
ibu harus menjadi perempaun berstatus pemulung ,namun ibu tidak akan mau meminta kepada siapapun kecuali kepada Allah

Tapi bu , adek kepingin berbuka puasa senja ini ,maka es krim
seperti anak tetangga sebelah
itu Ibu , sekali saja bu
Oh Tuhan ,tak terasa ternyata aku menangis mendengar permintaan Putri kecilku .Tuhanku kepada-Mu aku bermohon , berikanlah rezeki kepadaku agar aku mampu memberikan kebahagiaan kepada keluargaku ,anak titipan-Mu
Aamiin Ya Rabbal'alamiin

Jambi 2020














Rosmita.S.Pd, Lahir di Provinsi Nangroe Aceh 20 April menetap di Jambi. Pernah kuliah di UNJA dan UT Jambi selesai 2010. Bekerja sebagai Kepala Sekolah
di salah satu SD yang berada  di lingkungan
Kabupaten Muaro Jambi , Penggagas Antologi bersama , tergabung dalam grup Asnur dan Peneroka , Anggota ASPI 2017 hingga kini Baru menulis 35 Antologi bersama Dan 5 Antologi tunggal Di antara nya 1.Merenda jingga selapas senja(2016) 2. Jemari Jingga (2016), 3.Sajak 19 mei (2017) 4.perempuan bertubuh puisi (2019, 5.Dwi tunggal Sajak untuk khadijah (2018) 5 .Puisi Guru gerakan Akbar 1000 Guru Asean tentang sebuah buku dan rahasia(Antologi puisi terbanyak MURI (2018).6.Bendera sepenuh tiang (2018) 7 .10.Penyair bicara ,8.Basanta ,9.Akar ibu ,10.Ayah , bangsa,11.Mata cinta, 12. Membaca asap ,13.hujan. 14.Mata rindu ,15.Negeri di atas awan,16. Sabda alam, 17.Membaca zaman, 18.Puspa warna, 19.Kultur ,, 20 Mata rindu, 22.Jejak langit , 23.Menyibak Langit Ramadhan ,24.Kakimu ibu adalah surgaku ,25.Sajak cinta untuk peneroka , 26.Satu abad karang anyar , 27.Wajah Indonesia , 28selangit puisi ,29Mahar gading , 30cinta dan hujan ,32. Ketika penulis bicara ,33.Bertemu dalam koma menari dalam titik, 34.Jejak Sunyi Sang Perindu , 35 Malam bertasbih dalam cahaya 1000 bulan 2020 ,37.Menara impian dalam 6 penulis Jambi , Cinta 2020
di musim semi @38 (Love in Spring )versi bahasa Inggris
di puisi 4 Benua 2020, 39.Amora En Primavera vers berbahasa spanyol Puisi empat benua 2020, 40.Gerakan Sekolah Menulis buku Nasional bersama  siswa /I (Mentari di Langit Talang kerinci) 2019, 41.Gerakan 1000 guru Asean menulis pantun nasihat 2020

1. Anisah BERIBADAH DI ALAM WABAH CORONA



1. Anisah

BERIBADAH DI ALAM WABAH CORONA

Hujan menemani umat yang menggeliat menuju tempat munajat
Hawa dingin merasuki tubuh-tubuh renta
Angin malam membawa berita  mengajak semua menikmati bubur tuk makan sahur
Dengung adzan subuh memanggil umat tuk mulai melakui puasa Ramadhan
Di suasana yang mencekam  beribadah harus menyesuaikan
Jaga jarak shaf dan tak boleh berjabat tangan juga bersalam-salaman
Karpet digulung
Lantai dipel
Tangan dicuci pakai sabun
datang dicuci
pulang dicuci
Semua umat sepakat tuk selalu meramu ilmu
Yang dibutuhkan orang kebanyakan
Agar sejahtera dalam himpitan kekurangan
Agar bahagia di tengah derita
Agar khusyuk beribadah di alam wabah

Magelang, April 2020









Anisah

PUASA PERTAMA

Suasana social distancing sangat terasa di Musholla Istiqomah Dusun Jrakah
Tak ada lagi sesame jamaah bersalam-salaman seperti tahun lalu
Penataan shof tak lagi rapat tetapi berjarak. Tak ada karpet digelar, semua membawa sajadah sendiri
Walau begitu, musholla penuh dengan jamaah, tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan
Semua cerah ceria memasuki malam pertama Ramadhan
Setelah selesai sholat taraweh, jamaah pulang, sesuai anjuran pemerintah
 untuk mengurangi kegiatan berkerumun agar terjaga dari virus corona
Masyarakat dengan ikhlas pulang ke rumah masing-masing
Pukul tiga dinihari
Suara panggilan dari masjid untuk bangun persiapan makan sahur
Diiingi suara gemericik air hujan yang membuat syahdu suasana lereng Merapi
Indahnya suasana malam pertama makan sahur
Drngan lauk pepes ikan nila yang lezat
Semua anggota keluarga  riang gembira menikmatinya
Bersyukur telah diberi rizki kesehatan
dalam suasana lockdown dan PSBB

Magelang, April 2020







Anisah, penulis laporan dan berita pada Majalah Rindang, Semarang{2010},
Penulis artikel pada Surat Kabar Jawa Pos Radar Semarang {2019},
Penulis artikel pada Majalah Sejahtera Semarang {2020}
Penulis Antologi Puisi Tari Soreng {2019}
Penulis 5 buku antologi puisi bersama {2017.2018.2019,2020}
Alamat: Jrakah, Kaliurang, Srumbung, Magelang
HP.008774208223
Email: anisah_6@yahoo.com

Selasa, 12 Mei 2020

Membuat Tahu Banjaran

resepnya sebagai berikut. tahu putih yg belun digoreng atau tahu 50 biji dibagi 2 diiris menyilang yg tdk ada kulitnya kemudian tepung tapioka (aci) 1/2 kg dan tepung terigu 1 ons . Tahu yg sudah diiris dua menjd segitiga dan pada bagian tengah dibelah lagi tetapi tdk sampai terpotong untuk memberi ruang adonan. adonan berupa aci dan terigu tsb diaduk dengan bumbu yg terdiri dari bawang putih, garam, ketumbar, seledri dan putih telor serta vicin . aduk sampai rata dan beri air sedikit dan jangan sampai encer. adonan tetap kering tetapi bisa dikepel kepel seukuran kelereng. masukan adonan sebesar kelereng pada tahu yg sudah belah tengahnya itu tetapi ada bagian adonan yang nongol dari tahu. ( sepertiga adonan masuk ke dalam tahu) kemudian goreng dng cara masukan satu persatu tahu itu agar tiap tahu tdk nempel satu sama lain sebab tahu yg dimasukan ke dalam wajan yg lebih dulu sdh terkena minyak panas. Biadmsanya sekali angkat lebih dari sepuluh tahu. tepung dalam tahu akan merekat dan yg nongol akan mengembang. lebih ebak lagi bila menfgunakan bumbu yg sudah jadi .

Membuat jajanan Celorot

Rencanakan buat jajanan khas Purworejo : Celorot untuk Lebaran ini
Gula kelapa, daun pandan, garam, dan air direbus sampai matang dan dicampur dengan santan. Cairan manis ini kemudian dituangkan di atas tepung beras dan sagu atau tapioka, kemudiam dicampur secara merata. Janur digulung membentuk kerucut panjang, seperti terompet kecil, digunakan sebagai cetakan. Adonan kemudian dituangkan ke daun kelapa kerucut sampai tiga perempat penuh. Kemudian bagian atas diisi dengan campuran santan kelapa, tepung beras dan garam. Kerucut yang telah terisi dikukus selama 15 menit sampai adonan matang dan mengeras.



Membuat Opak dari Ketela Pohon



Ubi jalar/ bodin/ ubi kayu/ ketela panjang/ boled , dikupas direbus spt biasa. Setelah matang ambil urat daging / akar daging ubi tsb.,  kemudian masukan di lumpang atau di gelar di atas karung plastik, tumbuk dengan alu atau uleg uleg yg besar. terus sampai halus. tumbum lagi dengan diberi bumbu bawang putih dan ketumbar dan garam tumbuk lagi sampai halus. ambil botol dan keramik ukuran 40x40 cm di atas meja . luluri keramik dengan minyak kelapa agar ubi tidak kraket. kemudian ambil ubu dan giling dng botol. untuk cetakan bundarnya silahkan ambil yg di suka apakah lingkar mangkok, tatakan atau tutup rantang. taruh cetakan di atas ubi yg telah digiling tipis. iris dengan pisau . ambil ubi tipis ug sudah diiris bundar itu di atas tampah. jemur setelah memenuhi tampah. Setelah kering jadilah opak ubi yg dapat di simpan beberapa lama.

Selamat dan Sukses atas Lahirnya antologi Corona

Penyair :

1.A.Zainuddin Kr, (Pekalongan)
2.Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi (Aceh)
3.Ade Sri Hayati, (Indramayu)
4.Aditya Mahdi F, (Depok)
5.Agus Mursalin, (Kebumen)
6.Agus Pramono, (Mojokerto)
7.Agus Sighro Budiono, (Bojonegoro)
8.Agustav Triono, (Purbalingga)
9.Andi Jamaluddin, AR. AK., (Tanah Bumbu)
10.Anisah, (Magelang)
11.Anisah Effendi, (Indramayu)
12.Arif Abdil Bar, (Probolinggo)
13.Arya Setra, (Jakarta)
14.Asep Muhlis , (Serang)
15.Asih Minanti Rahayu, (Jakarta)
16. Asril Arifin(Indramayu)
17.Asro al Murthawy, (Marangin)
18.Azti Kintamani K , (Bandung)
19.Azizah Rifada Muhallima, (Kudus)
20.Bambang Eka Prasetya (Magelang)
21.Beti Novianti, (Bengkulu)
22.Buana KS, (Bungo)
23.Brigita Neny Anggraeni, (Blora)
24.Caridah Hartati, (NN)
25.Dhea Lingkar , (Surabaya)
26.Diah Natalia, (Jakarta)
27.Dian Rusdi, (Bandung)
28.Dwi Wahyu Candra Dewi, (Blora)
29.Dyah Setyawati, (Tegal)
30.Eksan Su, (Malang)
31.Eli Laraswati, (Jakarta)
32.Emby Bharezhy Boleng Metha, (Flores Timur)
33.Eri Syofratmin, (Bungo)
34.Evita Erasari, (Semarang)
35.Firman Wally, (Ambon)
36.Gampang Prawoto, (Bojonegoro)
37.Gilang Teguh Pambudi. (Jakarta)
38.Giyanto Subagio, (Jakarta)
39.Hermawan , (Padang)
40.Hasani Hamzah (Sumenep)
41.Herisanto Boaz, (Bandung)
42.Heru Patria, Pageblug, (Blitar)
43.Heru Mugiarso, (Semarang)
44.Harkoni Madura (Banyuates)
45.I Made Suantha, (Denpasar)
46.Iie Alie (Yusriani), (Jogyakarta)
47.Indri Yuswandari, (Kendal)
48.Irna Ernawati, (Bogor(
49.Is Mugiyarti, (Sragen)
50.Junaidi, (Pati)
51.Kurliyadi, (Cirebon)
52.Kurnia Kaha, (Jakarta)
53M. Johansyah (Tanah Bambu)
54.M.Muchdlorul Faroh, (Pati)
55.Marlin Dinamikanto , (Depok)
56.Meinar Safari Yani, (Klaten)
57.Mohammad Mukarom, (Wonosobo)
58.Mim A Mursyid, (Madura)
59.Muhammad Jayadi , (Balangan)
60.Muhammad Lefand , (Jember)
61.Muhammad Tauhed Supratman, (Pamekasan)
62.Maya Ofifa Kristianti , (Semarang)
63.Nanang R Supriyatin, (Jakarta)
64.Naning Scheid , (Brussel)
65.Nok Ir, (Jakarta)
66.Nuraedah, (Indramayu)
67.Nurinawati Kurnianingsih(Cilacap)
68.Omni Koesnadi (Jakarta)
69.Profijesarino Ubud DH. (Bandung)
70.Pensil Kajoe , (Banyumas)
71.Rg Bagus Warsono, (Indramayu)
72.Rosmita, (Muaro Jambi)
73.Rayako Dekar King, SY, (Aceh)
74.Ryan Aria Arizona, (Pekalongan)
75.Roymon Lemosol, (Ambon)
76.Rut Retno Astuti, (Bandung)
77.Raden Rita Maimunah, (Padang)
78.Sahaya Santayana, (Tasikmalaya)
79.Salimi Ahmad, (Jakarta)
80.Salman Yoga S, (Aceh)
81.Sami’an Adib, (Jember)
82.Sanur Keziandari, (Bandung)
83.Sarwo Darmono, (Lumajang)
84.Silivester Kiik, (Atambua)
85.Siswo Nurwahyudi , (Bojonegoro)
86.Soei Rusli, (Padang)
87.Supianoor , (Kusan Hulu)
88.Sutarso, (Sorong)
89.Sutarno Sk, (Jakarta)
90.Sukma Putra Permana, (Bantul)
91.Sulistyo , (Jakarta)
92.Sugeng Joko Utomo ,  (Tasikmalaya)
93.Sujudi Akbar Pamungkas, (Tuban)
94.Sudarmono , (Bekasi)
95. Sumrohadi , (Jakarta)
96.Supriyadi Bro (Surabaya)
97.Suyitno Ethexs, (Mojokerto)
98.Syafaruddin Marpaung, (Tanjungbalai)
99.Syahriannur Khaidir, (Sampang)
100.Syamsul Bahri, (Subang)
101.Teguh Ari Prianto, (Bandung)
102.Tjaha Kum, (Hoelea)
103.Uswatun Khasanah, (Gresik)
104.Wadie Maharief, (Jogjakarta)
105.Wanto Tirta, (Banyumas)
106.Wastirah, (Indramayu)
107.Wardjito Soeharso, (Semarang)
108.Wyaz Ibn Sinentang, (Pontianak)
109.Yoe Irawan, (Sukabumi)
110.Yublina Fay ,(NN)
111.Zaeni Boli, (Flores)



Senin, 11 Mei 2020

Sepucuk Surat dari Rumah Sakit , Puisi Petrus Nandi

Sepucuk Surat dari Rumah Sakit

Puisi Petrus Nandi



Ada yang hendak kuutarakan padamu saat ini

Bahwa kau dan aku

Bagai dua anak pulau yang mati

Karena kita tak dapat berjangkauan

Sebab demi melangkaui kesendirian ini aku tak mampu



Sayang, betapa kuingin mengecup bibirmu yangranum

Seperti yang pernah aku giati dengan manja

Di atas ranjang kita

Tapi, apalah daya

Menggerakkan bibir tuk melisankan niatku

Aku tak dapat

Sebab aku tak mau maut ini menderamu

Cukup aku sendiri yang marasakan

Sunyi yang mencekam ruang mini ini.



Sayang, betapa aku ingin mengelus

Wajahmu yang berlumuran rupa-rupa keresahan

Tapi, apalah daya

Mengangkat tangan tuk menggapaimu

Aku tak sampai

Sebab dalam masa pelik ini

Adalah haram bila tubuh kita saling menyapa

Dan aku terlanjur terasing di rumah keramat ini.



Sayang, sebenarnya aku ingin sekali

Menyanyikan lagu Nina Bobo untuk buah hati kita

Seperti suaraku pernah dengan merdu

Mengiringi matanya menuju lelap setiap malam

Tapi, kata dokter

Malam ini aku tak dapat melawati kalian

Lagipula aku mau darahku tak berhenti mengalir

Dalam tubuhnya

Sebab aku takut aku akan membawa maut untuknya

Bila aku memaksakan niatku ini.



Sayang, aku mau engkau tenang bersama dia

Jagalah dirinya

Jangan biarkan ia terluka

Bawalah damai

Sepanjang engkau masih dapat memandangnya



Sayang, aku tidak keberatan

Bila pada hari mereka mengusung

Jasadku menuju liang lahat

Engkau dan dirinya tak berada di sana

Aku bakal menjadi sangat tenteram

Bila kau tak merintih pilu di samping nisanku



Ketahuilah sayangku, aku menulis surat ini

Saat aku merasa yakin

Bahwa aku benar-benar akan pergi

Meninggalkan kalian

Selamanya.

Puncak Scalabrini, 6 April 2020.

Kamis, 07 Mei 2020

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: DI RUANG HIJAU

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:



DI RUANG HIJAU

mengenang badai
dalam diri
membentur alif
di ruang hijau masjid
memedar kepingan
ke dinding zat
dan mengkristal

menggenang tafakur
dalam gelombang suci
romantik
menghunus ruh
ke sekujur sajadah
ke keranda ramadhan
nun jauh terlepas
fastabiqul khoiroots


(masjid'at, 14-20)

Selasa, 05 Mei 2020

Sarwo Darmono , OMAH KANG ENDAH

OMAH KANG ENDAH

Urip ing alam wantah
Kang ginayuh para titah
Kedah sanyata gadhah
Omah kang endah
Gawe kempaling simah
Saha putra wayah

Omah kang endah
Papane paring asih asuh asah
Papaning musyawarah
Lampah gesang bungah susah
Papane manembah lan pasrah
Manembah marang kang maha mirah
Ngalap berkah lan hidayah
Betah mapan ing omah endah
Omah kang endah
Kebak barokah
Kangge sadanya titah

Lumajang, Senen Kliwon 04052020
Pangripta Sarwo Darmono

Witanul Bulkis RUMAH NYANYIAN JIWA

Witanul Bulkis



RUMAH NYANYIAN JIWA

Di rumah ini membungkus segenap jiwa menghampar rasa datang seperti bayang segala lara selalu tergantikan dengan riang terasa indah bila nyanyian jiwa mengalun tanpa sumbang



Di rumah ini temukan damai hingga harapan berkembang cinta kasih sayang siang malam selalu terpancar cahaya kasih tanpa halangan ragu menghadapi langkah-langkah sulit



Di rumah ini segala asa tercurah semoga cinta selalu mengalir pada jiwa-jiwa penyejuk





Tanah Bumbu, April 2020




















Witanul Bulkis



RUMAH CAHAYA

Ramadhan kini terasa sepi

Tak ada zikir menjelang buka puasa

Tak ada sholawat saat tarawih tiba

Tak ada alunan ayat suci penyejuk jiwa

Masjid mushola begitu lengang

Shaf hanya tinggal kain Panjang

Beribadah hanya perorangan



Rumah kini bagai surga keluarga berkumpul beribadah bersama semua berkumpul tak kemana-mana



Rumah kini penuh cahaya memancar bak mentari jingga membelai hingga merasuk jiwa tersenyum bersama keluarga tercinta



Banyak cerita dalam keluarga

Banyak canda tawa berkumpul bersamanya

Walau hanya terdengar suara azan dari spiker mushola namun sholawat, zikir dan lantunan ayat suci masih terdengar dari orang-orang tercinta





Tanah Bumbu, Mei 2020








Biodata



Witanul Bulkis, lahir di Gambut kab. Banjar prov. Kalimantan selatan. Saat ini tergabung dalam Komunitas Bagang Sastra Tanah Bumbu dan Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS). Puisinya pernah tergabung dalam antalogi bersama penyair Kalimantan Selatan  Membumikan Langit (Tahura Media, 2018), antalogi puisi guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu Menulis Puisi Rekor Muri 2018, Antalogi puisi Surak Sumampai (TPSS XVI, 2019), antalogi puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festifal 2019 “WHEN THE DAYS WERE RAINING”, antalogi Bersama Sayur Mayur dan sebagai penulis terpilih 10 besar dalam antalogi puisi Perempuan Seberang Jalan pada event Indonesia berpuisi #9 oleh CV. Poetry Publisher. Ia kini tinggal di Pagatan kec. Kusan Hilir Kab. Tanah Bumbu bekerja sebagai guru SD.

Sulistyo , HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH

HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH

Sulistyo

Tuhan
Terima kasih Kau hadiahi aku ramadhan
Walau dalam kegelisahan dan kepedihan
Karena aku tak punya uang untuk membeli kolak pisang
Apalagi nanti baju lebaran
Hanya ada masker seharga sepuluh ribuan
Karena uang di dompet tinggal recehan
Sisa gajian dua bulan lalu hampir habis untuk makan

Ma'af Tuhan
Ramadhan ini mungkin aku hanya bisa menyapa semampuku
Tak ada suara bakiakku melangkah ke rumah-Mu
Aku hanya bisa mengeja alifbata di dalam kamarku
Aku hanya bisa bersujud di hamparan sajadah rumahku

Tuhan
Dekap aku dengan ramadan-Mu
Biarkan tangisku pecah dalam rintih tadarusku
Biarkan mulutku tetap melafal firman-Mu
Walau terbata

Tuhan
Ramadan ini adalah oase terindah walau dia datang bersama wabah yang Kau turunkan
Di antara isak tangis kelaparan
Di antara lagu kematian
Di antara kerinduan bertemu malam seribu bulan

Jakarta, mei 2020


RAMADHAN TERKUNGKUNG PANDEMI

Sulistyo

Tik tok jam tesendat berputar
Matahari berhenti di tengah jalan
Perut menipis menahan lapar siang malam
Berbuka puasa hanya seteguk minuman
Penghasilan menghilang karena pandemi tak berkesudahan

Ramadhan pilu
Ramadhan penuh sembilu

Jakarta, mei '20


Senin, 04 Mei 2020

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: ---- MENGGALAH BULAN SEMPURNA

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:
-----------------------------------------------

MENGGALAH BULAN SEMPURNA 

di puncak ketinggian langit
sempurna tubuhmu terhampar
menggelinjang semi sensual
semampai nyiur melambai
berjenjang kemontokan buah
penuh pesona angin membuncah
mengguncang kesintalan bidang
meliuk lekuk sepanjang gairah
elok berkelok selaras kemolekan
tegakkan galah lawan kelelakian
kobarkan hasrat pemabuk surga
menjamah bukit-bukit reronta
menebar kelembutan hasrat
desiskan diksi-diksi persetubuhan
menggalah nikmat bulan sempurna
bulan suci bersimpul pandemi covid
dalam rengkuh ranjang isolasi


(part, 030520)

Minggu, 03 Mei 2020

Aditya Mahdi F , 5 waktu di rumah



Kubuka mata yang masih sayuh

Menjelajah masa lalu dengan sepeda waktu yang kukayuh

Kuingat masa-masa kala itu, riuh gemuruh namun tetap teduh

Bernostalgia dengan sebatang rokok yang tinggal separuh

Tepat disamping air kali rumahku yang sudah keruh

Kutinggalkan kopi ku yang seperempat penuh

Pergi ke kamar mandi, membasuh wudhu pada anggota tubuh

Puisi berhenti sejenak, saatnya waktu Subuh



Terbangun di siang hari setelah bangun setelah sahur

Kulihat ibu ingin membeli sayur mayur

Seketika aku mengucap syukur

Tentu aku hanya ingin duduk, hampir tersungkur

Ingin membaca buku, berkontemplasi dengan para leluhur

Buku-buku ini menyelamatkanku dari kutukan tuan takur

Yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur

Namun sebelum itu menjadi hancur, ini sudah masuk waktu Dzuhur



Sore hari, rasa dahaga mulai menjalar

Namun tak sebanding dengan rasa lapar akan pengetahuan nalar

Semua keresahan ku tahan didalam kamar

Rasa resah yang masih samar-samar

Sejujurnya, aku sangat ingin keluar

Namun terhalang, mereka berkata jangan sampai rakyat terpapar

Lagi lagi aku kembali ke kamar, diam terkapar

Hingga terdengar suara Adzan Ashar



Hampir masuk waktu berbuka

Aku masih tak mengerti apa dan kenapa

Terkurung seperti ini mulai membuat jiwa ku menjadi gila

Namun tak apa, ini demi kebaikan bersama

DUG DUG DUG, Adzan Maghrib telah mengudara

Kuambil teh manis untuk melawan rasa dahaga

Dengan beberapa buah es batu tentu saja

Saatnya sholat Maghrib, semoga tuhan mengampuni segala dosa



Malam telah tiba, aku sangat rindu dengan mushola

Aku teringat ketika kecil untuk meminta tanda tangan imam untuk buku sekolah

Sayang sekali, kali ini kurang memungkinkan untuk pergi kesana

Aku tetap dirumah, beribadah, serta memohon ampun kepada-Nya

Setelahnya kupanjatkan doa, semoga dunia kembali ke semestinya

Aku merindukan suasana diluar sana, bercengkrama, mengikuti irama

Sudah cukup, saatnya kembali pada fokus utama

Puisi ini berakhir setelah waktu Isya









Ali Syamsudin Arsi KITA BUKA JENDELA

Ali Syamsudin Arsi



KITA BUKA JENDELA


kita buka jendela memandang taman bunga di pekarangan tetangga warna-warni indah penuh aroma



bila itu terjadi kita sepakat  untuk menanam juga bunga aneka warna di rumah sendiri kita rayakan panorama bunga di sekeliling ada di depan juga ada



rumah yang indah adalah rumah penuh aroma bunga

aroma bunga masuk melalui jendela terbuka lewat udara dan tentu saja pandangan mata



mata bunga-bunga

mata indah rumah kita





/Kindai Seni Kreatif, April 2020





































Ali Syamsudin Arsi



SUARA GEMA-GEMA

ia tak lenyap suara naik ke lapis-lapis udara hingga meniti pada gelombang gema-gema sampai bertemu di lingkungan bulan planet terjauh bahkan di pijar api matahari kawah gunung merambat suara permukaan daun mengalun suara palung laut terdalam menyisir suara di tebing tinggi curam ngarai desir hutan kecipak batu sunyi malam misteri hutan belantara suara dan gema-gema bersahutan



taka da yang hilang sedikit pun



suara gema-gema memandang balik ke rumah-rumah kita



rumah kita asal-muasal suara

asal-muasal gema

demi gema





/Kindai Seni Kreatif, April 2020































Biodata



Ali Samsudin Arsi, lahir di kampung Tubau, Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalsel. Menerbitkan 7 buku gumam Asa, selain buku puisi, kumpulan cerpen juga pantun berkait dan buku kumpulan esai. Pernah mendirikan Forum Taman Hati, mendirikan TOSI (Taman Olah Sastra Indonesia). Sejak tahun 2016 membangun Kindai Seni Kreatif di daerah Kec. Liang Anggang, kota Banjarbaru. Tahun 2020 menerbitkan buku kumpulan puisi “Stadium Tanah Ibu“. Beberapa kali menerima penghargaan sastra dari walikota Banjarbaru, Kepala Balai Bahasa Banjarmasin, Pusat Bahasa di Jakarta. Diundang ke Ubud Writers and Reader - Bali, diundang ke Borobudur Writers and Cultural di Magelang – Jawa Tengah. Hadir pada Mukhtamar Sastra Jawa Timur, ikut merayakan sastra di La Tansa – Lebak Banten, Jawa Barat. Saat ini menjabat Ketua di Kerukunan Sastrawan Hulu Sungai Tengah, Barabai, Kalsel. Mengembangkan metode penulisan dengan “Metode Tulisan Berpindah Tangan”.



Sabtu, 02 Mei 2020

YOE IRAWAN , FRAGMEN PINTU

YOE IRAWAN



FRAGMEN PINTU



I

Sebutir biji

Sekuncup tunas

Dimatangkan waktu



Menolak sia-sia di piringmu



II

Piring waktu

Tergeletak di meja rumahmu

Kamu sebut ia pintu



Tempat kamu mengunyah usia tanpa jemu



III

Selalu lewat pintu  kamu pergi ke ladang

Meninggalkan rumah berbatas petang

Mengolah rindu tak kepalang



Menabur biji menyemai tunas dalam doa-doa kepayang



IV

Waktu selalu membawamu kembali ke pintu itu

Setelah lapar dan dahagamu

Kamu tuntaskan sepenuh gebu



Ar-Rayyan yang dimatangkan ramadhan



V

Beribu-ribu biji

Beribu-ribu tunas

Kian berisi kian bernas



Kamu buka Ar-Rayyan : ladang abadi bertumbuhan





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H




RUMAH KITA SEMPIT SAJA



Rumah kita memang sempit, Sri

Hari-hari penat kian menghimpit

Tetapi hujan senja ini menumbuhkan bahagia yang lain



Tak perlu kuyup. Di sini kita guyup

Orang-orang berlari menantang cuaca

Kita mereguk teh hangat setelah sesiang berpuasa



Ini bukan soal lapar atau dahaga

Dihantam kemiskinan kita sudah terbiasa

Bertahun-tahun bertahan membuat kita begitu berdaya



Tak ada perayaan untuk lapar dan dahaga kita

Tak ada pula nama kita di data-data

Tak apa. Duka lara kita sudah menyatu pada semesta



Rumah kita memang sempit, Sri

Tetapi kita sama faham benar

Puasa membuat ruang kita berbinar seluas cakrawala





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
PROFIL PENYAIR



Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan sehari-hari selain bekerja juga mengelola sebuah sekolah sepakbola untuk anak-a Yoe Irawan  nak dan remaja.Karya puisinya tergabung dalam: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Kado Cinta (Kumpulan Puisi, Uwais Indie, 2015), Dupa Mengepul Di Langit (Kumpulan Puisi,Oase Pustaka 2015), Aksara Ramadhan (Kumpulan Puisi, Penerbit Nerin Media 2015), Kilau Zamrud Khatulistiwa (Puisi akrostik, Fam Publishing, 2015), Dua Menit Satu Detik (Kumpulan Puisi, Fam Publishing, 2015), Mengungkap Tabir Bumi Khatulistiwa (Kumpulan Puisi, Penerbit Rumah Kita, 2015), Tujuh Puluh Untuk Indonesia (Kumpulan Puisi Kemerdekaan, Penerbit Bintang Pelangi 2015), Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (Kumpulan Puisi,Vio Publisher, 2015), Semangat Baru Untuk Rohingya (Kumpulan Puisi, Penerbit Ernest, 2015), 99 Mutiara Rindu (Kumpulan Puisi, Zukzez exPress, 2015), Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa Buat Abah (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017), Perempuan Yang Tak Layu Merindu Tunas Baru (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017). Matinya Sang Pemuda (Oase Pustaka, 2019), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Antologi Gambang Semarangan (2020), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), Antologi Corona (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2020).Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2  tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).

Jumat, 01 Mei 2020

Winar Ramelan RAMADHAN YANG HENING

Winar Ramelan

RAMADHAN  YANG HENING



Seperti daun daun yang jatuh dari pohon

Mereka mendapati takdirnya tanpa suara

Ketika angin menabuhnya

Lalu tanggal dari pohon naungnya

Untuk luruh pada bentang pertiwi



Begitupun hari ini

Dalam ramadhan yang hening

Karena tak ada seremonial buka bersama

Atau tarawih dalam luasnya masjid

Tak ada bedug yang bertalu talu

Juga tadarus dengan pengeras suara



Di dalam rumah, ayat suci didaraskan

Doa doa dilantunkan sederas hujan

Kasih pun berpaut dengan erat

Seerat benang dalam tenunan



Hari hari berlalu begitu saja

Seperti daun yang gugur tanpa suara

Tetapi pagi menjadi hari baru

Laksana tunas daun lalu tumbuh bunga

Begitu pun ramadhan ini

Datang dan pergi menuju kuncup bunga yang wangi

Dan mekar tepat di hari Idhul Fitri nanti



DIRI DAN DIA



Mari kita dirikan tempat suci di dalam rumah

Menatahkan Dia bukan pada megahnya bangunan

Namun pada kelapangan dan kesucian niat dalam diri



Jangan lusuhkan jiwa untuk terlihat megah

Ketika menghadapNya, dengan tatapan tatapan serupa

Tatapan manusia yang ingin dilihat



Rundukkan diri atas keberadaanNya

Meski tak terlihat, Dia ada di dalam diri kita

Yang tak ingin ditinggikan

Karena sudah maha tinggi

Namun seringkali diri merasa sangat tinggi 

Melebihi kepala sendiri
Biodata



Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar.

Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki.

Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit, Saron, A Skyful of Rainy Day, Sebutir Garam Di Secangkir Air, Berbagi Kebahagiaan Dalam Tadarus Puisi, Perempuan Bahari

I MADE SUANTHA DOA SERIBU BULAN

I MADE SUANTHA
DOA SERIBU BULAN

Doa pada bumi yang telah setia
Menyempurnakan cahaya temaram itu
Bulat bulan nampak kembar
Dalam hatiku. Seribu laron berebut
Tetesan gerimis pada kilau
Bintang bintang. Dan kau mencatat
Dengan senyap
Lembaran sayap itu. Melayang
Dan kemudian lenyap di warna bunga
Yang menjadikanmu harum! 

Sedekah mataair
Bagi sungai yang mengalir
Wingit langit bagi seribu bulan
Menyempurnakan indah malam
Sujud daun dalam meluruhkan sinar matahari
Menuntun anak tersesat mencari jalan pulang

Doa ibu,  lantunan lagu
Gending dengan irama purbani
Pelepas dahaga:  perjalanan hayati.

Cahaya bulan memuaikan malam!

April, 2020



I MADE SUANTHA
RUMAH YANG INDAH

Disini sujud didirikan. Tanpa terkungkung
Teraan mata jam. Dia adalah detak
Irama jantung dan tarik serta hembusan
Nafas
Tafakur diam, serupa  cerapan akar pohon
Membesarkan diri dengan memamah
Pertiwi dengan senyap

Rumah dengan pekarangan seluas hati
Dipenuhi harum untuk bunga bunga yang sempurna
Mewarnai taman
Mata air yang mendulang sumur
Mengaliri seribu sungai
Di seluruh bahagian tubuh

Nyanyian ibu. Tanah yang dibajak bapak
Lukuan ditumbuhi rumpun padi
Memenuhi lumbung diri

Doa ibu. Wirid bapak
Jalan selapang cakrawala:  Jalan masuk
Menuju rumah dengan tiang tiang yang kokoh
Menopang sajadah serah diri

April 2020





Ar-rahman, Rosmita

Ar-rahman
Rosmita

Duka di langitku
Menambah daftar panjang perih
dan nestapa.Malapetaka menimpa segala ruang titik-titik setiap persinggahan.Silaturahmi hanya tinggal pemanis lisan ,bahkan untuk
Rumah Ibadah sekalipun tertutup sudah , taraweh Ramadhanku
hanya di rumah saja

Haruskah terus saling meyalahkan ?
Sementara azab itu terus bermunculan hingga kita tak mampu lagi banyak bicara
Diam dan memasrahkan diri kepada-Nya ,agar pertolongan mampu membuat syaraf bertahan
Meski virus itu teramat debu
namum mampu menguras nadi hingga napas terkulai lemah

Semua nyata
Tak satupun tersembunyi.Lisan-lisan nyinyir kini tak lagi berucap
Seperti biasanya lantang dan sadis
Bencana itu melesat bagai busur menembus sasaran

Bulu roma merinding di malam paling mencekam
Dan aku harus terus bertahan
dalam doa agar mati hanya dengan keadaan Husnul khatimah
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau dustakan ?

Jambi 2020

2
RAMADHAN YANG ADUH

Anakku
Berbuka puasa senja ini makan seadanya. Kita kan sudah terbiasa puasa tanpa berbuka
Diamlah nak !
Jangan mengeluh , sebab ibu akan selalu membahagiakanmu ,meski
ibu harus menjadi perempaun berstatus pemulung ,namun ibu tidak akan mau meminta kepada siapapun kecuali kepada Allah

Tapi bu , adek kepingin berbuka puasa senja ini ,maka es krim
seperti anak tetangga sebelah
itu Ibu , sekali saja bu
Oh Tuhan ,tak terasa ternyata aku menangis mendengar permintaan Putri kecilku .Tuhanku kepada-Mu aku bermohon , berikanlah rezeki kepadaku agar aku mampu memberikan kebahagiaan kepada keluargaku ,anak titipan-Mu
Aamiin Ya Rabbal'alamiin

Jambi 2020

Rosmita.S.Pd
Lahir di Provinsi Nangroe Aceh 20 April menetap di Jambi
Pernah kuliah di UNJA dan UT Jambi selesai 2010
Bekerja sebagai Kepala Sekolah
di salah satu SD yang berada
di lingkungan
Kabupaten Muaro Jambi
Saya penyuka warna hitam
Traveling , Adventure adalah kegiatan yang paling disukai
Berpuisi sejak duduk di bangku
sekolah dasar
Bagi saya syair adalah napas kehidupan.
Penggagas Antologi bersama , tergabung dalam grup Asnur dan Peneroka
Anggota ASPI 2017 hingga kini
Baru menulis 35 Antologi bersama
Dan 5 Antologi tunggal
Di antara nya
1.Merenda jingga selapas senja(2016) 2. Jemari Jingga (2016)
3.Sajak 19 mei (2017)
4.perempuan bertubuh puisi (2019
5.Dwi tunggal Sajak untuk khadijah (2018) 5 .Puisi Guru gerakan Akbar 1000 Guru Asean tentang sebuah buku dan rahasia(Antologi puisi terbanyak MURI (2018).6.Bendera sepenuh tiang (2018) 7 .10.Penyair bicara ,8.Basanta ,9.Akar ibu ,10.Ayah , bangsa,11.Mata cinta,
12. Membaca asap ,13.hujan.
14.Mata rindu ,15.Negeri di atas awan,16. Sabda alam,
17.Membaca zaman,
18.Puspa warna, 19.Kultur ,
20 Mata rindu, 22.Jejak langit , 23.Menyibak Langit Ramadhan ,24.Kakimu ibu adalah surgaku ,25.Sajak cinta untuk peneroka , 26.Satu abad karang anyar , 27.Wajah Indonesia , 28selangit puisi ,29Mahar gading , 30cinta dan hujan ,32. Ketika penulis bicara ,33.Bertemu dalam koma menari dalam titik, 34.Jejak Sunyi Sang Perindu , 35 Malam bertasbih dalam cahaya 1000 bulan 2020 ,37.Menara impian dalam 6 penulis Jambi , Cinta 2020
di musim semi @38 (Love in Spring )versi bahasa Inggris
di puisi 4 Benua 2020
39.Amora En Primavera vers berbahasa spanyol Puisi empat benua 2020
40.Gerakan Sekolah Menulis buku Nasional bersama  siswa /I (Mentari di Langit Talang kerinci) 2019
41.Gerakan 1000 guru Asean menulis pantun nasihat 2020

Kamis, 30 April 2020

Vien Rumailay. , “Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”

Vien Rumailay.


“Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”



Ibu…..

Aku  merindukanmu

Ditengah  bulan  yang  penuh  rahmat  ini

Kau cahaya  yang  selalu  menerangiku

Kau  pelangi  yang  selalu  memberi  warnah  bahagia



Ibu….

Dibulan suci ini

Kau tidak  bersama  denganku

Aku merindukanmu  ibu

Belaiyan  kasih  sayang

Selalu kau  tebarkan  dibulin  suci  ini



Ibu…..

Sekarang  kau  telah tiada

Aku sungguh merasa  kehilangan

Aku merindukanmu  ibu

Ramadhan  tahun   2020

Tak  seindah  Ramadhan  Tahun  2019 bersama ibu



Ibu….

Kau  dambaan  hatiku

Kau  telah tiada

Namun  kasihmu  bagiku

Selalu  aku  rasakan  disetiap  hembusan  nafasku



Sungguh indah  Bila ibu berada di bulan  Ramadhan  ini

Segala ampunan ku  haturkan  bagimu  ibu

Segala doa  kupanjatkan  bagimu

Tetaplah  abadi  disisi  Allah

Merayakan  Ramadhan  bersama  Allah

Aku  selalu  merindukanmu  ibu



Masohi,  29 April  2020

















Sukacita  Ramadhan

Oleh : Vien Rumailay



Ramadhan Telah Tiba

Seluruh Umat Muslim Bersukacita

Menyambut Bulan Penuh Ampunan

Bulan Penuh Keberkahan

Bulan Penuh Kemuliaan



Sungguh indah Ramadhan

Amalan pahala Allah berikan

Bagi kami umat-Mu

Syukur kepada Allah kami panjatkan

Tanpa Allah hidup kami sia – sia



Oh Ramadhan…

Kau hadir berikan sukacita

Mengobati dan menemani setiap insan

Kau berikan cahaya Ramdhan

Yang terpencar dimana - mana



Masohi,  29 April 2020

Rabu, 29 April 2020

Hakikat Ramadhan , Abdil Arif

Abdil Arif




Hakikat Ramadhan



Rhamadan dulu…

Syetan dikurung

Rhamadan sekarang...

Semua mahluk dikurung termasuk manusia…


Ramadhan dulu…

Orang rajin taraweh itu shaleh

Ramadhan Sekarang,,

Rajin taraweh itu salah…


Dulu…

Iman harus kuat

Sekarang, imun yang harus kuat


Kata positif sekarang buruk

Kata negatif sekarang baik


Baru terasa,,

Bahwa semua mulai berubah…


Tapi ,,

Tapi tidak untuk hakikat ramadhan…


Dia tetap merajai bulan

Dia tetap penuh ampunan

Dia tetap memberi malam seribu bulan

Dia tetap menjadi sanjungan


Oh, ramadhan…

Tempat bersuci…

Bukan hanya makan dan minum yang aku tahan,,

Bicara busuk aku tahan..

Pandangan aku tahan..

Rasa aku tahan..

Karena bukan perut lapar,,

Bukan gersangnya tenggorokan..

Yang mensucikan…


Tapi,,,

Hakikatmu ,, ramadhan

Sucikan semua jiwa ,,

Berpuasalah...

SUPIANOOR RUMAHKU MUSHOLAKU

SUPIANOOR


RUMAHKU MUSHOLAKU

Di Ramadhan tahun ini

Jauh berbeda dari Ramadhan tahun-tahun yang lewar

Kumandang merdunya azan di rumah sendiri

Niat dan takbir tangan di angkat di rumah sendiri

Lantunan Al-Fatihah bergaung di nrumah sendiri

Ruku menundukkan kan badan di rumah sendiri

Sujud merendah diri di nrumah sendiri

Berdia meminta ampun di rumah sendiri

Semua di rumah sendiri



Ramadhan di tahun ini

Tarawih beramaah bersama keluarga di rumah sendiri

Derai selawat dan lantunan ayat-ayat Al-Quran

Semarak dari nrumah sendiri

Walau jamaah kecil dari keluarga yang kecil

Namun sungguh semarak dengan ebersamaan

Ramadhan tahun ini

Rumahku musholaku



Tanah Bumbu 2020



























SUPIANOOR



MENUNGGU BERBUKA PUASA



Keluarga kecilku

Duduk bersila membentuk lingkaran

Sama menghadap hidangan yang amat sangat sederhana

Sambil tafakur berdiam  dan merenung diri dalam diam

menunggu penanda waktu yang merayap kian mendekat

menuju titik akhir untuk berbuka puasa



Sirine meraung pengganti beduk

Kami serentak berdoa dan berbuka bersama

Seremak bersama mereggguk air dan makanan lainnya

Dengan lahap dan terukur tanpa berlebihan

Kemudian tak lupa mengucap syukur bersama

Atas apa yang kami dapatkan di hari ini

Oh indahnya keluargaku





Tanah Bumbu 2020





































BIODATA PENULIS










Supianoor dilahirkan di Kusan Hulu, sebuah kecamatan yang berada di pelosok Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Juli 1969. Puisi-puisinya terdapat dalam antologi bersama Buitenzorg Bogor Dalam Puisi Penyair Nusantara (2017), Berbagi Kebahagiaan (2019), Surak Sumampai (2019)Sekarang bertugas sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu. Bisa dihubungi di no Hp/WA 081348562835 atau E-mail smpn2kusanHulu@yahoo.com

Sugeng Joko Utomo PULANG

Sugeng Joko Utomo



PULANG



Sudarmin renta duduk terdiam

Bersandar tangan mata terpejam

Terhanyut angan di lamun kelam

Menembus masa silam

Tentang istri teramat dicinta

Tiga anak buah kasihnya

Sebentar lagi akan bersua

Pada rumah bambu telah tua



Di atas kapal melancar pulang

Rindu menari dicumbu gelombang

Beriring cericit camar-camar terbang

Hari pun menjemput siang



Sepuluh tahun ia terhumbalang

Merantau jauh di negeri seberang

Sebab sepetak kecil sawah ladang

Tak lagi memberi harapan panjang

Panen hanya setahun sekali

Itu juga tiada pasti

Air seperti malu mengaliri

Hijau subur menjauh pergi



Angin bertiup menerpa wajah

Lamunan segera tergugah

Ia bangkit berdiri terperangah

Rupanya sampailah sudah

Segera baris berdesak-desakan

Menjinjing barang bawaan

Di emplasemen dermaga pelabuhan

Gejolak di dada semakin tak tertahan



Sudarmin renta tertegun diam

Tak mampu mengurai gumam

Melihat desa tanah kelahiran

Tenggelam di telan air bendungan



Tasikmalaya, 27 April 2020

Sugeng Joko Utomo







LENTERA BELUM MENYALA



Terbayang pintu bercat hijau pandan

Mulai terbuka perlahan

Sayap-sayap rindu berkepakan

Mengerumuni jasadku dalam diam

Berpuluh ratus bahkan ribuan

Menggugah angan menjemput kenyataaan



Aku menghambur segera

Pada kedua tangan terbuka

Milikmu yang senantiasa

Menanti pulangku dengan setia

Menumpahkan selaksa rasa

Selama ini terpaksa ditunda



Senyum kau suguhkan

Bersama segelas cerita tentang Intan

Putri kita yang bukan lagi anak ingusan

Beranjak menjadi remaja kekinian

Selalu mengharap segunung perhatian

Dariku seorang ayah perantauan



Kunikmati peluk mesra darimu

Kuresapi cium takdim anakku

Kubenamkan jiwa pada lautan syahdu

Yang tetiba ombaknya menggulung haru biru



Kukunyah rindu yang tersaji

Kureguk segelas cinta suci

Terpejam mata menikmati

Getar asmara meresapi sanubari



Namun...

Hari ini kanda belum bisa pulang adinda

Saat ini ayah tak jadi datang ananda

Tak diperkenankan oleh aturan negara

Konon untuk memutus pandemi corona

Jika wabah sudah mereda

Kelak ada sempat untuk bersua

Akan kunyalakan lentera

Terangi segala penjuru rumah kita



Tasikmalaya, 25 April 2020

Sugeng Joko Utomo





BAITUL JANNAH



Wahai isteriku

Puasa baru berjalan seminggu

Tetapi kau telah belanja gula telur dan terigu

Juga beberapa macam rempah bumbu

Sibuk pula membuat kue ini itu



Untuk lebaran nanti

Katamu membela diri

Sambil tetap asyik mengolesi

Alat panggang cetakan roti



Sementara makna dari puasa terlewatkan

Engkau bergunjing sambil mengaduk adonan

Mulut tiada henti mengatakan

Si ini atau si anu telat bayar arisan



Rumah berantakan

Di ember bertumpuk cucian

Di teras sampah berserakan

Pekerjaan lain terabaikan



Istriku tersayang

Puasa dan lebaran itu satu pasang

Saling bertautan berbayang

Melengkapi bak angin dan layang-layang



Rusak puasa rusak pula lebaran

Tak berkumandang lagi kemenangan

Terkoyak oleh mudharat kebiasaan

Digerus nafsu buruk keseharian



Maka berhati-hati saja

Tulus menjaga sikap dan bicara

Tuntas menjalani ibadah mulia

Niat bersihkan jiwa raga dari dosa



Tasikmalaya, 14 April 2020

Sugeng Joko Utomo





YANG ASYIK MUDIK



Di penghujung akhir bulan puasa

Gemanya panggili para pengembara

Untuk pulang ke desa-desa



Segala moda transportasi

Motor bus dan mobil pribadi

Berebut cepat tak pandai mengantri



Cerita tentang kota

Perihal bermacam duka

Dilipat di balik senyum pura-pura



Pura-pura kaya

Pura-pura bahagia

Kompensasi dari hidup menderita



Herman memboyong anak istri

Dengan motor sendiri

Hasil menabung berhari-hari



Simin mengendarai inova

Sepertinya mobil sewa

Mengajak keluarga semua



Prapti naik bus AKAP

Berpengemudi kurang cakap

Di padat kemacetan terperangkap



Adakah yang naik kereta api

Tiket online tak pernah terbeli

Sebab jaringan internet bikin sakit hati



Mereka para pemudik

Berkumpul bercerita asyik

Saling berbagi kisah unik



Aku hanya diam mendengar

Senyum sendiri tanpa sadar

Menyimak perubahan desa jadi hingar-bingar



(Semua ini pasti tak lama

Sepekan lagi mereka balik ke kota

Melanjutkan berburu nasib menderita

Untuk kembali mudik lebaran berikutnya)



Tasikmalaya, 6 April 2020

Sugeng Joko Utomo