Senin, 18 Mei 2020

23.M. Johansyah – Tanah Bumbu Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga

23.M. Johansyah – Tanah Bumbu

Puasa Adalah Rumah Indah Di Syurga

Arus godaan mulai merambah
semakin kuat mendesak-desak
keseluruh tubuh, ruang gerak
dihari pertama puasa ramadan
takpeduli sedang berjuang
menahan lapar haus dan dahaga
Haus, menggamit mulut dan lidah
pada sebotol sirup manis rasa melon
dicampur coklat lezat
berkawan es serut kelapa muda
beraroma citrus menggugah selera
bagaimana rasa itu takmenggoda
oh, ya Tuhan ~ hamba sedang puasa
mengumpulkan satu demi satu
bilah hitungan hari dengan jeriji jemari
beri hamba kekuatan menahan haus
hingga ke petang
menjadikan puasa hamba yang terbaik, tahun ini
sebab telah Kau cukupkan hamba dengan saur
lapar haus dan dahaga hanya sementara
sedangkan pundi-pundi akhirat abadi
Begitu pun lapar, terus menjalari tubuh
dengan bisiknya
serupa rayu wanita jalang tanpa busana
mengelus-elus dinding  perutku
lalu berkata lembut
seperti tetesan keringat sehabis birahi
disekanya berkali-kali, basah kering angin
mengembun, meluapkan sungai ke pembuluh selera
lapar ini menjadikan hari-hari penuh ikhtiar
menggarap sehampar lahan amal dunia
sebagai tanah tandus yang harus ditanami iman

ditanami segala tumbuhan mengandung energi
untuk menggerakkan segenap pikir
agar tiada yang percuma
saat panen tiba, didapatkan semua bahagia
Gerbang keampunan bagi jiwa-jiwa yang mendamba
dibasuh air sejuk ramadan, berkali-kali, berhari-hari
sajadah wangi
menuju ke rangkulan Illahi rabbi
kemarilah, sambutNya. Kerinduan berbalas kasih sayang
reguk nikmat yang dijanjikan, hari itu, berkekalan suka cita
puaskan segala inginmu
Batulicin, 24/04/2020#22.09





















M. Johansyah – Tanah Bumbu

Rumah Ramadan Penebus Segala Dosa

Matahari telah menyimpan selembar catatan haus dan lapar
diserahkannya pada Tuhan, sebab puasa seorang hamba
adalah urusan Tuhan pada hambanya
tidak akan sia-sia, bahkan seberapa ikhlas pun berpuasa
juga bagi yang masih setengah hati
akan mendapat markah
ponten dari kerja manusia, Tuhan akan memonten semua
tidak tercecer sedikit juapun satu amalan
sengaja matahari dibuatNya cerah menyengat
lalu agak petang dibuatNya meredup mendung
ini skenario, ini setting sebuah panggung besar
untuk sebuah pertunjukan maha super kolosal
yakni Ramadan Mubarak, ya, Bulan Suci,
ya, bulan yang lebih baik dari seribu bulan
datang sekali dalam setahun, tamu agung lagi mulia
bagi sekalian hamba-hamba yang beriman
menguji taqwa, menguji cinta
haus dan lapar sebagai lembar uji
dijawab dengan sabar, ikhlas dan kebesaran jiwa
tidak menjadi halangan
diseparuh jalan sudah mengeluh
lalu berkata, aku takkuat
puasa membuatku sakit, puasa menyiksa diri
Tuhan Maha Tahu, apa yang engkau keluhkan
mengapa takkuat, membuat sakit, menyiksa diri
kelak hamba akan tahu jawabnya
jika tahu akan segala rahasia puasa sesungguhnya
semua hamba akan merasa rugi seumur hidupnya
karena tak berpuasa, sebab akan dibaliknya semua masa lalu
dibuatnya puasa sepanjang tahun

tetapi Tuhan takkan mau menerima
puasa bukan sebab terpaksa
puasa bukan sebab ingin mendapat pujian
sesungguhnya puasa adalah rahasia
antara Tuhan dan hambanya
sebiji kurma, bermakna
seteguk air, bermakna
cuaca yang meliputi sehari puasa, bermakna
silaturrahmi dalam puasa, bermakna
menjaga seluruh anggota tubuh, bermakna
hanya Tuhan tempat segala makna diurai penuh nikmat
dihamparkanNya pada suatu ketika, pada hamba
dinampaknya pada kita sekalian hambaNya
kenikmatan syurga yang tiada tara
entah, apalagi yang akan didapatkan
sebagai ganjaran bagi yang berpuasa
sebagai itibar, jangan butakan mata
sebab puasa, tambahan dari semua amalan manusia
untuk meraih kesucian diri
penebus atas segala dosa dan kesalahan
Batulicin, 24/04/2020#20.55

M. Johansyah, penulis yang mukim di Batulicin, Tanah Bumbu. Telah membuahkan banyak karya tulis, berupa puisi, cerpen dan esai. Tulisannya dibukukan dalam antologi bersama, diterbitkan di Kalimantan Selatan hingga mencapai ke luar daerah. Diantaranya : Hutan Hujan Tropis, When The Days Were Raining, A Skyful Of Rain, Membumikan Langit, Semerbak Hutan Seharum Ombak dan banyak lagi. Salam sastra.



22.Erna Kasale RAMADHAN BERKISAH

22.Erna Kasale

RAMADHAN BERKISAH

Dimanakah suara toleng-toleng
disaat melewati lorong
suara rebada telah pupus
dimakan kisah

2020…
Kau membawah semua kesunyian
hingga mematikan                       ketukan toleng-toleng
kini sirna

Tidak ada lagi kehangatan
seakan hidup di hutan belantara
manahan dinginnya udara

Merasa di asinkan di bumiku sendiri
bulan yang dulu bercahaya
kini redup
ditelan langit gelap

Walakone, 25 April 2020












Erna Kasale

RUANG KOSONG

Terlihat ramai disudut ruangan
suara bahagia terdengar dimana-mana
rumah penuh warna

Seakan tak ada lagi air mata dan luka
semua yang ku cintai dan ku sayangi
ada disini

Kini entah kemana
ku cari hembusan itu

Ruang kosong membuat kaku langkahku
terasa sayap-sayapku
telah patah

Ramadhan…
dimanakah dirimu
aku ingin keceriaan itu
sampai kapan kau bersembunyi

Hingga waktu kembali
menemukanmu dalam cahaya
bulan suci
ramadhan

Walakone, 25 April 2020

21.HERU MUGIARSO RAMADAN DI RUMAH SAJA

21.HERU MUGIARSO

RAMADAN DI RUMAH SAJA

Ramadan tahun  ini di rumah saja
Sembari  menyusun impianimpian lebaran dengan bersahaja
Menjalani hari demi hari berpuasa  apa adanya
Nyaris sebulan penuh  tak ada lagi yang tersisa

Kita pandang meja makan menu berbuka sederhana
Mencerna kebahagiaan hadir semenjana
Begitulah tahun tahun kita yang akrab dengan musibah bencana
Menyelesaikan satu demi satu tugasnya

Ramadan tahun ini di rumah saja
Berbuka, tarawih dan tadarus  serta itikaf di  sana
Kerna yakin Allah Ta’ala  hadir bersama kita
Mengajari bagaimana menyikapi sebuah petaka.
2020.

















HERU MUGIARSO

IBADAH SUNYI

Ibadahku ibadah sunyi
Ibadah dari hati paling hakiki
Jauh dari riuh dan riya
Karena ibadahku hanya padaNya
Sang Maha Sunyi

Ibadahku ibadah sepi
ibadah dari puncak kemanusiaan dalam diri
Karena hanya Tuhan Maha Sepi yang paling mengerti
Setiap gelagat niat dan iman tersembunyi

Ibadahku ibadah yang tak perlu diketahui
Ibadah ikhlas berbalut syar'i
Biarlah ujian bersabar kali ini
Menjadi inti dari persembahan yang sejati.

2020

20.Rofiah Ross , Ramadhan di Kampung Kami

20.Azizah Rif, Saat ini

20.Rofiah Ross

Ramadhan di Kampung Kami

dari tengah malam ke tengah malam
gema Islami bercampur suasana klasik budaya desa
Malam thadarus mengumandang di corong masjid desa
dan pemuda membangunkan sahur dengan musik jalanan
sesekali mereka melantunkan tembang khasidah populair
Di dapur tempat masak keluarga, blandongan ala desa
Satu dapur empat keluarga
keluarga kakak beradik
Masak ala desa sambil dan suara ibu-ibu meramu masak
ribut yang menggembirakan
di bawah terang lampu dan nyala api pawon.
Azizah Rif, Saat ini
Saat ini



19.Sutarso PROTES TENTANG SURGA, TEMPAT PALING BINTANG BAGI KELUARGA "Di kepala:

19.Sutarso

PROTES TENTANG SURGA, TEMPAT PALING BINTANG BAGI KELUARGA
"Di kepala:

Pikiran kotor merajalela
Terjebak otakatik otak,
sampai terbelai andai,
bahwa tanpa pikiran suci
di kemudian hari
kita masuk surga?
Atau, telah kau
pelajari  Sunah Nabi tapi
purapura tidak mengerti?
Di bibir:
Kata mangkir
kepada kita mampir
Terlalu yakin masuk
surga, bukankah itu
kesimpulan terburuburu?

 Bukankah seharusnya
menabung kebaikan
seribu gunung,
baru menghitung
untung
dari kemungkinan
lolos seleksi
setelah Munkar
setelah Nakir
jalankan tugas dari_Nya

Mengenai catatan tentang
baik buruk perbuatan kita
dari lahir hingga
hembuskan napas terakhir,
ada di Roqib
ada di Atid
Di jemari:
Kekerasan, ringan tangan
Kau tau, tangan
untuk memberi

 Mengapa kepada diri
sendiri
mengapa kepada diridiri
di luar diri sendiri,
kaumenyakiti?
Dengan zalim,
mengapa mengklaim diri
alim?
Dengan kejahatan,
pantaskah kita
jadi penghuni surga?
Bukankah masih ada
waktu?

Bukankah rumah kita,
tempat yang tepat
demi
kembalikan keaslian diri
yang terfotokopi
basabasi
bikin jalan ke surga
terportal  bengal
mengaku diri
paling handal?
Bukankah rumah,
tempat paling indah,
yang semoga jadi Tempat
Paling Bintang bagi
keluarga kita?"

Bukankah rumah,
adalah surga?
Semoga dari rumah ini,
kita sekeluarga
mencapai surga

Sorong, 25 April 2020



18.Jayadi RAMADHAN DI TAHUN INI

18.Jayadi
RAMADHAN DI TAHUN INI

Ramadhan datang kembali mengunjungi kita
Masih dengan gema menebar rahmat Allah di segenap penjuru dunia ini
Memanggil setiap orang beriman yang terpatri di dadanya
Walaupun duka masih menyayat hati
Di tengah-tengah wabah yang belum mau pergi

Bagi kami, ramadhan tetaplah cahaya
Menerang keimanan di dada dengan puasa
Hadiah bagi setiap hamba-hamba-Nya
Mengandung nafas keampunan dan realitas keagungan cinta pada-Nya
Menuju puncak takwa

Ramadhan kali ini tetaplah gegap gempita
Meski sederhana secara zahirnya
Namun niat dan tekad tetap menyala
Menghidupkan bulan mulia di antara cobaan yang datang

Kita yakin
Allah punya rahasia di balik segala keadaan yang dijadikan-Nya
Kita jadikan renungan bersama di dalam jiwa.

Balangan 27 April 2020







17.Rg Bagus Warsono Kita Semakin Berhimpit


17.Rg Bagus Warsono

Kita Semakin Berhimpit


Bersandar Dinding Jendela At Taqwa Bagda asyar menanti
lelaki tua lusuh dengan tas
Tembokku tembokmu juga
At Taqwa yang kita miliki kini megah berlantai dua
Menikmati kantuk sejuknya angin
di serambi itu
At Taqwa milikmu
Seperti yang sudah sudah lelaki betsandar bertambah tambah
semakin ramai semakin padat
At Taqwa milik semua
lelaki tua lusuh itu tak terlihat
dan saling tak melihat
At Taqwa tak mempedulikan
duduk atau selonjor
sebagai tamu rumah kita yang indah
Ketika beberapa saat menjelang magrib
semakin berhimpit
kendaraan dan gerobak dagang
ingin bersandar
di dinding jendela At atTaqwa.

(rg bagus warsono, ramadhan 1441 H)







16.Supiannor Di Ramadhan tahun ini

16.Supiannor

Di Ramadhan tahun ini



Jauh berbeda dari Ramadhan tahun-tahun yang lewar
Kumandang merdunya azan di rumah sendiri
Niat dan takbir tangan di angkat di rumah sendiri
Lantunan Al-Fatihah bergaung di nrumah sendiri
Ruku menundukkan kan badan di rumah sendiri
Sujud merendah diri di nrumah sendiri
Berdia meminta ampun di rumah sendiri
Semua di rumah sendiri

Ramadhan di tahun ini
Tarawih beramaah bersama keluarga di rumah sendiri
Derai selawat dan lantunan ayat-ayat Al-Quran
Semarak dari nrumah sendiri
Walau jamaah kecil dari keluarga yang kecil
Namun sungguh semarak dengan ebersamaan
Ramadhan tahun ini
Rumahku musholaku
Tanah Bumbu 2020











SUPIANOOR

RUMAHKU MUSHOLAKU

Di Ramadhan tahun ini
Jauh berbeda dari Ramadhan tahun-tahun yang lewar
Kumandang merdunya azan di rumah sendiri
Niat dan takbir tangan di angkat di rumah sendiri
Lantunan Al-Fatihah bergaung di nrumah sendiri
Ruku menundukkan kan badan di rumah sendiri
Sujud merendah diri di nrumah sendiri
Berdia meminta ampun di rumah sendiri
Semua di rumah sendiri

Ramadhan di tahun ini
Tarawih beramaah bersama keluarga di rumah sendiri
Derai selawat dan lantunan ayat-ayat Al-Quran
Semarak dari nrumah sendiri
Walau jamaah kecil dari keluarga yang kecil
Namun sungguh semarak dengan ebersamaan
Ramadhan tahun ini
Rumahku musholaku
Tanah Bumbu 2020












SUPIANOOR

MENUNGGU BERBUKA PUASA

Keluarga kecilku
Duduk bersila membentuk lingkaran
Sama menghadap hidangan yang amat sangat sederhana
Sambil tafakur berdiam  dan merenung diri dalam diam
menunggu penanda waktu yang merayap kian mendekat
menuju titik akhir untuk berbuka puasa

Sirine meraung pengganti beduk
Kami serentak berdoa dan berbuka bersama
Seremak bersama mereggguk air dan makanan lainnya
Dengan lahap dan terukur tanpa berlebihan
Kemudian tak lupa mengucap syukur bersama
Atas apa yang kami dapatkan di hari ini
Oh indahnya keluargaku
Tanah Bumbu 2020

Supianoor dilahirkan di Kusan Hulu, sebuah kecamatan yang berada di pelosok Kalimantan Selatan pada tanggal 1 Juli 1969. Puisi-puisinya terdapat dalam antologi bersama Buitenzorg Bogor Dalam Puisi Penyair Nusantara (2017), Berbagi Kebahagiaan (2019), Surak Sumampai (2019)Sekarang bertugas sebagai Kepala SMPN 4 Kusan Hulu. Bisa dihubungi di no Hp/WA 081348562835 atau E-mail smpn2kusanHulu@yahoo.com




15.YOE IRAWAN FRAGMEN PINTU, I

15.YOE IRAWAN

FRAGMEN PINTU,

I
Sebutir biji
Sekuncup tunas
Dimatangkan waktu
Menolak sia-sia di piringmu

II
Piring waktu
Tergeletak di meja rumahmu
Kamu sebut ia pintu
Tempat kamu mengunyah usia tanpa jemu

III
Selalu lewat pintu  kamu pergi ke ladang
Meninggalkan rumah berbatas petang
Mengolah rindu tak kepalang
Menabur biji menyemai tunas dalam doa-doa kepayang

IV
Waktu selalu membawamu kembali ke pintu itu
Setelah lapar dan dahagamu
Kamu tuntaskan sepenuh gebu
Ar-Rayyan yang dimatangkan ramadhan

V
Beribu-ribu biji
Beribu-ribu tunas
Kian berisi kian bernas
Kamu buka Ar-Rayyan : ladang abadi bertumbuhan
Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H


14.Abdil Arif , Rhamadan dulu…

14.Abdil Arif

Rhamadan dulu…

Syetan dikurung
Rhamadan sekarang...
Semua mahluk dikurung termasuk manusia…

Ramadhan dulu…
Orang rajin taraweh itu shaleh
Ramadhan Sekarang,,
Rajin taraweh itu salah…

Dulu…
Iman harus kuat
Sekarang, imun yang harus kuat

Kata positif sekarang buruk
Kata negatif sekarang baik

Baru terasa,,
Bahwa semua mulai berubah…

Tapi ,,
Tapi tidak untuk hakikat ramadhan…

Dia tetap merajai bulan
Dia tetap penuh ampunan
Dia tetap memberi malam seribu bulan
Dia tetap menjadi sanjungan

Oh, ramadhan…
Tempat bersuci…
Bukan hanya makan dan minum yang aku tahan,,
Bicara busuk aku tahan..

Pandangan aku tahan..
Rasa aku tahan..
Karena bukan perut lapar,,
Bukan gersangnya tenggorokan..
Yang mensucikan…


Tapi,,,
Hakikatmu ,, ramadhan
Sucikan semua jiwa ,,
Berpuasalah..

Ramadhan…
Bulan berkah
Bulan rahmah
Bulan magfiroh
Semua julukanmu indah nan mewah

Oh, ramadhan…

Kau sang pelebur dosa
Kau sang peleleh dosa
Kau sang penghancur dosa
dan Kau ,, pemusnah dosa

Tak salah manusia menanti kedatanganmu
Tak salah manusia menyambutmu
Tak salah manusia mendambamu
Ternyata kau penghulu bulan-bulan





13. Sarwo Darmono OMAH KANG ENDAH

13. Sarwo Darmono

OMAH KANG ENDAH

Urip ing alam wantah
Kang ginayuh para titah
Kedah sanyata gadhah
Omah kang endah
Gawe kempaling simah
Saha putra wayah

Omah kang endah
Papane paring asih asuh asah
Papaning musyawarah
Lampah gesang bungah susah
Papane manembah lan pasrah
Manembah marang kang maha mirah 
Ngalap berkah lan hidayah
Betah mapan ing omah endah
Omah kang endah
Kebak barokah
Kangge sadanya titah

Lumajang, Senen Kliwon 04052020

12. Indri Yuswandari TARIAN ZIKIR

12. Indri Yuswandari

TARIAN ZIKIR

Pada angin yang bertiup mengawinkan serbuk jantan dan betina
Pada hujan yang menghidupkan tanah gersang
Pada detak jantung sepanjang kehidupan yang kita tempuh
Pada rahmat melimpah setelah kita dihantarkan ke pemakaman dengan ampunannya

Rumahnya selalu terbuka, menunggu kita dengan setia

Ia yang tak pernah mengikat manusia di dalam kesukaran
Ia yang tak pernah membebani manusia  di luar batas kemampuan
Ia  yang selalu memberikan kemudahan dan pengampunan

Pintunya senantiasa terbuka, menyambut kita dengan cinta

Sementara kita yang begitu angkuh merasa  dekat dan mengenalnya, tak pernah mampu mengalahkan kejahatan napsu yang mengeram dalam diri

"Wahai Engkau yang tidak bertabir, ampuni kami yang merentangkan tabir, sebab matabatin kami yang berjelaga tak bisa melihat keindahanmu,
berikami sempat membersihkan daki sebelum nadi berhenti"

09.05.2020



11. Vien Rumailay. “Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”

11. Vien Rumailay.

 “Merindukan Ibu Dibulan Ramadhan”

Ibu…..
Aku  merindukanmu
Ditengah  bulan  yang  penuh  rahmat  ini
Kau cahaya  yang  selalu  menerangiku
Kau  pelangi  yang  selalu  memberi  warnah  bahagia

Ibu….
Dibulan suci ini
Kau tidak  bersama  denganku
Aku merindukanmu  ibu
Belaiyan  kasih  sayang
Selalu kau  tebarkan  dibulin  suci  ini

Ibu…..
Sekarang  kau  telah tiada
Aku sungguh merasa  kehilangan
Aku merindukanmu  ibu
Ramadhan  tahun   2020
Tak  seindah  Ramadhan  Tahun  2019 bersama ibu

Ibu….
Kau  dambaan  hatiku
Kau  telah tiada
Namun  kasihmu  bagiku
Selalu  aku  rasakan  disetiap  hembusan  nafasku

Sungguh indah  Bila ibu berada di bulan  Ramadhan  ini
Segala ampunan ku  haturkan  bagimu  ibu
Segala doa  kupanjatkan  bagimu
Tetaplah  abadi  disisi  Allah
Merayakan  Ramadhan  bersama  Allah
Aku  selalu  merindukanmu  ibu
Masohi,  29 April  2020
Vien Rumailay

Sukacita  Ramadhan

Ramadhan Telah Tiba
Seluruh Umat Muslim Bersukacita
Menyambut Bulan Penuh Ampunan
Bulan Penuh Keberkahan
Bulan Penuh Kemuliaan

Sungguh indah Ramadhan
Amalan pahala Allah berikan
Bagi kami umat-Mu
Syukur kepada Allah kami panjatkan
Tanpa Allah hidup kami sia – sia

Oh Ramadhan…
Kau hadir berikan sukacita
Mengobati dan menemani setiap insan
Kau berikan cahaya Ramdhan
Yang terpencar dimana - mana

Masohi,  29 April 2020






10. Gilang Teguh Pambudi 9 NALIKAN DUNIA TUMBUH

10. Gilang Teguh Pambudi

9 NALIKAN DUNIA TUMBUH

1. NALIKA

kulempar
sauh
dari dunia
tumbuh

2. DUNIA

dunia
tumbuh
di kedalaman
jiwa

3. JIWA

jiwaku
malam
terang cahaya
hidup

4. CAHAYA

cahaya
terang
saum Ramadan
kita

5. KEMULIAAN

titian
lurus
bulat cahaya
bumi

6. SEMESTA

kureguk
rindu
cinta semesta
insan

7. ANGGUR RAMADAN

sepetik
dawai
anggur Ramadan
tumpah

8. MANUSIA SEPERTIGA MALAM

melarung
rasa
di sepertiga
akhir

9. HALAL SYAWAL

kusentuh
bulan
membentang halal
Syawal




*) Nalikan adalah puisi pendek empat baris dengan pola bunyi/sukukata 3-2-5-2. Rentetan angka yang mengandung pesan, "kesaksian dan kesungguh-sungguhan menyemai kebaikan yang berkeadilan dalam kehidupan sehari-hari". 3 = zikrullah/tarekat/kesungguh-sungguhan, 2 = syareat/kemuliaan/kebaikan hidup, 5 = penengah/hakekat berkeadilan.

Gilang Teguh Pambudi. Dikenal sebagai Seniman Radio, penyair, dan Pembina Komunitas Seni. Setelah meninggalkan bangku mengajar di kelas, berbekal bakat seni dan sertifikat peserta terbaik nasional pendidikan jurnalistik, Forum Pembinaan Pribadi Muslim, FP2M Jakarta (1991), memilih fokus aktif di radio sebagai jurnalis, penyiar, Programmer dan Kepala Studio. Penyair yang pernah aktif sebagai jurnalis radio di LPS PRSSNI Jawa Barat dan beberapa radio ini, juga dikenal sebagai narasumber acara Apresiasi Seni dan Apresiasi Sastra di radio-radio, terutama karena aktivitasnya sebagai ketua yayasan seni Cannadrama. Menulis di koran sejak kelas 1 SMA/SPGN Kota Sukabumi. Puisi-puisinya telah terbit dalam berbagai buku, baik dalam antologi bersama maupun antologi sendiri. Data diri kepenyairannya bisa dibaca dalam buku Apa Dan Siapa Penyair Indonesia yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia. Empat buku antologi puisi terbarunya adalah JALAK (Jakarta Dalam Karung),TAGAR (Tarian Gapura), Mendaki Langit, 100 Aksi Puisi Pramuka, dan ZIRA (Planetarium Cinta). Satu buku serba-serbi dunia puisi yang telah terbit, Dinding Puisi Indonesia.
Cannadrama@gmail.com
Cannadrama.blogspot.com


9. Arya Setra MERINDU HARI RAYA DITENGAH CORONA

9. Arya Setra

MERINDU HARI RAYA DITENGAH CORONA

Mudik...
ataukah pulang kampung ?
aku tidak peduli itu sama atau berbeda...
Karena anganku sudah tertunda
diantara sepinya belantara kota
Terhalang kicauan-kicauan yang membingungkan
Sementara rasa rindu yang membuncah di dada
semakin tak tertahankan
Rindu akan riuhnya takbir yg menggema dimana-mana
Rindu wanginya opor ayam dan sambal krecek
Rindu akan eratnya salam-salaman
untuk saling memaafkan
Ingatlah....
Rinduku bukanlah rindumu..

Jakarta , 7 Mei 2020








8. Hasani Hamzah TARAWEHAN DI RUMAH SAJA

8. Hasani Hamzah

TARAWEHAN DI RUMAH SAJA

Di malam pertama Ramadhan tiba
Dirikan taraweh di rumah saja
Keluarga kecil dalam shaf kecil
Aku berdiri di depan sebagai imam
Di belakangku anak dan istri bermakmum
Aku angkat takbir, Allahu Akbar
Suaraku bergetar menggetarkan langit - langit kamar
Alunan merdu suaraku menerobos bilik sunyi
Tikus - tikus mengintip bersembunyi
Cecak berdecak terkagum - kagum

Anakku senang walau taraweh di rumah saja
Katanya, serasa shalat di masjid besar
Dipimpin imam dari Yaman





Di rumahku yang kecil tetapi indah
Aku adalah imam besar alhamdulillah
Hafal qur'an juz tiga puluh
Biar peluh mengucur tak mengeluh
Sebagai imam aku menambah hafalan surahku
Agar anakku tak bosan dengan tiga qul

Malam pertama kami lalui bersama
Di malam - malam berikutnya
Tarawehan tetap di rumah saja
Sumenep, 04 Ramadhan 1441 H/27 April 2020 M

BOCAH KAMPUNG RAMADHAN

Kaki - kaki kecil menapaki jalan
Bocah - bocah kampung dengan obor di tangan
Riang gembira menyambutl Ramadhan tiba

Sarung diselempangkan
Kopiah di kepala tak beraturan
Lorong - lorong penuh cahaya
Barisan benderang mengusir kegelapan

Memasuki halaman sebuah surau
Obor ditiup dipadamkam
Sepotong bambu disandarkan
Gemercik air berjatuhan
Sarung dan kopiah dibetulkan

Bahu demi bahu, lutut - lutut merapat
Duduk bersila saling berlirikan
Ada yang berbisik sambil cekikikan
Lalu tertunduk diam saat wak haji datang

Tiba saatnya tukang iqamat
Jamaah berdiri memulai shalat
Imam bertakbir, fatihah dibaca hingga akhir
Gemuruh amin terdengar lantang di belakang
Inilah amin paling panjang








Di akhir rakaat imam bersalam
Bocah - bocah melirik ke kanan dan ke kiri
"Allahumma Antassalam"
Bocah - bocah berdiri lantas jalan
Merebut kembali obornya
Dan berlari sekencang - kencangnya

Sumenep, 03 Ramadhan 1441 H/26 April 2020 M

HASANI HAMZAH lahir di Sumenep pada 16 Agustus 1974. Ayah dari satu orang anak bernama Ega Novela Indah Nian ini selain menulis puisi, cerpen dan lakon drama anak. Menjadi pembina kelompok teater Cemara Sekolah Dasar Negeri Sapeken V, penggerak dan ketua Komunitas Malam Puisi Anak Pulau. Selain menggeluti dunia seni sastra dan pendidikan juga menjadi  penggiat budaya, khususnya budaya suku Bajau di Sumenep kepulauan. Karyanya terkumpul baru dalam tiga buku antologi bersama dan tidak banyak lagi.







7. Silivester Kiik Rumah Tua Adalah Jalan Hening

7. Silivester Kiik

Rumah Tua Adalah Jalan Hening

Pada celah-celah dinding bambu rumah tua,
dosa-dosa kian menerawang pikiran,
bahkan perkataan yang menjadi tempat salah,
dengan seperangkat perih dan tangis,
yang belum tuntas terbaca oleh suara-suara kemenangan.
Jiwa bagai karang-karang tajam,
bahkan semak yang menyendiri dalam kematian,
tanpa pertolongan untuk menunggu jalan hening,
yang perlahan memacu roh dari batas bumi dan cakrawala,
untuk bersujud pada Tuhan,
bahwa hembusan kedamaian baru saja berkumandang di ufuk timur.
Dari sudut kamar yang penuh rahmat,
tangan menengadah padaMu,
dengan bait-bait yang walau tak pantas,
namun itulah sejumlah ucapan kejujuran,
yang selalu terpatri di hadapanMu.
Atambua, 09 Mei 2020











Silivester Kiik

Air Mata di Bulan Berkat

Tanpa secangkir mahal yang tersimpan di meja tamu,
sarung mewah yang terlilit pada pinggang,
sejumlah tetesan air mata adalah hadiah,
untuk mengakhiri bulan berkat ini dengan keikhlasan.
Padamu hal duniawi yang sering berkeliaran di tubuh ini,
menyingkirlah bersama debu-debu kotor,
pergi pada ngarai di batas perkampungan,
untuk lenyap bersama catatan senja.
Dan aku akan tetap menatap jejak esok,
dengan puji-pujian ke hadiratMu,
sebagai album dari kisah hari ini,
bahwa tanpa sekeping emas,
aku adalah insan bermartabat di mataMu.

Atambua, 09 Mei 2020















Silivester Kiik, lahir di sebuah Desa terpencil yang jauh dari pusat hiruk-pikuk suara keramain yakni Bani-Bani (Tunmat) Kecamatan Io Kufeu Kabupaten Malaka pada tanggal 14 September 1987. Saat ini tinggal di Kota Perbatasan RI-RDTL (Atambua-Belu-NTT). Beberapa buku antologi yang telah hadir di tangan para pembaca yakni: Antologi Puisi: “Sepotong Hati yang Terluka, Tetes Embun Masa Lalu, Seutas Memori dalam Aksara, Warna-Warni Aksara (Jilid II), Laki-Laki Perkasa yang Tak Pernah Menangis, Diam yang Bersuara, Prelude, Romantisme Perahu Kertas, Montase Kenangan, Berapi, Pucuk-Pucuk Harapan, Bercengkerama di Musim Rindu, Topeng Jiwa, Sepasang Tangan yang Terpasung, Sajak-Sajak Penaku dan yang Bersemayam dalam Diri, Segelintir Kesucian, Selamat Datang Mas Nadiem: Gagasan Literasi Maju untuk Menteri Baru), Amor, Menyalibkan Cemburu, DEBU (dan Sebuah Pesan yang Belum Sempat Terbaca Oleh Rembulan), HIDUP ITU PUISI dan Sajak-Sajak yang Terlempar di Tengah Kampung, dan beberapa buku antologi lainnya yang sedang dalam proses penerbitan”. Karya-karya lain juga hadir melalui media cetak maupun online. Selain itu, penulis bersama teman-teman penggiat Relawan Literasi Belu mendirikan sebuah komunitas yang dinamakan dengan “Komunitas Pensil”. Komunitas ini terbentuk dengan tujuan memberikan nuansa baru dalam menumbuh dan mengembangkan kreativitas dan minat baca anak-anak di wilayah perbatasan Kabupaten Belu-NTT dengan menyediakan bahan-bahan bacaan. Penulis dapat dihubungi melalui via email: kiiksilivester@gmail.com; geographicaoflove@gmail.com; instagram: @silivester_kiik; facebook: @Silivester Kiik, @Pecinta Sastra dan Budaya Lokal; twitter: @kiik_silivester; dan WA: +6285239940460.




6.Witanul Bulkis RUMAH NYANYIAN JIWA

6.Witanul Bulkis

RUMAH NYANYIAN JIWA

Di rumah ini membungkus segenap jiwa menghampar rasa datang seperti bayang segala lara selalu tergantikan dengan riang terasa indah bila nyanyian jiwa mengalun tanpa sumbang



Di rumah ini temukan damai hingga harapan berkembang cinta kasih sayang siang malam selalu terpancar cahaya kasih tanpa halangan ragu menghadapi langkah-langkah sulit



Di rumah ini segala asa tercurah semoga cinta selalu mengalir pada jiwa-jiwa penyejuk

Tanah Bumbu, April 2020















Witanul Bulkis

RUMAH CAHAYA

Ramadhan kini terasa sepi
Tak ada zikir menjelang buka puasa
Tak ada sholawat saat tarawih tiba
Tak ada alunan ayat suci penyejuk jiwa
Masjid mushola begitu lengang
Shaf hanya tinggal kain Panjang
Beribadah hanya perorangan

Rumah kini bagai surga keluarga berkumpul beribadah bersama semua berkumpul tak kemana-mana

Rumah kini penuh cahaya memancar bak mentari jingga membelai hingga merasuk jiwa tersenyum bersama keluarga tercinta

Banyak cerita dalam keluarga
Banyak canda tawa berkumpul bersamanya

Walau hanya terdengar suara azan dari spiker mushola namun sholawat, zikir dan lantunan ayat suci masih terdengar dari orang-orang tercinta

Tanah Bumbu, Mei 2020







Witanul Bulkis, lahir di Gambut kab. Banjar prov. Kalimantan selatan. Saat ini tergabung dalam Komunitas Bagang Sastra Tanah Bumbu dan Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS). Puisinya pernah tergabung dalam antalogi bersama penyair Kalimantan Selatan  Membumikan Langit (Tahura Media, 2018), antalogi puisi guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu Menulis Puisi Rekor Muri 2018, Antalogi puisi Surak Sumampai (TPSS XVI, 2019), antalogi puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festifal 2019 “WHEN THE DAYS WERE RAINING”, antalogi Bersama Sayur Mayur dan sebagai penulis terpilih 10 besar dalam antalogi puisi Perempuan Seberang Jalan pada event Indonesia berpuisi #9 oleh CV. Poetry Publisher. Ia kini tinggal di Pagatan kec. Kusan Hilir Kab. Tanah Bumbu bekerja sebagai guru SD. Kontak yang dapat dihubungi Telp/WA 08115119344, facebook Tatha Siza, dan email witanulbulkis81@gmail.com



5.Sulistyo HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH

5.Sulistyo

HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH


Tuhan
Terima kasih Kau hadiahi aku ramadhan
Walau dalam kegelisahan dan kepedihan
Karena aku tak punya uang untuk membeli kolak pisang
Apalagi nanti baju lebaran
Hanya ada masker seharga sepuluh ribuan
Karena uang di dompet tinggal recehan
Sisa gajian dua bulan lalu hampir habis untuk makan

Ma'af Tuhan
Ramadhan ini mungkin aku hanya bisa menyapa semampuku
Tak ada suara bakiakku melangkah ke rumah-Mu
Aku hanya bisa mengeja alifbata di dalam kamarku
Aku hanya bisa bersujud di hamparan sajadah rumahku

Tuhan
Dekap aku dengan ramadan-Mu
Biarkan tangisku pecah dalam rintih tadarusku
Biarkan mulutku tetap melafal firman-Mu
Walau terbata

Tuhan
Ramadan ini adalah oase terindah walau dia datang bersama wabah yang Kau turunkan
Di antara isak tangis kelaparan
Di antara lagu kematian
Di antara kerinduan bertemu malam seribu bulan

Jakarta, mei 2020

Sulistyo

RAMADHAN TERKUNGKUNG PANDEMI


Tik tok jam tesendat berputar
Matahari berhenti di tengah jalan
Perut menipis menahan lapar siang malam
Berbuka puasa hanya seteguk minuman
Penghasilan menghilang karena pandemi tak berkesudahan

Ramadhan pilu
Ramadhan penuh sembilu

Jakarta, mei '20




4.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: MENGGALAH BULAN SEMPURNA


4.SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:

MENGGALAH BULAN SEMPURNA

di puncak ketinggian langit
sempurna tubuhmu terhampar
menggelinjang semi sensual
semampai nyiur melambai
berjenjang kemontokan buah
penuh pesona angin membuncah
mengguncang kesintalan bidang
meliuk lekuk sepanjang gairah
elok berkelok selaras kemolekan
tegakkan galah lawan kelelakian
kobarkan hasrat pemabuk surga
menjamah bukit-bukit reronta
menebar kelembutan birahi
desiskan diksi-diksi persetubuhan
menggalah nikmat bulan sempurna
bulan suci bersimpul pandemi covid
dalam rengkuh ranjang isolasi

(part, 030520)






SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:

MENGGALAH BULAN SEMPURNA

di puncak ketinggian langit
sempurna tubuhmu terhampar
menggelinjang semi sensual
semampai nyiur melambai
berjenjang kemontokan buah
penuh pesona angin membuncah
mengguncang kesintalan bidang
meliuk lekuk sepanjang gairah
elok berkelok selaras kemolekan
tegakkan galah lawan kelelakian
kobarkan hasrat pemabuk surga
menjamah bukit-bukit reronta
menebar kelembutan birahi
desiskan diksi-diksi persetubuhan
menggalah nikmat bulan sempurna
bulan suci bersimpul pandemi covid
dalam rengkuh ranjang isolasi

(part, 030520)






SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS, kelahiran Tuban. Selain dipublikasikan puluhan media cetak pusat dan daerah, juga beberapa kali pernah masuk nominasi LCP se-Indonesia. Karya puisi sebagian terangkum dalam buku seperti, Antologi Puisi Indonesia (API 1997) di antaranya bersama Sutardji Calzoum Bachri dan Slamet Sukirnanto. Kebangkitan 1995, Getar 1996, Negeri Bekantan 2003, Memo Untuk Presiden 2014, Merangkai Damai 2014, Sang Peneroka 2014, Jaket Kuning Sukirnanto 2014, Abad Burung Gagak Di Tanah Palestina 2015, Kalimantan Rinduku Yang Abadi 2015, Puisi Menolak Korupsi-6 2017, Kutulis Namamu di Batu 2018, A Skyful of Rain 2018, Zamrud Katulistiwa 2019, Mblekethek 2019, Negeri Penyair 2019, Perjalanan Merdeka 2020, Sayur-Mayur 2020, Gestur Sajak Juara dll. Sempat aktif jadi Penyiar, Wartawan dan Redaktur Media Cetak dan Radio. Pernah menerbitkan Majalah dan Tabloid Berita yang tumbang oleh Tragedi Sampit 2001. Biografinya masuk dalam Leksikon Susastra Indonesia 2000 oleh Korrie Layun Rampan.





3.Ali Syamsudin Arsi KITA BUKA JENDELA


3.Ali Syamsudin Arsi

KITA BUKA JENDELA

kita buka jendela memandang taman bunga di pekarangan tetangga warna-warni indah penuh aroma

bila itu terjadi kita sepakat  untuk menanam juga bunga aneka warna di rumah sendiri kita rayakan panorama bunga di sekeliling ada di depan juga ada

rumah yang indah adalah rumah penuh aroma bunga

aroma bunga masuk melalui jendela terbuka lewat udara dan tentu saja pandangan mata

mata bunga-bunga

mata indah rumah kita

Kindai Seni Kreatif, April 2020














Ali Syamsudin Arsi

SUARA GEMA-GEMA

ia tak lenyap suara naik ke lapis-lapis udara hingga meniti pada gelombang gema-gema sampai bertemu di lingkungan bulan planet terjauh bahkan di pijar api matahari kawah gunung merambat suara permukaan daun mengalun suara palung laut terdalam menyisir suara di tebing tinggi curam ngarai desir hutan kecipak batu sunyi malam misteri hutan belantara suara dan gema-gema bersahutan

taka da yang hilang sedikit pun

suara gema-gema memandang balik ke rumah-rumah kita

rumah kita asal-muasal suara

asal-muasal gema

demi gema

/Kindai Seni Kreatif, April 2020











Ali Samsudin Arsi, lahir di kampung Tubau, Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalsel. Menerbitkan 7 buku gumam Asa, selain buku puisi, kumpulan cerpen juga pantun berkait dan buku kumpulan esai. Pernah mendirikan Forum Taman Hati, mendirikan TOSI (Taman Olah Sastra Indonesia). Sejak tahun 2016 membangun Kindai Seni Kreatif di daerah Kec. Liang Anggang, kota Banjarbaru. Tahun 2020 menerbitkan buku kumpulan puisi “Stadium Tanah Ibu“. Beberapa kali menerima penghargaan sastra dari walikota Banjarbaru, Kepala Balai Bahasa Banjarmasin, Pusat Bahasa di Jakarta. Diundang ke Ubud Writers and Reader - Bali, diundang ke Borobudur Writers and Cultural di Magelang – Jawa Tengah. Hadir pada Mukhtamar Sastra Jawa Timur, ikut merayakan sastra di La Tansa – Lebak Banten, Jawa Barat. Saat ini menjabat Ketua di Kerukunan Sastrawan Hulu Sungai Tengah, Barabai, Kalsel. Mengembangkan metode penulisan dengan “Metode Tulisan Berpindah Tangan”.




2.Rosmita Ar-rahman



2.Rosmita

Ar-rahman

Duka di langitku
Menambah daftar panjang perih
dan nestapa.Malapetaka menimpa segala ruang titik-titik setiap persinggahan.Silaturahmi hanya tinggal pemanis lisan ,bahkan untuk
Rumah Ibadah sekalipun tertutup sudah , taraweh Ramadhanku
hanya di rumah saja

Haruskah terus saling meyalahkan ?
Sementara azab itu terus bermunculan hingga kita tak mampu lagi banyak bicara
Diam dan memasrahkan diri kepada-Nya ,agar pertolongan mampu membuat syaraf bertahan
Meski virus itu teramat debu
namum mampu menguras nadi hingga napas terkulai lemah

Semua nyata
Tak satupun tersembunyi.Lisan-lisan nyinyir kini tak lagi berucap
Seperti biasanya lantang dan sadis
Bencana itu melesat bagai busur menembus sasaran

Bulu roma merinding di malam paling mencekam
Dan aku harus terus bertahan
dalam doa agar mati hanya dengan keadaan Husnul khatimah
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang engkau
dustakan ?

Jambi 2020



2
RAMADHAN YANG ADUH

Anakku
Berbuka puasa senja ini makan seadanya. Kita kan sudah terbiasa puasa tanpa berbuka
Diamlah nak !
Jangan mengeluh , sebab ibu akan selalu membahagiakanmu ,meski
ibu harus menjadi perempaun berstatus pemulung ,namun ibu tidak akan mau meminta kepada siapapun kecuali kepada Allah

Tapi bu , adek kepingin berbuka puasa senja ini ,maka es krim
seperti anak tetangga sebelah
itu Ibu , sekali saja bu
Oh Tuhan ,tak terasa ternyata aku menangis mendengar permintaan Putri kecilku .Tuhanku kepada-Mu aku bermohon , berikanlah rezeki kepadaku agar aku mampu memberikan kebahagiaan kepada keluargaku ,anak titipan-Mu
Aamiin Ya Rabbal'alamiin

Jambi 2020














Rosmita.S.Pd, Lahir di Provinsi Nangroe Aceh 20 April menetap di Jambi. Pernah kuliah di UNJA dan UT Jambi selesai 2010. Bekerja sebagai Kepala Sekolah
di salah satu SD yang berada  di lingkungan
Kabupaten Muaro Jambi , Penggagas Antologi bersama , tergabung dalam grup Asnur dan Peneroka , Anggota ASPI 2017 hingga kini Baru menulis 35 Antologi bersama Dan 5 Antologi tunggal Di antara nya 1.Merenda jingga selapas senja(2016) 2. Jemari Jingga (2016), 3.Sajak 19 mei (2017) 4.perempuan bertubuh puisi (2019, 5.Dwi tunggal Sajak untuk khadijah (2018) 5 .Puisi Guru gerakan Akbar 1000 Guru Asean tentang sebuah buku dan rahasia(Antologi puisi terbanyak MURI (2018).6.Bendera sepenuh tiang (2018) 7 .10.Penyair bicara ,8.Basanta ,9.Akar ibu ,10.Ayah , bangsa,11.Mata cinta, 12. Membaca asap ,13.hujan. 14.Mata rindu ,15.Negeri di atas awan,16. Sabda alam, 17.Membaca zaman, 18.Puspa warna, 19.Kultur ,, 20 Mata rindu, 22.Jejak langit , 23.Menyibak Langit Ramadhan ,24.Kakimu ibu adalah surgaku ,25.Sajak cinta untuk peneroka , 26.Satu abad karang anyar , 27.Wajah Indonesia , 28selangit puisi ,29Mahar gading , 30cinta dan hujan ,32. Ketika penulis bicara ,33.Bertemu dalam koma menari dalam titik, 34.Jejak Sunyi Sang Perindu , 35 Malam bertasbih dalam cahaya 1000 bulan 2020 ,37.Menara impian dalam 6 penulis Jambi , Cinta 2020
di musim semi @38 (Love in Spring )versi bahasa Inggris
di puisi 4 Benua 2020, 39.Amora En Primavera vers berbahasa spanyol Puisi empat benua 2020, 40.Gerakan Sekolah Menulis buku Nasional bersama  siswa /I (Mentari di Langit Talang kerinci) 2019, 41.Gerakan 1000 guru Asean menulis pantun nasihat 2020

1. Anisah BERIBADAH DI ALAM WABAH CORONA



1. Anisah

BERIBADAH DI ALAM WABAH CORONA

Hujan menemani umat yang menggeliat menuju tempat munajat
Hawa dingin merasuki tubuh-tubuh renta
Angin malam membawa berita  mengajak semua menikmati bubur tuk makan sahur
Dengung adzan subuh memanggil umat tuk mulai melakui puasa Ramadhan
Di suasana yang mencekam  beribadah harus menyesuaikan
Jaga jarak shaf dan tak boleh berjabat tangan juga bersalam-salaman
Karpet digulung
Lantai dipel
Tangan dicuci pakai sabun
datang dicuci
pulang dicuci
Semua umat sepakat tuk selalu meramu ilmu
Yang dibutuhkan orang kebanyakan
Agar sejahtera dalam himpitan kekurangan
Agar bahagia di tengah derita
Agar khusyuk beribadah di alam wabah

Magelang, April 2020









Anisah

PUASA PERTAMA

Suasana social distancing sangat terasa di Musholla Istiqomah Dusun Jrakah
Tak ada lagi sesame jamaah bersalam-salaman seperti tahun lalu
Penataan shof tak lagi rapat tetapi berjarak. Tak ada karpet digelar, semua membawa sajadah sendiri
Walau begitu, musholla penuh dengan jamaah, tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan
Semua cerah ceria memasuki malam pertama Ramadhan
Setelah selesai sholat taraweh, jamaah pulang, sesuai anjuran pemerintah
 untuk mengurangi kegiatan berkerumun agar terjaga dari virus corona
Masyarakat dengan ikhlas pulang ke rumah masing-masing
Pukul tiga dinihari
Suara panggilan dari masjid untuk bangun persiapan makan sahur
Diiingi suara gemericik air hujan yang membuat syahdu suasana lereng Merapi
Indahnya suasana malam pertama makan sahur
Drngan lauk pepes ikan nila yang lezat
Semua anggota keluarga  riang gembira menikmatinya
Bersyukur telah diberi rizki kesehatan
dalam suasana lockdown dan PSBB

Magelang, April 2020







Anisah, penulis laporan dan berita pada Majalah Rindang, Semarang{2010},
Penulis artikel pada Surat Kabar Jawa Pos Radar Semarang {2019},
Penulis artikel pada Majalah Sejahtera Semarang {2020}
Penulis Antologi Puisi Tari Soreng {2019}
Penulis 5 buku antologi puisi bersama {2017.2018.2019,2020}
Alamat: Jrakah, Kaliurang, Srumbung, Magelang
HP.008774208223
Email: anisah_6@yahoo.com

Selasa, 12 Mei 2020

Membuat Tahu Banjaran

resepnya sebagai berikut. tahu putih yg belun digoreng atau tahu 50 biji dibagi 2 diiris menyilang yg tdk ada kulitnya kemudian tepung tapioka (aci) 1/2 kg dan tepung terigu 1 ons . Tahu yg sudah diiris dua menjd segitiga dan pada bagian tengah dibelah lagi tetapi tdk sampai terpotong untuk memberi ruang adonan. adonan berupa aci dan terigu tsb diaduk dengan bumbu yg terdiri dari bawang putih, garam, ketumbar, seledri dan putih telor serta vicin . aduk sampai rata dan beri air sedikit dan jangan sampai encer. adonan tetap kering tetapi bisa dikepel kepel seukuran kelereng. masukan adonan sebesar kelereng pada tahu yg sudah belah tengahnya itu tetapi ada bagian adonan yang nongol dari tahu. ( sepertiga adonan masuk ke dalam tahu) kemudian goreng dng cara masukan satu persatu tahu itu agar tiap tahu tdk nempel satu sama lain sebab tahu yg dimasukan ke dalam wajan yg lebih dulu sdh terkena minyak panas. Biadmsanya sekali angkat lebih dari sepuluh tahu. tepung dalam tahu akan merekat dan yg nongol akan mengembang. lebih ebak lagi bila menfgunakan bumbu yg sudah jadi .

Membuat jajanan Celorot

Rencanakan buat jajanan khas Purworejo : Celorot untuk Lebaran ini
Gula kelapa, daun pandan, garam, dan air direbus sampai matang dan dicampur dengan santan. Cairan manis ini kemudian dituangkan di atas tepung beras dan sagu atau tapioka, kemudiam dicampur secara merata. Janur digulung membentuk kerucut panjang, seperti terompet kecil, digunakan sebagai cetakan. Adonan kemudian dituangkan ke daun kelapa kerucut sampai tiga perempat penuh. Kemudian bagian atas diisi dengan campuran santan kelapa, tepung beras dan garam. Kerucut yang telah terisi dikukus selama 15 menit sampai adonan matang dan mengeras.



Membuat Opak dari Ketela Pohon



Ubi jalar/ bodin/ ubi kayu/ ketela panjang/ boled , dikupas direbus spt biasa. Setelah matang ambil urat daging / akar daging ubi tsb.,  kemudian masukan di lumpang atau di gelar di atas karung plastik, tumbuk dengan alu atau uleg uleg yg besar. terus sampai halus. tumbum lagi dengan diberi bumbu bawang putih dan ketumbar dan garam tumbuk lagi sampai halus. ambil botol dan keramik ukuran 40x40 cm di atas meja . luluri keramik dengan minyak kelapa agar ubi tidak kraket. kemudian ambil ubu dan giling dng botol. untuk cetakan bundarnya silahkan ambil yg di suka apakah lingkar mangkok, tatakan atau tutup rantang. taruh cetakan di atas ubi yg telah digiling tipis. iris dengan pisau . ambil ubi tipis ug sudah diiris bundar itu di atas tampah. jemur setelah memenuhi tampah. Setelah kering jadilah opak ubi yg dapat di simpan beberapa lama.

Selamat dan Sukses atas Lahirnya antologi Corona

Penyair :

1.A.Zainuddin Kr, (Pekalongan)
2.Abidi Al-Ba'arifi Al-Farlaqi (Aceh)
3.Ade Sri Hayati, (Indramayu)
4.Aditya Mahdi F, (Depok)
5.Agus Mursalin, (Kebumen)
6.Agus Pramono, (Mojokerto)
7.Agus Sighro Budiono, (Bojonegoro)
8.Agustav Triono, (Purbalingga)
9.Andi Jamaluddin, AR. AK., (Tanah Bumbu)
10.Anisah, (Magelang)
11.Anisah Effendi, (Indramayu)
12.Arif Abdil Bar, (Probolinggo)
13.Arya Setra, (Jakarta)
14.Asep Muhlis , (Serang)
15.Asih Minanti Rahayu, (Jakarta)
16. Asril Arifin(Indramayu)
17.Asro al Murthawy, (Marangin)
18.Azti Kintamani K , (Bandung)
19.Azizah Rifada Muhallima, (Kudus)
20.Bambang Eka Prasetya (Magelang)
21.Beti Novianti, (Bengkulu)
22.Buana KS, (Bungo)
23.Brigita Neny Anggraeni, (Blora)
24.Caridah Hartati, (NN)
25.Dhea Lingkar , (Surabaya)
26.Diah Natalia, (Jakarta)
27.Dian Rusdi, (Bandung)
28.Dwi Wahyu Candra Dewi, (Blora)
29.Dyah Setyawati, (Tegal)
30.Eksan Su, (Malang)
31.Eli Laraswati, (Jakarta)
32.Emby Bharezhy Boleng Metha, (Flores Timur)
33.Eri Syofratmin, (Bungo)
34.Evita Erasari, (Semarang)
35.Firman Wally, (Ambon)
36.Gampang Prawoto, (Bojonegoro)
37.Gilang Teguh Pambudi. (Jakarta)
38.Giyanto Subagio, (Jakarta)
39.Hermawan , (Padang)
40.Hasani Hamzah (Sumenep)
41.Herisanto Boaz, (Bandung)
42.Heru Patria, Pageblug, (Blitar)
43.Heru Mugiarso, (Semarang)
44.Harkoni Madura (Banyuates)
45.I Made Suantha, (Denpasar)
46.Iie Alie (Yusriani), (Jogyakarta)
47.Indri Yuswandari, (Kendal)
48.Irna Ernawati, (Bogor(
49.Is Mugiyarti, (Sragen)
50.Junaidi, (Pati)
51.Kurliyadi, (Cirebon)
52.Kurnia Kaha, (Jakarta)
53M. Johansyah (Tanah Bambu)
54.M.Muchdlorul Faroh, (Pati)
55.Marlin Dinamikanto , (Depok)
56.Meinar Safari Yani, (Klaten)
57.Mohammad Mukarom, (Wonosobo)
58.Mim A Mursyid, (Madura)
59.Muhammad Jayadi , (Balangan)
60.Muhammad Lefand , (Jember)
61.Muhammad Tauhed Supratman, (Pamekasan)
62.Maya Ofifa Kristianti , (Semarang)
63.Nanang R Supriyatin, (Jakarta)
64.Naning Scheid , (Brussel)
65.Nok Ir, (Jakarta)
66.Nuraedah, (Indramayu)
67.Nurinawati Kurnianingsih(Cilacap)
68.Omni Koesnadi (Jakarta)
69.Profijesarino Ubud DH. (Bandung)
70.Pensil Kajoe , (Banyumas)
71.Rg Bagus Warsono, (Indramayu)
72.Rosmita, (Muaro Jambi)
73.Rayako Dekar King, SY, (Aceh)
74.Ryan Aria Arizona, (Pekalongan)
75.Roymon Lemosol, (Ambon)
76.Rut Retno Astuti, (Bandung)
77.Raden Rita Maimunah, (Padang)
78.Sahaya Santayana, (Tasikmalaya)
79.Salimi Ahmad, (Jakarta)
80.Salman Yoga S, (Aceh)
81.Sami’an Adib, (Jember)
82.Sanur Keziandari, (Bandung)
83.Sarwo Darmono, (Lumajang)
84.Silivester Kiik, (Atambua)
85.Siswo Nurwahyudi , (Bojonegoro)
86.Soei Rusli, (Padang)
87.Supianoor , (Kusan Hulu)
88.Sutarso, (Sorong)
89.Sutarno Sk, (Jakarta)
90.Sukma Putra Permana, (Bantul)
91.Sulistyo , (Jakarta)
92.Sugeng Joko Utomo ,  (Tasikmalaya)
93.Sujudi Akbar Pamungkas, (Tuban)
94.Sudarmono , (Bekasi)
95. Sumrohadi , (Jakarta)
96.Supriyadi Bro (Surabaya)
97.Suyitno Ethexs, (Mojokerto)
98.Syafaruddin Marpaung, (Tanjungbalai)
99.Syahriannur Khaidir, (Sampang)
100.Syamsul Bahri, (Subang)
101.Teguh Ari Prianto, (Bandung)
102.Tjaha Kum, (Hoelea)
103.Uswatun Khasanah, (Gresik)
104.Wadie Maharief, (Jogjakarta)
105.Wanto Tirta, (Banyumas)
106.Wastirah, (Indramayu)
107.Wardjito Soeharso, (Semarang)
108.Wyaz Ibn Sinentang, (Pontianak)
109.Yoe Irawan, (Sukabumi)
110.Yublina Fay ,(NN)
111.Zaeni Boli, (Flores)



Senin, 11 Mei 2020

Sepucuk Surat dari Rumah Sakit , Puisi Petrus Nandi

Sepucuk Surat dari Rumah Sakit

Puisi Petrus Nandi



Ada yang hendak kuutarakan padamu saat ini

Bahwa kau dan aku

Bagai dua anak pulau yang mati

Karena kita tak dapat berjangkauan

Sebab demi melangkaui kesendirian ini aku tak mampu



Sayang, betapa kuingin mengecup bibirmu yangranum

Seperti yang pernah aku giati dengan manja

Di atas ranjang kita

Tapi, apalah daya

Menggerakkan bibir tuk melisankan niatku

Aku tak dapat

Sebab aku tak mau maut ini menderamu

Cukup aku sendiri yang marasakan

Sunyi yang mencekam ruang mini ini.



Sayang, betapa aku ingin mengelus

Wajahmu yang berlumuran rupa-rupa keresahan

Tapi, apalah daya

Mengangkat tangan tuk menggapaimu

Aku tak sampai

Sebab dalam masa pelik ini

Adalah haram bila tubuh kita saling menyapa

Dan aku terlanjur terasing di rumah keramat ini.



Sayang, sebenarnya aku ingin sekali

Menyanyikan lagu Nina Bobo untuk buah hati kita

Seperti suaraku pernah dengan merdu

Mengiringi matanya menuju lelap setiap malam

Tapi, kata dokter

Malam ini aku tak dapat melawati kalian

Lagipula aku mau darahku tak berhenti mengalir

Dalam tubuhnya

Sebab aku takut aku akan membawa maut untuknya

Bila aku memaksakan niatku ini.



Sayang, aku mau engkau tenang bersama dia

Jagalah dirinya

Jangan biarkan ia terluka

Bawalah damai

Sepanjang engkau masih dapat memandangnya



Sayang, aku tidak keberatan

Bila pada hari mereka mengusung

Jasadku menuju liang lahat

Engkau dan dirinya tak berada di sana

Aku bakal menjadi sangat tenteram

Bila kau tak merintih pilu di samping nisanku



Ketahuilah sayangku, aku menulis surat ini

Saat aku merasa yakin

Bahwa aku benar-benar akan pergi

Meninggalkan kalian

Selamanya.

Puncak Scalabrini, 6 April 2020.

Kamis, 07 Mei 2020

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: DI RUANG HIJAU

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:



DI RUANG HIJAU

mengenang badai
dalam diri
membentur alif
di ruang hijau masjid
memedar kepingan
ke dinding zat
dan mengkristal

menggenang tafakur
dalam gelombang suci
romantik
menghunus ruh
ke sekujur sajadah
ke keranda ramadhan
nun jauh terlepas
fastabiqul khoiroots


(masjid'at, 14-20)

Selasa, 05 Mei 2020

Sarwo Darmono , OMAH KANG ENDAH

OMAH KANG ENDAH

Urip ing alam wantah
Kang ginayuh para titah
Kedah sanyata gadhah
Omah kang endah
Gawe kempaling simah
Saha putra wayah

Omah kang endah
Papane paring asih asuh asah
Papaning musyawarah
Lampah gesang bungah susah
Papane manembah lan pasrah
Manembah marang kang maha mirah
Ngalap berkah lan hidayah
Betah mapan ing omah endah
Omah kang endah
Kebak barokah
Kangge sadanya titah

Lumajang, Senen Kliwon 04052020
Pangripta Sarwo Darmono

Witanul Bulkis RUMAH NYANYIAN JIWA

Witanul Bulkis



RUMAH NYANYIAN JIWA

Di rumah ini membungkus segenap jiwa menghampar rasa datang seperti bayang segala lara selalu tergantikan dengan riang terasa indah bila nyanyian jiwa mengalun tanpa sumbang



Di rumah ini temukan damai hingga harapan berkembang cinta kasih sayang siang malam selalu terpancar cahaya kasih tanpa halangan ragu menghadapi langkah-langkah sulit



Di rumah ini segala asa tercurah semoga cinta selalu mengalir pada jiwa-jiwa penyejuk





Tanah Bumbu, April 2020




















Witanul Bulkis



RUMAH CAHAYA

Ramadhan kini terasa sepi

Tak ada zikir menjelang buka puasa

Tak ada sholawat saat tarawih tiba

Tak ada alunan ayat suci penyejuk jiwa

Masjid mushola begitu lengang

Shaf hanya tinggal kain Panjang

Beribadah hanya perorangan



Rumah kini bagai surga keluarga berkumpul beribadah bersama semua berkumpul tak kemana-mana



Rumah kini penuh cahaya memancar bak mentari jingga membelai hingga merasuk jiwa tersenyum bersama keluarga tercinta



Banyak cerita dalam keluarga

Banyak canda tawa berkumpul bersamanya

Walau hanya terdengar suara azan dari spiker mushola namun sholawat, zikir dan lantunan ayat suci masih terdengar dari orang-orang tercinta





Tanah Bumbu, Mei 2020








Biodata



Witanul Bulkis, lahir di Gambut kab. Banjar prov. Kalimantan selatan. Saat ini tergabung dalam Komunitas Bagang Sastra Tanah Bumbu dan Perkumpulan Rumah Seni Asnur (PERRUAS). Puisinya pernah tergabung dalam antalogi bersama penyair Kalimantan Selatan  Membumikan Langit (Tahura Media, 2018), antalogi puisi guru Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu Menulis Puisi Rekor Muri 2018, Antalogi puisi Surak Sumampai (TPSS XVI, 2019), antalogi puisi Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festifal 2019 “WHEN THE DAYS WERE RAINING”, antalogi Bersama Sayur Mayur dan sebagai penulis terpilih 10 besar dalam antalogi puisi Perempuan Seberang Jalan pada event Indonesia berpuisi #9 oleh CV. Poetry Publisher. Ia kini tinggal di Pagatan kec. Kusan Hilir Kab. Tanah Bumbu bekerja sebagai guru SD.

Sulistyo , HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH

HADIAH TERINDAH DI ANTARA WABAH

Sulistyo

Tuhan
Terima kasih Kau hadiahi aku ramadhan
Walau dalam kegelisahan dan kepedihan
Karena aku tak punya uang untuk membeli kolak pisang
Apalagi nanti baju lebaran
Hanya ada masker seharga sepuluh ribuan
Karena uang di dompet tinggal recehan
Sisa gajian dua bulan lalu hampir habis untuk makan

Ma'af Tuhan
Ramadhan ini mungkin aku hanya bisa menyapa semampuku
Tak ada suara bakiakku melangkah ke rumah-Mu
Aku hanya bisa mengeja alifbata di dalam kamarku
Aku hanya bisa bersujud di hamparan sajadah rumahku

Tuhan
Dekap aku dengan ramadan-Mu
Biarkan tangisku pecah dalam rintih tadarusku
Biarkan mulutku tetap melafal firman-Mu
Walau terbata

Tuhan
Ramadan ini adalah oase terindah walau dia datang bersama wabah yang Kau turunkan
Di antara isak tangis kelaparan
Di antara lagu kematian
Di antara kerinduan bertemu malam seribu bulan

Jakarta, mei 2020


RAMADHAN TERKUNGKUNG PANDEMI

Sulistyo

Tik tok jam tesendat berputar
Matahari berhenti di tengah jalan
Perut menipis menahan lapar siang malam
Berbuka puasa hanya seteguk minuman
Penghasilan menghilang karena pandemi tak berkesudahan

Ramadhan pilu
Ramadhan penuh sembilu

Jakarta, mei '20


Senin, 04 Mei 2020

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS: ---- MENGGALAH BULAN SEMPURNA

SUJUDI AKBAR PAMUNGKAS:
-----------------------------------------------

MENGGALAH BULAN SEMPURNA 

di puncak ketinggian langit
sempurna tubuhmu terhampar
menggelinjang semi sensual
semampai nyiur melambai
berjenjang kemontokan buah
penuh pesona angin membuncah
mengguncang kesintalan bidang
meliuk lekuk sepanjang gairah
elok berkelok selaras kemolekan
tegakkan galah lawan kelelakian
kobarkan hasrat pemabuk surga
menjamah bukit-bukit reronta
menebar kelembutan hasrat
desiskan diksi-diksi persetubuhan
menggalah nikmat bulan sempurna
bulan suci bersimpul pandemi covid
dalam rengkuh ranjang isolasi


(part, 030520)

Minggu, 03 Mei 2020

Aditya Mahdi F , 5 waktu di rumah



Kubuka mata yang masih sayuh

Menjelajah masa lalu dengan sepeda waktu yang kukayuh

Kuingat masa-masa kala itu, riuh gemuruh namun tetap teduh

Bernostalgia dengan sebatang rokok yang tinggal separuh

Tepat disamping air kali rumahku yang sudah keruh

Kutinggalkan kopi ku yang seperempat penuh

Pergi ke kamar mandi, membasuh wudhu pada anggota tubuh

Puisi berhenti sejenak, saatnya waktu Subuh



Terbangun di siang hari setelah bangun setelah sahur

Kulihat ibu ingin membeli sayur mayur

Seketika aku mengucap syukur

Tentu aku hanya ingin duduk, hampir tersungkur

Ingin membaca buku, berkontemplasi dengan para leluhur

Buku-buku ini menyelamatkanku dari kutukan tuan takur

Yang menyebabkan kehidupan manusia menjadi hancur

Namun sebelum itu menjadi hancur, ini sudah masuk waktu Dzuhur



Sore hari, rasa dahaga mulai menjalar

Namun tak sebanding dengan rasa lapar akan pengetahuan nalar

Semua keresahan ku tahan didalam kamar

Rasa resah yang masih samar-samar

Sejujurnya, aku sangat ingin keluar

Namun terhalang, mereka berkata jangan sampai rakyat terpapar

Lagi lagi aku kembali ke kamar, diam terkapar

Hingga terdengar suara Adzan Ashar



Hampir masuk waktu berbuka

Aku masih tak mengerti apa dan kenapa

Terkurung seperti ini mulai membuat jiwa ku menjadi gila

Namun tak apa, ini demi kebaikan bersama

DUG DUG DUG, Adzan Maghrib telah mengudara

Kuambil teh manis untuk melawan rasa dahaga

Dengan beberapa buah es batu tentu saja

Saatnya sholat Maghrib, semoga tuhan mengampuni segala dosa



Malam telah tiba, aku sangat rindu dengan mushola

Aku teringat ketika kecil untuk meminta tanda tangan imam untuk buku sekolah

Sayang sekali, kali ini kurang memungkinkan untuk pergi kesana

Aku tetap dirumah, beribadah, serta memohon ampun kepada-Nya

Setelahnya kupanjatkan doa, semoga dunia kembali ke semestinya

Aku merindukan suasana diluar sana, bercengkrama, mengikuti irama

Sudah cukup, saatnya kembali pada fokus utama

Puisi ini berakhir setelah waktu Isya









Ali Syamsudin Arsi KITA BUKA JENDELA

Ali Syamsudin Arsi



KITA BUKA JENDELA


kita buka jendela memandang taman bunga di pekarangan tetangga warna-warni indah penuh aroma



bila itu terjadi kita sepakat  untuk menanam juga bunga aneka warna di rumah sendiri kita rayakan panorama bunga di sekeliling ada di depan juga ada



rumah yang indah adalah rumah penuh aroma bunga

aroma bunga masuk melalui jendela terbuka lewat udara dan tentu saja pandangan mata



mata bunga-bunga

mata indah rumah kita





/Kindai Seni Kreatif, April 2020





































Ali Syamsudin Arsi



SUARA GEMA-GEMA

ia tak lenyap suara naik ke lapis-lapis udara hingga meniti pada gelombang gema-gema sampai bertemu di lingkungan bulan planet terjauh bahkan di pijar api matahari kawah gunung merambat suara permukaan daun mengalun suara palung laut terdalam menyisir suara di tebing tinggi curam ngarai desir hutan kecipak batu sunyi malam misteri hutan belantara suara dan gema-gema bersahutan



taka da yang hilang sedikit pun



suara gema-gema memandang balik ke rumah-rumah kita



rumah kita asal-muasal suara

asal-muasal gema

demi gema





/Kindai Seni Kreatif, April 2020































Biodata



Ali Samsudin Arsi, lahir di kampung Tubau, Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalsel. Menerbitkan 7 buku gumam Asa, selain buku puisi, kumpulan cerpen juga pantun berkait dan buku kumpulan esai. Pernah mendirikan Forum Taman Hati, mendirikan TOSI (Taman Olah Sastra Indonesia). Sejak tahun 2016 membangun Kindai Seni Kreatif di daerah Kec. Liang Anggang, kota Banjarbaru. Tahun 2020 menerbitkan buku kumpulan puisi “Stadium Tanah Ibu“. Beberapa kali menerima penghargaan sastra dari walikota Banjarbaru, Kepala Balai Bahasa Banjarmasin, Pusat Bahasa di Jakarta. Diundang ke Ubud Writers and Reader - Bali, diundang ke Borobudur Writers and Cultural di Magelang – Jawa Tengah. Hadir pada Mukhtamar Sastra Jawa Timur, ikut merayakan sastra di La Tansa – Lebak Banten, Jawa Barat. Saat ini menjabat Ketua di Kerukunan Sastrawan Hulu Sungai Tengah, Barabai, Kalsel. Mengembangkan metode penulisan dengan “Metode Tulisan Berpindah Tangan”.



Sabtu, 02 Mei 2020

YOE IRAWAN , FRAGMEN PINTU

YOE IRAWAN



FRAGMEN PINTU



I

Sebutir biji

Sekuncup tunas

Dimatangkan waktu



Menolak sia-sia di piringmu



II

Piring waktu

Tergeletak di meja rumahmu

Kamu sebut ia pintu



Tempat kamu mengunyah usia tanpa jemu



III

Selalu lewat pintu  kamu pergi ke ladang

Meninggalkan rumah berbatas petang

Mengolah rindu tak kepalang



Menabur biji menyemai tunas dalam doa-doa kepayang



IV

Waktu selalu membawamu kembali ke pintu itu

Setelah lapar dan dahagamu

Kamu tuntaskan sepenuh gebu



Ar-Rayyan yang dimatangkan ramadhan



V

Beribu-ribu biji

Beribu-ribu tunas

Kian berisi kian bernas



Kamu buka Ar-Rayyan : ladang abadi bertumbuhan





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H




RUMAH KITA SEMPIT SAJA



Rumah kita memang sempit, Sri

Hari-hari penat kian menghimpit

Tetapi hujan senja ini menumbuhkan bahagia yang lain



Tak perlu kuyup. Di sini kita guyup

Orang-orang berlari menantang cuaca

Kita mereguk teh hangat setelah sesiang berpuasa



Ini bukan soal lapar atau dahaga

Dihantam kemiskinan kita sudah terbiasa

Bertahun-tahun bertahan membuat kita begitu berdaya



Tak ada perayaan untuk lapar dan dahaga kita

Tak ada pula nama kita di data-data

Tak apa. Duka lara kita sudah menyatu pada semesta



Rumah kita memang sempit, Sri

Tetapi kita sama faham benar

Puasa membuat ruang kita berbinar seluas cakrawala





Sukabumi, 1 Mei 2020 M/7 Ramadhan 1441 H
PROFIL PENYAIR



Yoe Irawan lahir di Kendal, Jawa Tengah, pada 26 Juni. Menetap di Kota Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Kegiatan sehari-hari selain bekerja juga mengelola sebuah sekolah sepakbola untuk anak-a Yoe Irawan  nak dan remaja.Karya puisinya tergabung dalam: Antologi Puisi Indonesia 1997 (Komunitas Sastra Indonesia & Penerbit Angkasa, Bandung, 1997), Jakarta Dalam Puisi Mutakhir (Dinas Kebudayaan Jakarta dan Masyarakat Sastra Jakarta, 2000), 142 Penyair Menuju Bulan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru & Kalalatu Press, Kalimantan Selatan, 2006), Kado Cinta (Kumpulan Puisi, Uwais Indie, 2015), Dupa Mengepul Di Langit (Kumpulan Puisi,Oase Pustaka 2015), Aksara Ramadhan (Kumpulan Puisi, Penerbit Nerin Media 2015), Kilau Zamrud Khatulistiwa (Puisi akrostik, Fam Publishing, 2015), Dua Menit Satu Detik (Kumpulan Puisi, Fam Publishing, 2015), Mengungkap Tabir Bumi Khatulistiwa (Kumpulan Puisi, Penerbit Rumah Kita, 2015), Tujuh Puluh Untuk Indonesia (Kumpulan Puisi Kemerdekaan, Penerbit Bintang Pelangi 2015), Manuskrip 70 Tahun Indonesia Merdeka (Kumpulan Puisi,Vio Publisher, 2015), Semangat Baru Untuk Rohingya (Kumpulan Puisi, Penerbit Ernest, 2015), 99 Mutiara Rindu (Kumpulan Puisi, Zukzez exPress, 2015), Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa Buat Abah (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017), Perempuan Yang Tak Layu Merindu Tunas Baru (Antologi Puisi, Fam Publishing 2017). Matinya Sang Pemuda (Oase Pustaka, 2019), Negeri Pesisiran, Dari Negeri Poci 9 (kumpulan puisi, Komunitas Radja Ketjil 2019), When The Days Were Raining (kumpulan puisi, Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Antologi Gambang Semarangan (2020), Perjalanan Merdeka – Independent Journey (Antologi Puisi Internasional Dua Bahasa, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, 2020), Antologi Corona (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia 2020).Sedang karya cerpennya termuat dalam majalah Ummi dan Annida, juga dimuat dalam antologi cerpen Anak Mimpi (Kumpulan Cerpen Anak, Fam Publishing, 2015). Pernah memenangi lomba menulis cerita pendek islami LMCPI I UMMI tahun 2000 dengan judul Urip Pergi Lagi, Cerpen Guru Untuk Ra menjadi cerpen terpilih dalam lomba cerpen Kagama Virtual 2  tahun 2017, serta Cerpen Sepotong Sayap Di Bulan Mei menjadi cerpen terbaik dalam Lomba Cerpen yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta bersama Yayasan Hari Puisi tahun 2019 (Kota Kata Kita, Disparbud DKI dan YHP 2019).

Jumat, 01 Mei 2020

Winar Ramelan RAMADHAN YANG HENING

Winar Ramelan

RAMADHAN  YANG HENING



Seperti daun daun yang jatuh dari pohon

Mereka mendapati takdirnya tanpa suara

Ketika angin menabuhnya

Lalu tanggal dari pohon naungnya

Untuk luruh pada bentang pertiwi



Begitupun hari ini

Dalam ramadhan yang hening

Karena tak ada seremonial buka bersama

Atau tarawih dalam luasnya masjid

Tak ada bedug yang bertalu talu

Juga tadarus dengan pengeras suara



Di dalam rumah, ayat suci didaraskan

Doa doa dilantunkan sederas hujan

Kasih pun berpaut dengan erat

Seerat benang dalam tenunan



Hari hari berlalu begitu saja

Seperti daun yang gugur tanpa suara

Tetapi pagi menjadi hari baru

Laksana tunas daun lalu tumbuh bunga

Begitu pun ramadhan ini

Datang dan pergi menuju kuncup bunga yang wangi

Dan mekar tepat di hari Idhul Fitri nanti



DIRI DAN DIA



Mari kita dirikan tempat suci di dalam rumah

Menatahkan Dia bukan pada megahnya bangunan

Namun pada kelapangan dan kesucian niat dalam diri



Jangan lusuhkan jiwa untuk terlihat megah

Ketika menghadapNya, dengan tatapan tatapan serupa

Tatapan manusia yang ingin dilihat



Rundukkan diri atas keberadaanNya

Meski tak terlihat, Dia ada di dalam diri kita

Yang tak ingin ditinggikan

Karena sudah maha tinggi

Namun seringkali diri merasa sangat tinggi 

Melebihi kepala sendiri
Biodata



Winar Ramelan lahir di Malang 05 Juni, kini tinggal di Denpasar.

Menulis kumpulan puisi tunggal dengan judul Narasi Sepasang Kaos Kaki.

Puisinya pernah di muat harian Denpost, Bali Post, majalah Wartam, Dinamikanews, Tribun Bali, Pos Bali, konfrontasi.com, Sayap Kata, Dinding Aksara, detakpekanbaru.com. Kompasiana, Flores Sastra, Antologi bersama Palagan, Untuk Jantung Perempuan, Melankolia Surat Kematian, Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta, Tifa Nusantara 3, Puisi Kopi Penyair Dunia, Pengantin Langit 3, Seberkas Cinta, Madah Merdu Kamadhatu, Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata, Progo Temanggung Dalam Puisi, Rasa Sejati Lumbung Puisi, Perempuan Pemburu Cahaya, Mengunyah Geram Seratus Puisi Melawan Korupsi, Jejak Air Mata Dari Sittwe ke Kuala Langsa, Senja Bersastra di Malioboro, Meratus Hutan Hujan Tropis, Ketika Kata Berlipat Makna,Tulisan Tangan Penyair Satrio Piningit, Saron, A Skyful of Rainy Day, Sebutir Garam Di Secangkir Air, Berbagi Kebahagiaan Dalam Tadarus Puisi, Perempuan Bahari